Assalamu’alaikum warohmatullaahi wabarokatuh.
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami memberi
kami hidup, telah memberi kami makan dan minum. Segala puji bagi Allah yang
telah memberi kami orang tua yang sangat menyayangi kami. Segala puji kepada
Robbul’alamin yang telah memberi kami guru-guru yang mau berjerih payah
mengajar dan mendidik kami untuk masa depan kami yang lebih baik. Terima kasih
ya Allah, sungguh nikmat dan karunia-Mu tiada berhingga dan tiada terhitung,
hanya saja kami belum mau dan mampu bersyukur. Yang kami kerjakan adalah kedurhakaan
kepada-Mu, kepada kedua orang tua kami, kepada bapak ibu guru kami. Kalau
ditimbang kedurhakaan itu, sungguh gunung-gunung di muka bumi tak sebanding
dengannya. Kalau ditampakkan kedurhakaan itu, niscaya rasa malu kami sudah tak
cukup lagi untuk menutupinya.
Apalagi yang belum kami kerjakan. Menyakiti hati ayah dan
ibu, mengiris-iris hati mereka dengan luka yang amat perih, membantah suruhan,
mematahkan permintaan mereka, menghancurkan harapan mereka, sampai membentak
dan mencaci-maki mereka—walau hanya dalam hati—semua telah kami lakukan,
sebagai balasan dari kerja keras mereka siang malam membesarkan dan mendidik
kami. Adakah dosa yang lebih besar daripada kedurhakaan kepada kedua orang
tua? kami tidak pernah peduli dengan
harapan-harapan ayah dan ibu. Harapan tinggal harapan, dan kami mengikuti kehendak hati.
Apalagi yang belum kami kerjakan. Tiada hari tanpa
pembangkangan kepada bapak ibu guru. Kami rasa kami telah bayar apa yang bapak
ibu guru berikan kepada kami. Tidak cukupkan segenap biaya yang telah kami
keluarkan untuk tiap huruf yang mereka ajarkan. Lalu mengapa kami harus
dicekcoki lagi dengan segudang peraturan dan seribu satu sopan santun yang
mereka sendiri belum tentu mengamalkannya. Kami merasa pembangkangan kami
sebagai sesuatu yang wajar. Kami telah dewasa dan cerdas, dan sanggup membantah
apa saja yang bapak ibu guru ucapkan. Hanya itu yang kami tahu. Kami tak tak
tahu dan tak mau tahu bahwa sebenarnya apa yang bapak ibu guru berikan kepada
kami berupa ilmu dan akhlak tak akan pernah terbayar oleh uang sebanyak apa
pun. Bapak ibu guru adalah mitra ayah ibu kami dalam menunjukkan kepada kami
jalan ke surga, dunia akhirat. Adakah
harga yang pantas bagi orang-orang yang mau bersusah payah menunjukkan kepadamu
jalan ke surga? Seandainya bapak ibu guru mengukur tiap pengabdiannya dengan
uang, maka binasalah kami. Tak ada yang terbaik dari dunia ini yang bisa didapatkan
dengan mengukurnya dengan uang. Ukuran terbaik adalah keikhlasan, yang Allah
Robbul’alaminlah sandarannya. Kami tak
tahu dan tak mau tahu akan hal itu.
Andai kami mati hari ini, maka telah cukuplah dosa-dosa kami
itu sebagai alasan bagi-Nya untuk memasukkan kami ke neraka-Nya. Neraka adalah
tempat yang sangat pantas bagi manusia-manusia keras kepala dan durhaka. Alangkah
panasnya neraka itu dengan apinya yang menghitam, penjaganya yang bengis, dan
hidangannya yang berupa darah, nanah, air mendidih, dan makanan dari buah
berduri yang menghancurkan lambung. Kami tak pernah takut dengan neraka itu
hingga hari ini. Kedurhakaan kami sebagai buktinya.
Maafkan kami ayah ibu. Sebutlah seluruh jasa dan kebaikan
yang telah engkau lakukan kepada kami, sepenuh langit dan bumi, niscaya kami
tidak akan membantahnya. Ibulah yang telah mempertaruhkan nyawanya untuk
melahirkan kami ke dunia ini. ibulah yang telah menyayangi kami dengan kasih
sayang yang memenuhi cakrawala dengan salju kesejukan. Ibu mencintai kami
seindah musim semi, seindah matahari senja yang berbaring berselimut segara
biru. Ayahlah telah memberikan seluruh hidupnya dalam kerja keras untuk masa
depan yang lebih baik bagi kami, anak-anaknya. Tak ada, tak akan pernah ada
pengganti untuk kasih sayang itu ke mana pun kami mencarinya selama bumi
terbentang, di mana pun sampai kapan pun.
