Tuesday, March 24, 2020

Frasa

Frasa ialah satuan bahasa yang biasanya terdiri atas dua kata atau lebih, dapat merupakan unsur kalimat, dan dapat berdiri sendiri.

Contoh:

1. Anak itu belum dapat membaca.    (kalimat)
    anak itu                          (frasa)
    belum dapat membaca   (frasa)

2.  Udin dan Ahim harus datang ke Duri.    (kalimat)
     Udin dan Ahim     (frasa)
     harus datang         (frasa)
     ke Duri                  (frasa)


Satuan bahasa bercetak miring pada contoh  (1)  dan  (2)   itu adalah frasa. Frasa   anak itu   dan   Udin dan Ahim    merupakan subjek. 
Frasa belum dapat membaca   dan   harus datang   merupakan unsur kalimat yang berfungsi predikat.
Frasa   ke  Duri    adalah unsur kalimat yang berfungsi keterangan.

Frasa seperti pada contoh di atas dapat berdiri sendiri sebagai jawaban dari suatu pertanyaan. Misalnya:

(Siapa belum dapat membaca?)    Anak itu.
(Mengapa anak itu?)  Belum dapat membaca.



Sumber : Panduan Berbahasa Indonesia dengan Baik dan Benar
                S. Effendi
                Pustaka Jaya,  1995
                Halaman  31-32

Kata Baku dan Kata Serapan

A. Kata Baku
Kata baku digunakan dalam kalimat baku.

Tidak Baku --> Baku

anggauta  --> anggota
antar pulau --> antarpulau
ijin --> izin
khromosom --> kromosom
diketemukan --> ditemukan
hadlir --> hadir
hirarki -->hierarki
nasehat --> nasihat
ijasah --> ijazah
kharisma --> karisma
apotik --> apotek
atlit --> atlet
cinderamata --> cenderamata
konkrit --> konkret
sistim --> sistem
tilpon --> telepon
hakekat --> hakikat
kaedah --> kaidah
penasehat --> penasihat
karir --> karier
metoda --> metode
formil --> formal
tehnik --> teknik
eksport --> ekspor
analisa --> analisis
kwalitas --> kualitas
likwidasi --> likuidasi
konsekwen --> konsekuen
penterjemah --> penerjemah
bilang --> berkata
bini --> istri
kemaren --> kemarin
doi --> dia
gue pukul --> saya pukul
dipesilahkan --> dipersilakan
fihak --> pihak
disyahkan --> disahkan
pertanggunganjawab --> pertanggungjawaban
hutang --> hutang
lesung pipit --> lesung pipi
merubah --> mengubah
langganan --> pelanggan
mengeyampingkan --> mengesampingkan


B. Kata Serapan

1. Kata serapan asing
   
    kata asing --> kata serapan bahasa Indonesia

biology  -->  biologi
extract  -->  ekstrak
method  --> metode


2. Kata serapan daerah

     tuli  -->  tunarungu
     karyawan toko --> pramuniaga
     melayani sendiri --> swalayan
     pensiunan ABRI --> purnawirawan


Contoh soal

1. Untuk memudahkan pembelian obat sebaiknya kita pergi ke apotik (1) karena begitu kita menyerahkan resep obat, mereka segera mengambilnya. Perlu diketahui bahwa resep yang dibuat oleh dokter tak bisa dirubah (2), kecuali kalau ada persetujuan dokter yang bersangkutan. Oleh karena itu, sebelum membeli obat untuk penyakit kita sebaiknya kita ke dokter karena dokter lebih mengetahui teori (3) tentang obat dan bisa memberi nasihat (4) tentang penggunaan obat.
Penulisan kata yang salah dalam paragraf di atas ditandai dengan nomor....
A. (1), (3)
B. (1), (2)
C. (2), (3)
D. (2), (4)

Jawaban :  B


2.  Saif seorang pemuda yang saleh. Ia jujur. Ia mau memberi tahukan apa yang ia pahami pada orang lain untuk berbagi ilmu. Ia juga siap mempertangung jawabkan perbuatannya jika ada tindakannya yang salah.
Penulisan kata berimbuhan yang tepat untuk kata berhuruf miring adalah....
A. memberitahukan, mempertanggungjawabkan
B. memberitahu kan, mempertanggung-jawabkan
C. memberi-tahukan, mempertanggung-jawabkan
D. mem beritahukan, memper tanggungjawabkan

Jawaban : A



Sumber   :   Bahasa Indonesia, Primagama smart solution, Rustamaji, halaman 7 s.d. 11.











