Frasa
Kalimat
terdiri atas beberapa satuan. Satuan-satuan tersebut terdiri
atas
satu kata atau lebih. Satuan pembentuk kalimat tersebut menempati
fungsi
tertentu. Fungsi yang dimaksud yaitu Subjek (S), Predikat (P), Objek
(O),
Pelengkap (Pel.), dan Keterangan (Ket.).
Fungsi-fungsi
tersebut boleh ada atau tidak dalam suatu kalimat.
Fungsi
yang wajib ada yaitu subjek dan predikat. Fungsi dalam kalimat
dapat
terdiri atas kata, frasa, maupun klausa. Frasa adalah satuan yang
terdiri
atas dua kata atau lebih yang menduduki satu fungsi kalimat.
Contoh:
Dua
orang mahasiswa baru itu sedang membaca buku di perpustakaan.
Perhatikan
penjabaran fungsi kalimat di atas!
Dua
orang mahasiswa sedang membaca di perpustakaan.
S P
Ket. tempat
Kalimat
di atas terdiri atas tiga frasa yaitu dua orang mahasiswa, sedang
membaca,
dan di
perpustakaan.
Jadi,
frasa memiliki sifat sebagai berikut.
1.
Frasa terdiri atas dua kata atau lebih.
2.
Frasa selalu menduduki satu fungsi kalimat.
A.
Kategori Frasa
1. Frasa
Setara dan Frasa Bertingkat
Sebuah
frasa dikatakan setara jika unsur-unsur pembentuknya
berkedudukan
sederajat atau setara.
Contoh:
Saya
dan adik makan-makan dan minum-minum di taman depan.
Frasa saya
dan adik adalah frasa setara sebab antara unsur saya
dan
unsur adik mempunyai kedudukan yang setara atau tidak
saling
menjelaskan. Demikian juga frasa makan-makan dan minumminum
termasuk
frasa setara. Frasa setara ditandai oleh adanya
kata dan
atau atau di antara kedua unsurnya. Selain frasa setara,
ada
pula frasa bertingkat. Frasa bertingkat adalah frasa yang terdiri
atas inti
dan atribut.
Contoh:
Ayah
akan pergi nanti malam.
Frasa nanti
malam terdiri atas unsur atribut dan inti.
2. Frasa
Idiomatik
Perhatikan
kata-kata bercetak miring berikut!
1) Dalam
peristiwa kebakaran kemarin seorang penjaga toko
menjadi
kambing hitam.
2)
Untuk menyelamati saudaranya, keluarga Pinto menyembelih
seekor
kambing hitam.
Kalimat
1) dan 2) menggunakan frasa yang sama yaitu frasa
kambing
hitam. Kambing
hitam pada kalimat 1) bermakna orang
yang
dipersalahkan dalam suatu peristiwa , sedangkan dalam
kalimat 2)
bermakna seekor kambing yang warna bulunya hitam .
Makna kambing
hitam pada kalimat 1) tidak ada kaitannya
dengan
makna kata kambing dan kata hitam. Frasa yang maknanya
tidak
dapat dirunut atau dijelaskan berdasarkan makna kata-kata
yang
membentuknya dinamakan frasa idiomatik.
B.
Konstruksi Frasa
Frasa
memiliki dua konstruksi, yakni konstruksi endosentrik dan
eksosentrik.
Perhatikan
kalimat berikut!
Kedua
saudagar itu telah mengadakan jual beli.
Kalimat
di atas terdiri atas frasa kedua saudagar itu, telah mengadakan,
dan jual
beli. Menurut distribusinya, frasa kedua saudagar itu dan telah
mengadakan
merupakan frasa
endosentrik. Sebaliknya, frasa jual beli
merupakan
frasa eksosentrik.
Frasa kedua
saudagar itu dapat diwakili kata saudagar. Kata saudagar
adalah
inti frasa bertingkat kedua saudagar itu. Demikian juga frasa
telah
mengadakan dapat
diwakili kata mengadakan. Akan tetapi, frasa
jual
beli tidak dapat
diwakili baik oleh kata jual maupun kata beli. Hal
ini
disebabkan frasa jual beli tidak memiliki distribusi yang sama
dengan
kata jual dan kata beli. Kedua kata tersebut merupakan inti
sehingga
mempunyai kedudukan yang sama.
Dari
contoh tersebut dapat diketahui bahwa frasa kedua saudagar
itu
berdistribusi sama
dengan frasa saudagar itu dan kata saudagar. Frasa
telah
mengadakan berdistribusi
sama dengan mengadakan. Frasa yang
distribusinya
sama dengan salah satu atau semua unsurnya dinamakan
frasa
endosentrik. Frasa
yang distribusinya tidak sama dengan salah
satu
atau semua unsurnya disebut frasa eksosentrik. Frasa jual beli
termasuk
frasa eksosentrik karena baik kata jual maupun kata beli tidak
dapat
menggantikan jual beli.
