Gajah yang Sombong dan Burung Kubara
Seekor
burung kubara
menjadikan
tempat bersarangnya burung unta di tengah
padang
pasir sebagai tempat untuk bersarang. Ia bertelur dan menetaskan anak-anaknya
di tempat itu yang juga menjadi jalur pergi dan pulang gajah untuk mencari
minum.
Suatu ketika, seperti biasanya, gajah melintasi jalur
itu.
Kemudian kakinya menginjak sarang burung kubara
dan
meremukkan seluruh isi sarangnya, sehingga telurnya
pecah
dan seluruh anak burung mati.
Ketika
ia melihat keburukan yang menimpa dirinya,
ia
tahu bahwa musibah itu datangnya tidak lain kecuali
dari
gajah yang melintasi tempat tersebut, dan bukan
makhluk
lain. Kemudian ia terbang dan hinggap di kepala
gajah
sambil menangis dan mengatakan, "Wahai sang
raja,
mengapa engkau meremukkan telurku dan membunuh
anak-anakku,
sedangkan aku bertetangga dekat denganmu?
Apakah
engkau melakukan ini karena punya niat
meremehkan
perkaraku dan memandang rendah diriku?"
"Itulah
yang mendorongku untuk melakukannya,"
kata
gajah menjawabnya enteng.
Akhirnya
si burung kecil ini pulang dan pergi menemui
golongan
burung. Ia mengeluhkan musibah yang didapatkan
dari
seekor gajah. Kemudian burung-burung itu mengatakan
kepadanya,
"Tidak mungkin kita bisa berbuat
apa-apa
kepadanya, sebab kita hanya kaum burung."
Kemudian
si burung ini pergi menemui burung gagak
dan
elang, serta berkata kepadanya, "Aku menginginkanmu
bisa
membantuku pergi menemui gajah untuk matanya
agar
tidak bisa melihat. Setelah itu aku akan melakukan
tipu
muslihat lain."
Kemudian
mereka mengabulkannya, dan pergi bersama
menemui
gajah. Mereka terus mematuki mata gajah
hingga
terluka dan kedua matanya tidak bisa melihat. Si
gajah
yang dipatuk matanya tidak bisa menemukan jalan
ketika
ia harus pergi mencari makan dan minum kecuali
yang
bisa diraba-raba dan dikira-kira.
Ketika
si burung yang pernah dirusak sarang dan diinjak
anaknya
ini mengetahui kondisi gajah yang tidak bisa
melihat,
ia pergi ke aliran anak sungai kecil yang banyak
dihuni
katak. Ia mengeluh kepada golongan katak tentang
musibah
yang pernah diterimanya dari perlakuan gajah.
Kemudian
para katak bertanya, "Lalu apa cara dan
tipu
muslihat kita terhadap gajah yang tubuhnya besar, sedangkan
kita
makhluk kecil? Bagaimana kita bisa mencapainya?"
"Aku
lebih senang bila kalian ikut aku pergi ke jurang
dekattempat
gajah. Kemudian di sana kalian bersuara dengan
ramai.
Ketika gajah itu mendengar suara kalian, ia
yakin
dan tidak bakal ragu-ragu, bahwa tempat itu berair.
Kemudian
ia akan pergi dan tercebur di jurang tersebut,"
kata
si burung kubara menjelaskan idenya.
Kemudian
mereka mengabulkan permintaannya dan
berkumpul
di suatu jurang dekat tempat gajah. Mereka
beramai-ramai
mengeraskan suaranya. Kemudian gajah
mendengar
suara katak yang ramai. Ia sangat kehausan.
Dengan
yakin dan percaya diri ia pergi mencari sumber
suara
tersebut, karena ia mengira banyak airnya. Dia berjalan
meraba-raba
dan akhirnya terperosok ke dalam jurang
yang
mengakibatkan patah tulang.
Burung
kubara pergi melihat gajah yang masuk ke dalam
jurang
dengan mengibas-ngibaskan ekor dan sayapnya
di
atas kepala gajah dengan mengatakan, "Wahai
makhluk
yang zalim dan tertipu oleh kekuatannya sendiri!
Engkau
telah meremehkan perkaraku karena melihat dirimu
sangat
besar. Lalu bagaimana engkau tidak melihat
besarnya
taktik dan tipu muslihatku sekalipun tubuhku sangat
kecil
bila dibanding dengan tubuhmu dan kecilnya
semangatmu."
Sumber
: Hikayat Kalilah dan Dimnah