Opini Tajuk Rencana
Tajuk rencana atau editorial adalah
opini berisi pendapat dan sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan
terhadap persoalan aktual, fenomenal, atau kontroversial yang sedang menjadi
pembicaraan pada saat surat kabar itu diterbitkan. Opini yang ditulis pihak
redaksi diasumsikan mewakili redaksi sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap
resmi media yang bersangkutan.
Opini tajuk rencana pada judul
pembahasan maksudnya adalah opini redaksi dalam tajuk rencana tersebut. Opini
redaksi ini adalah simpulan redaksi terhadap permasalahan yang diangkat dalam
tajuk rencana, atau jalan keluar yang ditawarkan terhadap permasalahan yang
dibahas dalam tajuk rencana. Opini
redaksi ini biasanya terletak pada bagian akhir dari tajuk rencana.
Contoh tajuk rencana
(1)Tajuk Rencana Kompas
Rabu, 12 Januari 2011
Kritik atas Kebohongan Publik
Keresahan sejumlah tokoh agama mengawali tahun 2011
bukan tanpa alasan. Mereka menyuarakan keresahan umat. Seruannya jelas, pemerintah
melakukan kebohongan-kebohongan publik. Kekuasaan atas nama rakyat dikelola
tidak terutama untuk kebaikan bersama. Kebohongan dilakukan oleh eksekutif, yudikatif,
dan legislatif—tiga lembaga negara demokratis.
Peristiwa aktual-heboh
pelantikan terdakwa kasus korupsi Wali Kota Tomohon, Jefferson Rumajar, dan
penanganan terdakwa kasus mafia pajak, Gayus Tambunan, sekadar contoh.
Legalitas pelantikan berbenturan dengan rasa keadilan publik. Kasus pelesir
Gayus ke Bali, Makau, dan entah ke mana lagi mungkin hanya penyimpangan kasus
raksasa masalah mafia pajak. Dua contoh di atas merupakan puncak gunung es
sikap dasar tidak jujur, tertutup, praksis politis yang menafikan kebaikan
bersama sebagai acuan berpolitik. Media massa sudah nyinyir menyampaikan
praksis kebohongan yang seolah-olah majal berhadapan dengan kerasnya batu
karang nafsu berkuasa.
Begitu liat-rakusnya
kekuasaan sampai kebenaran yang menyangkut data pun dinafikan. Kebohongan demi
kebohongan dilakukan tanpa sadar sebagai bagian dari praksis kekuasaan tidak
prorakyat. Jati diri sosiologi praktis para tokoh agama adalah menyuarakan
seruan keresahan dan keprihatinan umat. Kita tangkap dalam ranah itulah kritik
atas kebohongan publik para tokoh agama.
Kritik atas kebohongan niscaya disampaikan semata- mata karena rasa
memiliki atas masa depan negeri bangsa ini. Seruan mereka tidak dengan maksud
mengajak berevolusi, tetapi menyuarakan nurani etis-moralistis. Mereka pun
tidak bermaksud membakar semangat revolusioner, tetapi penyadaran bersama
tentang gawatnya keadaan. Suara kenabian mengajak laku otokritik, bersama-sama
melakukan evaluasi dan refleksi. Kekuasaan atas mandat rakyat perlu dikelola
untuk bersama-sama maju.
(2) Kompas
Selasa, 14 Februari 2006
TAJUK RENCANA
Sulitnya
Mencari Kerja
Gambaran
seperti itulah yang kita lihat hari-hari terakhir ini. Ribuan orang rela
berdesak-desakan untuk bisa mendaftarkan diri dan mengikuti ujian menjadi PNS.
Di sekeliling kita sekarang ini begitu banyak orang yang belum mendapatkan
pekerjaan. Di sektor formal, orang yang menganggur jumlahnya lebih dari 10 juta
orang. Sementara jika dihitung dengan yang setengah menganggur, angkanya
melebihi 40 juta orang. Dengan kondisi seperti itu, tidak usah heran
apabila orang berlomba untuk mendapatkan pekerjaan. Berbagai upaya ditempuh
untuk bisa mendapatkan pekerjaan, apa pun bentuk pekerjaan itu.
