Monday, April 9, 2012

naskah muhasabah yang dibacakan siswa


Assalamu’alaikum warohmatullaahi wabarokatuh.
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami memberi kami hidup, telah memberi kami makan dan minum. Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami orang tua yang sangat menyayangi kami. Segala puji kepada Robbul’alamin yang telah memberi kami guru-guru yang mau berjerih payah mengajar dan mendidik kami untuk masa depan kami yang lebih baik. Terima kasih ya Allah, sungguh nikmat dan karunia-Mu tiada berhingga dan tiada terhitung, hanya saja kami belum mau dan mampu bersyukur. Yang kami kerjakan adalah kedurhakaan kepada-Mu, kepada kedua orang tua kami, kepada bapak ibu guru kami. Kalau ditimbang kedurhakaan itu, sungguh gunung-gunung di muka bumi tak sebanding dengannya. Kalau ditampakkan kedurhakaan itu, niscaya rasa malu kami sudah tak cukup lagi untuk menutupinya.

Apalagi yang belum kami kerjakan. Menyakiti hati ayah dan ibu, mengiris-iris hati mereka dengan luka yang amat perih, membantah suruhan, mematahkan permintaan mereka, menghancurkan harapan mereka, sampai membentak dan mencaci-maki mereka—walau hanya dalam hati—semua telah kami lakukan, sebagai balasan dari kerja keras mereka siang malam membesarkan dan mendidik kami. Adakah dosa yang lebih besar daripada kedurhakaan kepada kedua orang tua?  kami tidak pernah peduli dengan harapan-harapan ayah dan ibu. Harapan tinggal harapan, dan kami mengikuti  kehendak hati.

Apalagi yang belum kami kerjakan. Tiada hari tanpa pembangkangan kepada bapak ibu guru. Kami rasa kami telah bayar apa yang bapak ibu guru berikan kepada kami. Tidak cukupkan segenap biaya yang telah kami keluarkan untuk tiap huruf yang mereka ajarkan. Lalu mengapa kami harus dicekcoki lagi dengan segudang peraturan dan seribu satu sopan santun yang mereka sendiri belum tentu mengamalkannya. Kami merasa pembangkangan kami sebagai sesuatu yang wajar. Kami telah dewasa dan cerdas, dan sanggup membantah apa saja yang bapak ibu guru ucapkan. Hanya itu yang kami tahu. Kami tak tak tahu dan tak mau tahu bahwa sebenarnya apa yang bapak ibu guru berikan kepada kami berupa ilmu dan akhlak tak akan pernah terbayar oleh uang sebanyak apa pun. Bapak ibu guru adalah mitra ayah ibu kami dalam menunjukkan kepada kami jalan ke surga, dunia akhirat.  Adakah harga yang pantas bagi orang-orang yang mau bersusah payah menunjukkan kepadamu jalan ke surga? Seandainya bapak ibu guru mengukur tiap pengabdiannya dengan uang, maka binasalah kami. Tak ada yang terbaik dari dunia ini yang bisa didapatkan dengan mengukurnya dengan uang. Ukuran terbaik adalah keikhlasan, yang Allah Robbul’alaminlah  sandarannya. Kami tak tahu dan tak mau tahu akan hal itu.

Andai kami mati hari ini, maka telah cukuplah dosa-dosa kami itu sebagai alasan bagi-Nya untuk memasukkan kami ke neraka-Nya. Neraka adalah tempat yang sangat pantas bagi manusia-manusia keras kepala dan durhaka. Alangkah panasnya neraka itu dengan apinya yang menghitam, penjaganya yang bengis, dan hidangannya yang berupa darah, nanah, air mendidih, dan makanan dari buah berduri yang menghancurkan lambung. Kami tak pernah takut dengan neraka itu hingga hari ini. Kedurhakaan kami sebagai buktinya.

Maafkan kami ayah ibu. Sebutlah seluruh jasa dan kebaikan yang telah engkau lakukan kepada kami, sepenuh langit dan bumi, niscaya kami tidak akan membantahnya. Ibulah yang telah mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan kami ke dunia ini. ibulah yang telah menyayangi kami dengan kasih sayang yang memenuhi cakrawala dengan salju kesejukan. Ibu mencintai kami seindah musim semi, seindah matahari senja yang berbaring berselimut segara biru. Ayahlah telah memberikan seluruh hidupnya dalam kerja keras untuk masa depan yang lebih baik bagi kami, anak-anaknya. Tak ada, tak akan pernah ada pengganti untuk kasih sayang itu ke mana pun kami mencarinya selama bumi terbentang, di mana pun sampai kapan pun.
Dan kami balas semua itu dengan menghancurkan mimpi-mimpi indah ayah ibu akan diri kami. Mimpi melihat kami menjadi anak yang soleh: rajin beribadah kepada Allah dan taat kepada orang tua. andai kami tak pernah ada, mungkin itu lebih baik.