Frasa
endosentrik meliputi beberapa macam frasa.
1. Frasa
Endosentrik yang Koordinatif
Frasa
ini dihubungkan dengan kata dan dan atau.
Contoh:
Pintu
dan jendelanya sedang
dicat.
2. Frasa
Endosentrik yang Atributif
Frasa
ini terdiri atas unsur-unsur yang tidak setara.
Contoh:
Pekarangan
luas yang akan
didirikan bangunan itu milik Haji
Abdulah.
3. Frasa
Endosentrik yang Apositif
Secara
semantik unsur yang satu pada frasa endosentrik apositif
mempunyai
makna sama dengan unsur yang lain. Unsur yang
dipentingkan
merupakan unsur pusat, sedangkan unsur
keterangan
merupakan aposisi.
Contoh:
Alfia, putri
Pak Bambang, berhasil menjadi pelajar teladan.
C.
Kelas Frasa
Frasa
dibagi menjadi enam kelas kata. Pembagian frasa meliputi frasa
benda,
kerja, sifat, keterangan, bilangan, dan depan.
1. Frasa
Benda atau Frasa Nomina
Frasa
benda atau frasa nomina adalah frasa yang distribusinya
sama
dengan kata benda. Unsur pusat frasa benda yaitu kata
benda.
Contoh:
a.
Dita menerima hadiah ulang tahun.
b.
Dita menerima hadiah.
Frasa hadiah
ulang tahun dalam kalimat distribusinya sama
dengan
kata benda hadiah. Oleh karena itu, frasa hadiah ulang tahun
termasuk
frasa benda atau frasa nomina.
2. Frasa
Kerja atau Frasa Verba
Frasa
kerja atau frasa verba adalah frasa yang distribusinya
sama
dengan kata kerja atau verba.
Contoh:
Adik
sejak tadi akan menulis dengan pensil baru.
Frasa akan
menulis adalah frasa kerja karena distribusinya sama
dengan
kata kerja menulis dan unsur pusatnya kata kerja, yaitu
menulis.
3. Frasa
Sifat atau Frasa Adjektiva
Frasa
sifat atau adjektiva adalah frasa yang distribusinya sama
dengan
kata sifat. Frasa sifat mempunyai inti berupa kata sifat.
Kesamaan
distribusi itu dapat dilihat pada jajaran berikut.
Contoh:
a.
Lukisan yang dipamerkan itu memang bagus-bagus.
b.
Lukisan yang dipamerkan itu – bagus-bagus.
4. Frasa
Keterangan atau Frasa Adverbia
Frasa
keterangan adalah frasa yang distribusinya sama
dengan
kata keterangan. Biasanya inti frasa keterangan juga
berupa
kata keterangan dan dalam kalimat sering menduduki
fungsi
sebagai keterangan.
a.
Frasa keterangan sebagai keterangan.
Frasa
keterangan biasanya mempunyai keleluasaan
berpindah
karena berfungsi sebagai keterangan. Oleh karena
itu,
frasa keterangan dapat terletak di depan atau di belakang
subjek
atau di awal dan di akhir kalimat.
Contoh:
1) Tidak
biasanya dia pulang larut malam.
2) Dia
tidak biasanya pulang larut malam.
3) Dia
pulang larut malam tidak biasanya.
b.
Frasa keterangan sebagai keterangan pada kata kerja.
Contoh:
Saya tidak
hanya bertanya, tetapi juga mengusulkan sesuatu.
5. Frasa
Bilangan atau Frasa Numeralia
Frasa
bilangan adalah frasa yang distribusinya sama dengan
kata
bilangan. Pada umumnya frasa bilangan atau frasa numeralia
dibentuk
dengan menambahkan kata penggolong atau kata bantu
bilangan.
Contoh:
Dua
orang serdadu
menghampirinya ke tempat itu.
6. Frasa
Depan atau Frasa Preposisional
Frasa
depan adalah frasa yang terdiri atas kata depan dengan
kata
lain sebagai unsur penjelas.
Contoh:
Laki-laki
di depan itu mengajukan pertanyaan kepada pembicara.
D.
Frasa yang Bersifat Ambigu
Ambiguitas
terkadang ditemui dalam susunan frasa. Ambiguitas
berarti
kegandaan makna.
Contoh:
Kambing
hitam dan mobil tetangga baru.
Frasa kambing
hitam dapat mempunyai dua makna, yakni kambing
yang
berbulu (berwarna) hitam dan sebuah ungkapan yang berarti
orang
yang dipersalahkan. Frasa mobil tetangga baru juga dapat
memiliki
dua makna, yakni yang baru adalah mobil (milik tetangga)
dan
yang baru adalah tetangga (bukan mobilnya). Frasa ambigu akan
menjadi
jelas jika digunakan dalam kalimat.
Sumber:
Sintaksis, Ramlan, 1997, Yogyakarta, Karyono