BISMILLAAHIRROH
MAA NIRROHIIM
Seorang guru tidak
akan pernah berhasil kalau tidak memiliki rumus ajaib yang bernama KEIKHLASAN.
Tidak bisa guru itu bekerja hanya di sekolah saja. Setiap waktu yang
memungkinkan untuk bekerja menuntaskan tugas-tugas, meningkatkan
profesionalitas, harus ia gunakan. Hanya dengan begitu tugas-tugasnya bisa ia
jalankan dengan baik. Sungguh tugas guru itu sulit untuk diberi batasan. Apa
ada batasan untuk sebuah kata luar biasa
yang bernama PENDIDIKAN?
Tidak ada. Tidak batasan untuk kata
PENDIDIKAN. Hal paling kecil/ringan
hingga hal paling besar/berat yang dilakukan seorang guru adalah
pendidikan bagi anak didiknya. Tugas seorang manusia untuk terus memperbaiki
dirinya adalah tugas yang tidak mengenal kata henti. Sakaratul mautlah yang
menghentikannya kelak. Guru harus menjadikan dirinya contoh terbaik dari
nilai-nilai kehidupan yang ia ajarkan kepada anak didiknya. Sebagai manusia,
guru haruslah pembelajar sejati. Belajar dalam tiap helaan nafas dan hingga
akhir nafas. Guru pasti gagal kalau ia mengajarkan omong kosong: pandai ngomong doang.
Dengan tugas yang tiada mengenal batas
ini, hanya KEIKHLASAN-lah yang mampu memberi sang guru sebuah kekuatan yang
tidak terbatas pula.
TABU bagi seorang guru mengukur beban
kerjanya dengan gaji yang ia terima. Makin ia ukur makin ia kecewa dan sakit
hati, sedang keadaan entah kapan akan
berubah. Ketika timbangan ia pakai di tiap gerak langkahnya, sang guru
telah kalah total. Ia kehilangan segala-galanya.
Ia tidak dapat dunia, dan kehilangan akhiratnya.
Rosulullah SAW ketika menyampaikan
risalahnya yang berisi pendidikan kepada manusia, manusia menentang dan
menyiksanya. Guru mempunyai kemiripan walau dalam bentuk yang jauh lebih kecil.
Siswa yang melawan, memaki, memandang penuh kebencian, dan sampai ada yang
memukul gurunya jadi hal nyata yang
harus dihadapi guru. Apa pun yang disampaikan dan dilakukan guru, prinsipnya
adalah untuk kebaikan/masa depan sang anak. Anaklah yang nanti menikmati
manisnya buah pendidikan dari guru. Anak tidak mengerti dengan hal ini, dan guru
harus bersabar. Kesabaran ini menjadi musyikil kalau sang guru tidak memegang
teguh rumus ajaib yang bernama KEIKHLASAN.
Guru tidak akan berhasil kalau ia tak
punya CINTA. Guru harus mencintai siswanya yang rajin, patuh, santun, dan
soleh. Guru harus mencintai siswanya yang membangkang, pemalas, cuek. Guru
harus mencintai semua siswanya seperti apa pun mereka. Guru tidak peduli apakah
siswanya juga akan mencintai dia atau tidak. Ia harus ikhlas. Harus, tak ada
pilihan lain, atau ia gagal sama sekali.
Siswa-siswi, anak-anakku tersayang,
Ibuk mewakili suara hati para guru,
tidak meminta kalian harus paham akan beratnya tugas guru untuk mendidik
kalian. Suara hati ini Ibuk sampaikan sebagai sarana berbagi cerita. Ambillah
hikmah kehidupan dari apa yang ibuk sampaikan ini.
Beberapa hal yang hendak kami
sampaikan kepada kalian adalah,
·
Ketika ada masalah
antara kita, antara siswa dengan sekolah, dan kamu menceritakan masalah itu
kepada orang tuamu, ceritakan apa adanya. Jangan karang cerita yang menimbulkan
persepsi negatif orang tua kepada guru. Setelah kebencianmu disebabkan masalah
itu, kamu ajak pula orang tuamu untuk ikut membenci kami. Orang tua memang
tidak mengungkapkan kemarahannya kepada kami. Tapi kami tahu.
Semua telah berlalu. Kami ungkapkan ini untuk
diambil hikmahnya. Alangkah lebih baiknya jika kamu berpikir positif atas
teguran/sanksi yang diberikan guru/sekolah kepadamu. Kebencianmu menhancurkan
dirimu sendiri. Setelah kebencian itu, tak satupun pelajaran dari guru yang
bisa masuk ke dalam kepala dan hatimu. Setelah kebencian itu menular kepada
orang tuamu, putus hubungan kerjasama antara orang tua dan guru dalam rangka
kebaikan dirimu. Cukuplah bahwa kamu pernah melakukan hal ini, jangan diulangi
pada masa mendatang.