Maafkan kami bapak ibu guru. Sebutlah bapak ibu guru, semua jasamu kepada kami, niscaya kami mengaminkannya dengan tunduk dan khusyuk. Bukankah bapak ibu gurulah yang mengajari kami  berbagai ilmu. Ilmu yang dengan susah payah bapak ibu guru dapatkan. Hasil kerja keras yang amat panjang dari kedua orang tua bapak ibu dan diri bapak ibu guru sendiri. Dan hari ini dengan harga murah telah diturunkan kepada kami. Tak ada harga yang pantas untuk sebuah ilmu, bagi mereka yang tahu. Bapak ibu guru menunjukkan kepada kami akhlak yang baik, jalan menempuh masa depan yang lebih baik. Bapak ibu guru bangga melihat kami berhasil, menjadi orang. Alangkah besar bagi bapak ibu arti kebanggaan itu, mengobati segala jerih bertahun-tahun mendidik kami. Kamilah yang berbahagia menikmati hasilnya. Tapi, kami tak menyadarinya. Buktinya, kami tetap keras kepala dan menuding dengan bermacam prasangka.

Maafkan kami semua. Kami anak-anakmu. Allah telah takdirkan, Allah telah tuliskan di Lauhmahfudz bahwa kami adalah anak-anakmu sampai kapanpun. Tetaplah mencintai kami. Tetaplah isi hari-hari ayah ibu, bapak ibu guru, dengan doa-doa kebaikan kepada kami. Doakan kami menjadi hamba Allah yang soleh, doakan kami menjadi anak yang berbakti.

Ya Allah, engkau tahu diri-diri kami,
Engkau tahu dosa-dosa dan kesalahan kami, sebanyak bintang-bintang di langit, sebanyak pasir di lautan.
Ampunilah diri-diri kami, Ya Allah. Sungguh Engkau Maha Pengampun, ya Gaffar!
Ampunilah dosa kedua orang tua kami. Jadikanlah setiap luka hati, tiap tetes keringatnya dalam mendidik dan membesarkan kami sebagai penghapus dosa-dosa mereka. Masukkan ayah dan ibu ke surga-Mu. Jangan pernah ya Allah, walau sejenak, api neraka menyentuh mereka.
Ya Allah, jadikan kami anak-anak yang soleh agar doa kami bisa menembus pembatas alam barzakh dan sampai kepada kedua orang tua kami yang berbaring di kuburnya. Ya Allah jadikan kami hamba-hamba-Mu yang soleh, agar esok di hari perhitungan kami bisa membela ayah dan ibu. Kami bisa mengatakan kepada-Mu besok di hari perhitungan, bahwa kedua orang tua kami pantas masuk surga karena telah mendidik kami untuk rukuk dan sujud kepada-Mu.
Ya Allah, lapangkan pembaringan ayah dan ibu di kuburnya. Luaskan kuburnya seluas mata memandang. Tampakkan kepada ayah dan ibu tempat beliau di surga kelak.

Ampuni dosa bapak ibu guru. Balaslah pengabdian mereka dengan balasan yang berlipat ganda. Lapangkan dadanya, luaskan rizkinya, bahagiakan keluarganya, dan catatlah tiap huruf yang  ia ajarkan  kepada kami sebagai pahala.

Ya Rahman, ya Rahim, Ya Malik, Ya Wahhab, Ya Ganiyy, kabulkan doa kami, sesungguhnya Engkau Maha Pengabul doa.

Untukmu yang tak berhenti berduka
Untukmu yang berteman air mata
Untukmu yang berhati lara
Untukmu yang menengadah ke langit dengan doa
Untukmu yang jerih dan lelah dalam kerja tiada ujung
Untukmu yang dimakan usia, dengan mimpi dan harapan yang belum terkabulkan
Untukmu yang terus tengadah dan meminta kepada-Nya, untuk si buah hati agar berbahagia

Untukmu yang mata air kasih sayangnya melebihi jumlah air yang memenuhi segala lautan
Untukmu yang menampung duka, lalu menggantinya dengan senyuman
Untukmu yang berani memberi hidupnya untuk pengganti bagi diri-diri yang belum tentu berterima kasih
Untukmu yang semua pena akan kering untuk menuliskan jasa
Untukmu wahai ayah bunda

Untukmu, terimalah pelukan hangat kami di kakimu
untuk meminta kerelaan bagi tiap butir nasi yang kami telan
tiap tetes air yang kami minum
tiap usapan yang menghapus duka

Demi petir yang menggelegar membelah angkasa
Demi ombak yang berdebur menghempas pantai
Demi hari kiamat yang pasti kan tiba
Demi Pencipta Langit dan bumi
Jasa ayah dan ibu tak terbalaskan
Dengan apa pun, sampai kapan pun

Allah-lah yang bisa membalasnya
Dengan surga

Keindahan yang tak terbayangkan untuk jasa yang tak terucapkan