Bagaimana mungkin seorang murid
beranggapan bahwa apa yang dilakukan guru kepada siswanya adalah karena sang
siswa telah membayar dalam jumlah tertentu. Bagaimana mungkin ia mengukur ilmu
dan pengorbanan gurunya dengan sejumlah uang. Toh, anggapan seperti ini ada.
Andai guru telah mengukur pekerjaannya yang penuh pengorbanan itu dengan gaji
yang ia terima maka hancur binasalah dunia pendidikan seperti binasanya sebuah
negeri yang dilanda badai besar: porak poranda.
Benar bahwa guru menerima sejumlah
uang sebagai gaji. Namun, ketika ia berbuat apa pun untuk kepentingan siswanya,
agar siswanya pandai, cerdas, beriman, berakhlak mulia, sungguh ia telah dan
harus melupakan sejumlah uang tadi. Bahkan guru terbaik adalah ia melupakan
kepentingan dunia ini ketika ia berbuat yang terbaik untuk siswanya. Sang guru
teladan hanya memikirkan bahwa Allah pasti akan membalas dengan balasan yang
jauh lebih baik daripada apa yang ia lakukan untuk siswanya.
Tahukah dirimu murid-muridku,
apakah yang didapatkan Bapak Ibu Guru
ketika segala keberhasilan yang ia angankan untuk siswanya telah diraih oleh
sang murid? Bapak Ibu Guru bahagia. Babak Ibu Guru bahagia, meneteskan air mata
keharuan, walau kadang tidak ditampakkan.
Lalu bagaimana dirimu begitu tega
mengukur perbuatan gurumu dengan sesuatu. Tidak Nak, apa yang Bapak Ibu Guru
lakukan, jika ikhlas, tidak bisa diukur dengan dunia ini dan seluruh isinya.
Ibu camkan ini kepadamu agar bisa engkau pahami dan mengubah persepsi salah
yang tak menemukan jawaban yang benar.
Lalu bagaimana bisa dirimu :
·
Menunjukkan keangkuhan dan menantang, katakanlah
bahwa Bapak Ibu guru masih muda usia, dll.
·
Tidak menegur ketika berpapasan di mana pun,
terlebih di luar sekolah. Akal sehat mana yang bisa memahami bahwa seorang anak
tidak menegur orang tuanya ketika ia bertemu dengannya. Tapi demikianlah
kenyataan yang banyak terjadi.
Adab siswa kepada
gurunya adalah ia harus senantiasa merendahkan sayapnya, senantiasa merendahkan
dirinya, memuliakan gurunya. Sepatah kalimat yang kemudian berguna bagimu untuk
duniamu terlebih akhiratmu yang engkau dapat dari gurumu, jauh lebih berguna
dari apa pun, lebih berharga dari emas seberat gunung.
Sepatah kalimat
yang engkau pahami dari gurumu yang bisa menyelamatkanmu dari panasnya api
neraka, tak ada sesuatu yang bisa membalasnya. Pengajaran yang bisa
mengantarkanmu ke pintu surga, tak ada sesuatu dari dunia ini yang pantas
sebagai bayarannya.
Sekarang, masih
adakah sebuah saja alasan yang akan engkau kemukakan yang dengannya kamu akan
merendahkan, tidak memuliakan gurumu.
Perlu kalian
ketahui, ulama-ulama terdahulu dari umat Islam telah menuliskan dalam
kitab-kitab mereka bahwa guru lebih besar jasanya daripada pihak lain kepada
seseorang, pun dari orang tua sendiri.
Benar, benar
bahwa:
·
Bapak ibu guru masih sering marah, masih harus
melatih bersabar untuk segudang ulahmu.
·
Bapak ibu guru harus lebih sayang, harus lebih
mampu memberi teladan, harus lebih pintar.
·
Dan lain kekurangan yang belum mampu untuk
sepenuhnya menyenangkan hatimu.
Kesempurnaan adalah idaman semua
orang, walau semua juga tahu bahwa kesempurnaan itu tak akan pernah dimiliki
makhluk mana pun, ia hak mutlak Sang Pencipta.
Tentu saja bapak ibu guru banyak
salah. Pada kesempatan ini, ibu mewakili seluruh guru meminta maaf pada kalian
dan orang tua kalian atas segala kelemahan dan kekurangan yang membuat kami
masih belum mampu memberikan yang terbaik. Doakan agar bapak ibu guru lebih
baik, lebih ikhlas pada masa yang akan datang.
Ya Allah, bimbinglah anak-anak kami
kepada jalan hidayah-Mu. Teguhkan kakinya pada jalan-jalan kebaikan. Jauhkan ia
dari maksiat dan pergaulan yang menghancurkan diri dan masa depannya. Jadikan
mereka pejuang-pejuang pilih tanding di jalan kemuliaan-Mu. Mudahkan ia dalam
mencari ilmu pengetahuan untuk kejayaan
Islam dan umatnya.
Amiin.