·
Tegur, sapalah gurumu
di mana pun kamu bertemu atau berselisih jalan. Jangan palingkan wajah tampan
dan cantikmu itu. Alangkah sedih hati kami ketika itu.
Tahukah kamu Nak, teguran kamu itu seperti air
sejuk yang membasahi. Senyummu ketika itu seperti pelangi. Indah penuh warna. Kami
bangga mempunyai anak yang banyak. Ke mana pergi di situ ada anak-anak kami.
Mereka tegur kami, mereka bagi senyuman terindah. Kalau saat ini saja tegur dan
senyum itu sudah tak ada, apatah sepuluh tahun lagi. Kami ingin kalian tetap
menjadi anak-anak kami sampai kapan pun. Kami ingin hubungan antara kita tak
pernah berakhir sampai kapan pun. Berakhir masa belajar kalian dari sekolah ini
bukan berarti berakhir pula hubungan kasih sayang antara kita. Kami bangga
kalian menjadi anak-anak kami. Selamanya kami bangga kalian menjadi anak-anak
kami.
·
Doakan bapak ibu guru
dalam sujudmu, dalam solatmu. Dunia dan akhirat kami telah ikhlas dengan apa
yang kami berikan kepada kalian. Dunia akhirat kami telah ikhlas ata apa yang
pernah terjadi antara kita. Bapak ibu guru sendantiasa mendokan kebaikan
bagimu. Timbangan doa anak-anak yang soleh melebihi beratnya dunia dan segala
isinya. Doa yang kalian panjatkan kepada Allah untuk kami dalam tahajudmu lebih
kami cintai daripada dunia dan isinya.
·
Berjuanglah kalian menjadi
anak-anak yang soleh dan soleha. Itulah harapan tertinggi semua orang tua. Jadi
apa pun kalian, jadilah orang yang senantiasa ingin dekat dan dicintai Allah
ta’ala. Kami ajarkan kepada kalian: jangan pernah memandang tinggi harta benda
dunia ini. Yang tertinggi dari dunia ini adalah iman dan ketakwaan kita kepada
Yang Maha Pencipta. Berjuanglah dengan sekutat tenaga untuk akhirat kalian,
namun jangan lupakan bagian kalian dari dunia ini. Akhiratlah tujuan utama.
Dunia adalah ladang bercocok tanam akhirat. Perbuatlah kebaikan dan amal soleh
di dunia ini sebanyak-banyaknya. Jangan pernah terpedaya oleh dunia ini, Nak.
Telah banyak manusia yang binasa ketika mereka jadikan dunia ini sebagai
tujuan. Kami tidak ingin diri kami dan diri kalian binasa pula. Semoga Allah
mempertemukan kita pada kehidupan yang akan datang di surga-Nya yang penuh
kenikmatan.
Anak-anakku,
Selamat berjuang menghadapi ujian akhir nasional.
Teguhkan hati, luruskan niat, gantungkan harapan kepada Allah semata. Sebutlah
nama Allah dalam tiap detik waktumu dengan mengharap pertolongan-Nya.
Kami, para guru, telah memaafkan semua
kesalahanmu. Kami iringi kamu dengan doa.
Ya Allah, bukakan pintu hati anak-anak kami dalam
menghadapi soal-soal ujian nasional ini.
Mudahkan bagi mereka dalam menjawabnya.
Ya Rohman, berikan yang terbaik yang pantas atas
semua kerja keras mereka selama ini. Engkau adalah Zat Yang Mahaadil.
Ya Gaffur, maafkan kesalahan anak-anak kami,
ampunkan dosa-dosa mereka. Jangan jadikan kesalahan-kesalahan dan dosa mereka
selama ini menjadi penyebab turunnya azab-Mu. Jangan jadikan kesalahan dan dosa
mereka jadi alasan bagi-Mu untuk menghancurkan masa depan mereka. Kasihani
anak-anak kami ya Allah. Beri mereka
petunjuk kepada jalan-Mu yang lurus.
Ya Allah, Ya Rohman ya Rohiim,
Dengan air mata yang menetes di pipi kami,
Dengan segenap ketulusan hati kami,
Dengan segala amal soleh yang pernah kami lakukan,
Dengan memohon pada kemurahan-Mu,
Dengan merendahkan diri dan membuang semua
keangkuhan yang masih bersemayan di hati kami,
Ya Allaa…h,
Luluskan anak-anak kami semua,
Luluskan anak-anak kami semua…
Semuanya …
Semuanya, ya Allah………, Ya Malik, Ya Quddus, Ya
Wahhab, Ya Aziz….
La haula wala quwwata illa billaah…..
Tiada daya dan upaya selain dengan pertolongan-Mu.
Amiin ya robbal ‘alamin
Penulis : Malin Batuah