Di dalam sebuah paragraf terdapat macam-macam
klausa. Pada pelajaran kali ini, Anda akan belajar mengidentiikasi jenis-jenis
klausa berdasarkan kategori unsur yang menjadi predikatnya. Dengan mempelajari,
Anda akan diharapkan dapat menentukan jenis-jenis klausa, dan dapat menjawab
pertanyaan tentang klausa dengan benar pada saat ujian di sekolah.
Jenis klausa dapat dibedakan berdasarkan
strukturnya dan berdasarkan kategori yang menjadi predikatnya. Berdasarkan
strukturnya, klausa dapat dibedakan menjadi klausa bebas dan klausa terikat.
Klausa bebas adalah klausa yang mempunyai unsur-unsur lengkap,
sekurang-kurangnya subjek dan predikat. Oleh karena itu, mempunyai potensi
untuk menjadi kalimat mayor. Umpamanya, klausa nenekku masih cantik dan kakekku
gagah berani, yang masing-masing hanya dengan diberi intonasi final sudah
menjadi kalimat mayor. Perhatikan kalimat berikut!
1. Nenekku masih
cantik.
2. Kakekku
gagah berani.
Berbeda dengan klausa bebas yang mempunyai
struktur lengkap, klausa terikat memiliki struktur yang tidak lengkap. Unsur
dalam klausa ini mungkin subjek saja, mungkin objeknya saja, atau berupa
keterangan saja. Oleh karena
itu, klausa terikat tidak mempunyai potensi untuk menjadi kalimat mayor. Klausa terikat biasanya dapat dikenali
dengan adanya konjungsi (penghubung antarkata, antarfrase, antarklausa, dan
antarkalimat) di depannya. Umpamanya, ketika kami sedang belajar.
Berdasarkan kategori unsur yang menjadi
predikatnya. Klausa dapat dibedakan menjadi klausa verbal, klausa nominal,
klausa ajektival, klausa adverbial, dan klausa preposisional.
1. Klausa verbal adalah klausa yang
predikatnya berkategori verba. Contoh,
• nenek
mandi
• susi
menari
• sapi itu
beranak
• matahari
terbit
Kemudian, sesuai dengan adanya berbagai tipe verba maka dikenal adanya
klausa transitif dan klausa intransitif.
a. Klausa transitif, yaitu klausa
yang predikatnya berupa verba transitif (memerlukan objek). Misalnya,
• nenek
menulis surat
• kakek
membaca buku silat
b. Klausa intransitif, yaitu klausa
yang predikatnya berupa verba intransitif (tidak memerlukan objek). Contohnya,
• nenek
menangis
• adik
melompat-lompat
2. Klausa nominal, yaitu klausa yang
predikatnya berupa nomina atau frase nominal. Contohnya,
• Ayahnya
petani di desa itu
• Dia dulu
guru bahasa
• Pacarnya
karyawan bank swasta
3. Klausa ajektival adalah klausa
yang predikatnya berkategori ajektif, baik berupa kata maupun frase. Umpamanya
klausa-klausa berikut.
• Ibu guru
itu cantik sekali
• Bumi ini
sangat luas
• Sekolah
sudah tua sekali
4. Klausa adverbial, yaitu klausa yang predikatnya
berupa adverbia. Misalnya,
klausa bandelnya teramat sangat. Dalam
bahasa Indonesia klausa adverbial sangat terbatas, sejalan dengan jumlah kata
atau frase adverbia yang memang tidak banyak.
5. Klausa preposisional, yaitu
klausa yang predikatnya berupa frase yang berkategori preposisi. Contohnya,
• nenek di
kamar
• dia dari
Medan
• kakek ke
pasar baru
Dalam bahasa Indonesia ragam tidak baku, klausa preposisional ini cukup
produktif, tetapi dalam ragam baku, konstruksi ini dianggap salah. Dalam ragam
bahasa Indonesia baku ketiga klausa di atas akan disusun menjadi:
• nenek ada
di kamar
• dia
datang dari Medan
• kakek
pergi ke pasar baru
Jadi, klausa-klausa itu harus diberi verba
ada, datang, dan pergi. Dengan demikian, klausa itu bukan lagi berupa
klausa preposisional, melainkan klausa verbal yang dilengkapi dengan keterangan.
Jadi, klausa preposisional banyak dijumpai dalam bahasa tidak baku.
6. Klausa numeral, yaitu klausa yang
predikatnya berupa kata
atau frase numeralia. Contohnya,
• gajinya
satu juta sebulan
• anaknya
dua belas orang
• taksinya
lima buah
Dalam bahasa Indonesia baku, konstruksi klausa numeral itu dianggap salah
konstruksi. Contoh yang benar sebagai
berikut.
• gajinya
adalah satu juta sebulan
• anaknya
ada dua belas orang
• taksinya
ada lima buah
Dengan demikian, kata adalah dan ada termasuk
verba maka klausa tersebut sebenarnya bukanlah klausa numeral, melainkan klausa
verbal. Jadi, klausa numeral pun hanya dapat ditemui pada ragam tidak baku.
Selanjutnya, apakah bedanya frase, klausa, dan
kalimat? Seperti yang telah Anda ketahui bahwa frase itu bersifat nonpredikatif
(bentuknya tanpa predikat), klausa bersifat predikatif (bentuknya harus
berpredikat), dan kalimat harus sedikitnya terdiri atas subjek dan predikat.
Akan tetapi, jika frase dan klausa diakhiri dengan intonasi inal (berupa tanda
baca), otomatis bentuknya berubah menjadi kalimat. Misalnya, jawaban dari
pertanyaan ini.
• Mahalkah
harga buku ini?
• Mahal
sekali! (kalimat)
• Andi
sedang membaca buku apa?
• Buku
humor. (kalimat)
Sama halnya dengan frase, klausa juga dapat berpotensi menjadi kalimat jika
dibubuhi intonasi inal. Contohnya,
• Ibu
sedang makan (klausa)
• Ibu
sedang makan. (kalimat)
Berdasarkan contoh tersebut, frase atau klausa dapat berpotensi sebagai
kalimat jika setiap frase atau klausa
dibubuhi intonasi inal.
Selain contoh-contoh tersebut,
carilah contoh-contoh lainnya.
Anda juga dapat mencarinya dari
bacaan-bacaan yang ada dalam pembelajaran-pembelajaran sebelumnya.