Thursday, August 23, 2018

Dendy Sugono, Ahli Bahasa Indonesia

     Dendy Sugono lahir tahun 1949 di Banyuwangi, memeroleh gelar Sarjana PendidikanJurusan Bahasa dan Sastra Indonesia di IKIP Malang tahun 1974 dan meraih gelar doktor bidang linguistik di Universitas Indonesia tahun 1991 dengan disertasi Pelesapan Subjek dalam Bahasa Indonesia
 
     Sejak tahun 1976 dia bekerja di Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Dia pernah mengikuti post graduate training programme for general and Austronesian linguistics di Universitas Leiden, Negeri Belanda tahun 1981–1982. Dia juga pernah belajar di Johann Wolfgang Goethe Universitas, Frankfurt Am Main, Jerman, dalam rangka penulisan disertasi tahun 1986 dan 1987.
Dia pernah menjadi guru SMA dan STM di Malang tahun 1973–1975, dosen bahasa Indonesia di Universitas Jayabaya tahun 1983–1986, dan hingga kini dosen di Sekolah Tinggi llmu Ekonomi Perbanas Jakarta sejak tahun 1983 dan Universitas Pancasila sejak tahun 1984, serta dosen pascasarjana di IKIP Jakarta sejak 1997.
 
     Dalam bidang pembinaan bahasa, dia anggota tim pengasuh siaran pembinaan bahasa Indonesia melalui RRI tahun 1983-1986 dan TVRI tahun 1986-sekarang. Dia juga Sekretaris Umum Himpunan Pembina Bahasa Indonesia (HPBI) sejak tahun 1991. Dia aktif mengikuti pertemuan ilmiah kebahasaan seperti seminar, konferensi, atau kongres. Dia anggota redaksi majalah Bahasa danSastra serta majalah Kebudayaan.
.
Buku yang ditulis, antara lain:
Petunjuk Penulisan Karya Ilmiah (bersama Panuti Sudjiman), 
Verba Transitif Dialek Asing: Analisis Tagmemik
Klausa Tan subjek dalam Ragam Bahasa Jurnalistik
Verba dan Komplementasinya (bersama Titik Indriastini)    
Buku paket pelajaran bahasa Indonesia sekolah dasar kurikulum 1994:
Lancar Berbahasa Indonesia 1, Lancar Berbahasa Indonesia 2 , dan
Lancar Berbahasa Indonesia 4
Pelesapan Subjek dalam Bahasa Indonesia.
 
 

Hasan Alwi, Ahli Bahasa Indonesia

      Hasan Alwi dilahirkan di Talaga, Cirebon, Jawa Barat, pada 14 Juli 1940. Ia menyelesaikan pendidikan Sekolah Rakyat tahun1952, SMP Negeri tahun 1955, dan SGB tahun 1956, semuanya di Majalengka. Kemudian, ia melanjutkan pendidikannya di SMA Taman Siswa, Bogor, tahun 1962. Pada 1971, ia menyelesaikan pendidikanb sarjana S-l Jurusan Bahasa Prancis, IKIP Jakarta (sekarang UNJ).
Gelar akademiknya tertinggi diperoleh pada 1990 dalam Program
Doktor Bidang Linguistik, Universitas Indonesia. 
 
Karya tulis yang sudah diterbitkan antara lain:

Modalitas dalam Bahasa Indonesia.Yogyakarta: Kanisius. 1992.
 
"Bahasa Menunjukkan Bangsa". dalam Katharina Endriati Sukomto (Ed):201-216. 
 
Menabur Benih Menuai Kasih. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2004 Pertama (1991).

Menulis Surat Lamaran Pekerjaan


Dalam surat lamaran pekerjaan, terdapat unsur-unsur sebagai
berikut:
1. tanggal surat,
2. salam pembuka,
3. pembuka surat,
4. isi,
5. lampiran/syarat lamaran, dan
6. penutup surat.



Perhatikan penyusunan surat lamaran pekerjaan berdasarkan
iklan berikut ini.

Saat menulis surat lamaran, Anda harus memerhatikan penggunaan
bahasa, seperti struktur, diksi (pemilihan kata), kejelasan kalimat, kaitan
antarkalimat, dan ejaan.
Perhatikan contoh berikut.
 Sumber:  Kreatif Berbahasa Indonesia, Yudi Irawan
 
 

Arti Bahasa


Bahasa dapat ditinjau dari tujuh aspek, yaitu:
1. Bahasa merupakan sebuah sistem, artinya bahasa susunan
kata-kata yang teratur dan jika kehilangan salah satu unsur
akan merubah atau merancukan sebuah arti dalam kalimat.

2. Bahasa merupakan sistem tanda, artinya sudah ada kesepakatan
atau konvensi bahwa sebuah bahasa dapat mewakili suatu hal
atau peristiwa yang dipahami bersama dalam satu.
contoh: 
Kursi adalah sarana tempat duduk bagi manusia.
Kuda adalah salah satu binatang mamalia yang
berkaki empat dan bisa digunakan sebagai alat
teransportasi.