Pertanyaannya, apakah kita menyadari kenyataan itu dan
sama-sama berupaya untuk menyelesaikan persoalan pengangguran ini? Ternyata
tidak. Seorang pejabat tinggi yang menangani masalah ketenagakerjaan secara
gamblang menggambarkan ketidakpedulian kita itu. Ukurannya sederhana
saja, yakni soal upah minimum yang setiap tahun kita selalu ributkan. Tarik
ulur dalam penetapan upah minimum, entah untuk provinsi maupun regional,
sesungguhnya hanya ribut-ribut antarorang yang sudah mendapatkan pekerjaan dan
mereka itu hanya ingin memperoleh kenikmatan lebih.
Hasil yang
dicapai tidak ada urusan dengan jutaan orang yang belum mendapatkan pekerjaan.
Bahkan semakin tinggi upah minimum itu ditetapkan, semakin kecil peluang dari
mereka yang ingin mendapatkan pekerjaan untuk mendapatkan kesempatan. Keadaan
makin diperparah dengan peraturan perundang-undangan yang begitu kaku. Bahkan
ironisnya, pembuat undang-undang tidak memahami secara benar, dalam kondisi
seperti apa warga bangsanya berada.
Kita berasumsi
bahwa bangsa ini dipenuhi oleh orang-orang yang terdidik dan memiliki
keterampilan. Akibatnya, arah kebijakan pembangunan industrinya ditetapkan
tinggi-tinggi. Padahal kenyataannya, sebagian besar bangsa ini adalah
orang-orang yang tidak terampil, tidak memiliki keahlian yang khusus.
Kesalahan dalam melakukan identifikasi
akibatnya menjadi sangat fatal. Arah pengembangan pembangunan tidak sesuai
dengan keinginan kita untuk menampung lebih banyak lapangan kerja. Sepanjang
orientasi kita tidak pernah berubah, jangan heran masalah pengangguran sulit
untuk bisa diselesaikan. Pembukaan kesempatan kerja bagi calon pegawai negeri
sipil seperti sekarang ini hanyalah permen untuk menyenangkan hati, bukan
menyelesaikan persoalan.
Opini
kedua tajuk rencana di atas adalah bagian paragraf yang hurufnya dimiringkan.
Latihan
A. Silangi
B jika benar dan S jika salah!
1. B –
S Opini adalah pendapat.
2. B –
S Tajuk rencana sama dengan editorial.
3. B –
S Tajuk rencana ditulis oleh redaksi.
4. B –
S Tajuk rencana berisi tanggapan
terhadap berita utama media massa ybs.
5. B –
S Opini tajuk rencana maksudnya adalah
tanggapan pembaca.
B. (1)Tentu saja masyarakat berkeberatan
dengan dicalonkannya seorang figur yang selama ini telah bergelimang maksiat.
(2)Posisi kepemimimpinan di tengah kehidupan sosial adalah hal yang mulia dan
sangat penting. (3)Seorang pemimpin adalah lambang dari rakyatnya. (4)Pemimpin
yang baik untuk rakyat yang baik. (5)Pemimpin pulalah nanti yang akan
membawa banyak kebaikan kepada
rakyatnya. (6)Bagaimana mungkin kemudian untuk posisi yang sangat tinggi ini
diberikan kepada seorang yang jelek jejak perjalanan hidupnya. (7)Tentu akan
hancurlah masyarakat tersebut. (8)Sedang untuk memimpin dirinya sendiri saja ia
tidak bisa, apatah lagi akan memimpin orang banyak. (9)Seharusnya, partai yang
mencalonkan pemimpin yang buruk seperti itu harus kembali memeriksa niat baik
mereka dalam berpolitik. (10)Sepertinya mereka hanya menjadikan politik sebagai
sebuah target pencapaian yang bisa diperoleh dengan segala cara.
Opini
dalam tajuk rencana di atas adalah
kalimat nomor … .
A. (1)
dan (2)
B.
(3) dan (4)
C.
(5) dan (6)
D. (7)
dan (8)
E.
(9) dan (10)