3. Bahasa merupakan sistem bunyi karena dasar dari bahasa
adalah bunyi dan tulisan merupakan aspek atau alternatif
kedua yang tidak kalah pentingnya.

4. Bahasa merupakan konvensi atau kesepakatan dari pengguna
suatu bahasa.

5. Bahasa itu produktif, artinya bahasa intensitas penggunanya
sangat tinggi dan vital.

6. Bahasa itu unik setiap bahasa mempunyi sistem yang berbeda
dan beragam penamaan dan penggunaannya.

7. Bahasa merupakan identitas suatu kelompok sosial yang
menggambarkan ciri budaya.

Sumber : Kreatif Berbahasa Indonesia, Yudi Irawan

Sunday, August 19, 2018

Kalimat Efektif : Penekanan

Penekanan dalam Kalimat

     Kata yang dipentingkan harus mendapat tekanan atau harus lebih ditonjolkan daripada unsur-unsur yang lain.  Cara yang dapat dilakukan dalam memberi penekanan dalam kalimat  a.l.:

1. Mengubah-ubah posisi dalam kalimat
       Sebagai prinsip dapat dikatakan bahwa semua kata  yang ditempatkan pada awal kalimat adalah kata yang dipentingkan. Berdasarkan prinsip tersebut, untuk mencapai efek yang diinginkan sebuah kalimat dapat diubah-ubah strukturnya dengan menempatkan sebuah kata yang dipentingkan pada awal kalimat.

Kami berharap pada kesempatan lain kita dapat membicarakan lagi soal ini.

Kalimat di atas menunjukkan bahwa kata  yang dipentingkan adalah kami (berharap), bukan yang  lain.   Kata-kata yang lain juga bisa diberikan penekanan dengan cara menempatkannya pada awal kalimat dengan  konsekuensi kalimat akan mengalami perubahan struktur.

Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
Pada kesempatan lain kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
Kita dapat membicarakan lagi soal ini pada kesempatan lain, demikian harapan kami.
Soal ini dapat kita bicarakan pada kesempatan lain, demikian harapan kami.


2. Mempergunakan repetisi
       Repetisi adalah pengulangan sebuah kata yang dianggap penting sebuah kalimat.

Harapan kita demikianlah dan demikian pula  harapan semua pejuang.
Kemajuannya menyangkut kemajuan di segala bidang, kemajuan kesadaran politik, kesadaran bermasyarakat, kesadaran  berekonomi, kesadaran berkebudayaan, dan kesadaran beragama. Memang, dalam penglihatan saya, bahasa Indonesia merupakan suatu alat, yaitu alat komunikasi. Dalam hubungan antara suami dan istri, antara orang tua dan anak, antara komandan dan anak buah, antara guru dan murid, antara pemerintah dan rakyat, antara sesama warga masyarakat, pastilah diperlukan bahasa sebagai alat komunikasi.

3. Menggunakan pertentangan
       Pertentangan dapat pula dipergunakan untuk menekan suatu gagasan. Kita bisa saja mengatakan secara langsung hal-hal berikut dengan konsekuensi tidak  terdapat penekanan:

Anak itu rajin dan jujur.
Ia menghendaki perbaikan yang menyeluruh di perusahaan itu.

Agar kata rajin dan jujur serta menghendaki perbaikan  yang menyeluruh  dapat ditonjolkan, kedua gagasan itu ditempatkan dalam suatu posisi pertentangan.

Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
Ia tidak menghendakin perbaikan yang tambal sulam, tetapi perbaikan yang menyeluruh di perusahaan itu.

Contoh lain:
Kita tidak menghendaki sastra yang merupakan pidato kecap berisi propaganda politik tertentu. Tetapi kita tidak pula menghendaki sastra yang tidak konsepsi. Yang kita kehendaki adalah sastra yang dikehendaki oleh rakya, yakni sastra yang benar-benar bertumpu pada problematik rakyat.


4. Menggunakan partikel penekan
Dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa partikel  yang berfungsi untuk menonjolkan sebuah kata atau ide dalam sebuah kalimat.
Partikel tersebut adalah :  lah,  kah, pun.

Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam hal itu.
Bapaklah yang harus terlebih dahulu memberi contoh.
Ia pun berusaha mendekatkan kedua belah pihak dalam perundingan.
Kami pun ikut dalam kegiatan itu.
Rakyatkah yang harus menanggungkan akibat perangai para koruptor itu?
Benarkah seperti yang dikatakannya itu?




Sumber :  Komposisi, Dr. Gorys Keraf, halaman  41-44