Dan kami balas semua itu dengan menghancurkan mimpi-mimpi
indah ayah ibu akan diri kami. Mimpi melihat kami menjadi anak yang soleh:
rajin beribadah kepada Allah dan taat kepada orang tua. andai kami tak pernah
ada, mungkin itu lebih baik.
Maafkan kami bapak ibu guru. Sebutlah bapak ibu guru, semua
jasamu kepada kami, niscaya kami mengaminkannya dengan tunduk dan khusyuk.
Bukankah bapak ibu gurulah yang mengajari kami
berbagai ilmu. Ilmu yang dengan susah payah bapak ibu guru dapatkan.
Hasil kerja keras yang amat panjang dari kedua orang tua bapak ibu dan diri
bapak ibu guru sendiri. Dan hari ini dengan harga murah telah diturunkan kepada
kami. Tak ada harga yang pantas untuk sebuah ilmu, bagi mereka yang tahu. Bapak
ibu guru menunjukkan kepada kami akhlak yang baik, jalan menempuh masa depan
yang lebih baik. Bapak ibu guru bangga melihat kami berhasil, menjadi orang.
Alangkah besar bagi bapak ibu arti kebanggaan itu, mengobati segala jerih
bertahun-tahun mendidik kami. Kamilah yang berbahagia menikmati hasilnya. Tapi,
kami tak menyadarinya. Buktinya, kami tetap keras kepala dan menuding dengan
bermacam prasangka.
Maafkan kami semua. Kami anak-anakmu. Allah telah takdirkan,
Allah telah tuliskan di Lauhmahfudz bahwa kami adalah anak-anakmu sampai
kapanpun. Tetaplah mencintai kami. Tetaplah isi hari-hari ayah ibu, bapak ibu
guru, dengan doa-doa kebaikan kepada kami. Doakan kami menjadi hamba Allah yang
soleh, doakan kami menjadi anak yang berbakti.
Ya Allah, engkau tahu diri-diri kami,
Engkau tahu dosa-dosa dan kesalahan kami, sebanyak bintang-bintang
di langit, sebanyak pasir di lautan.
Ampunilah diri-diri kami, Ya Allah. Sungguh Engkau Maha
Pengampun, ya Gaffar!
Ampunilah dosa kedua orang tua kami. Jadikanlah setiap luka
hati, tiap tetes keringatnya dalam mendidik dan membesarkan kami sebagai
penghapus dosa-dosa mereka. Masukkan ayah dan ibu ke surga-Mu. Jangan pernah ya
Allah, walau sejenak, api neraka menyentuh mereka.
Ya Allah, jadikan kami anak-anak yang soleh agar doa kami
bisa menembus pembatas alam barzakh dan sampai kepada kedua orang tua kami yang
berbaring di kuburnya. Ya Allah jadikan kami hamba-hamba-Mu yang soleh, agar
esok di hari perhitungan kami bisa membela ayah dan ibu. Kami bisa mengatakan
kepada-Mu besok di hari perhitungan, bahwa kedua orang tua kami pantas masuk surga
karena telah mendidik kami untuk rukuk dan sujud kepada-Mu.
Ya Allah, lapangkan pembaringan ayah dan ibu di kuburnya.
Luaskan kuburnya seluas mata memandang. Tampakkan kepada ayah dan ibu tempat
beliau di surga kelak.
Ampuni dosa bapak ibu guru. Balaslah pengabdian mereka
dengan balasan yang berlipat ganda. Lapangkan dadanya, luaskan rizkinya,
bahagiakan keluarganya, dan catatlah tiap huruf yang ia ajarkan
kepada kami sebagai pahala.
Ya Rahman, ya Rahim, Ya Malik, Ya Wahhab, Ya Ganiyy,
kabulkan doa kami, sesungguhnya Engkau Maha Pengabul doa.
Untukmu yang tak berhenti berduka
Untukmu yang berteman air mata
Untukmu yang berhati lara
Untukmu yang menengadah ke langit dengan doa
Untukmu yang jerih dan lelah dalam kerja tiada ujung
Untukmu yang dimakan usia, dengan mimpi dan harapan yang
belum terkabulkan
Untukmu yang terus tengadah dan meminta kepada-Nya, untuk si
buah hati agar berbahagia
Untukmu yang mata air kasih sayangnya melebihi jumlah air
yang memenuhi segala lautan
Untukmu yang menampung duka, lalu menggantinya dengan
senyuman
Untukmu yang berani memberi hidupnya untuk pengganti bagi
diri-diri yang belum tentu berterima kasih
Untukmu yang semua pena akan kering untuk menuliskan jasa
Untukmu wahai ayah bunda
Untukmu, terimalah pelukan hangat kami di kakimu
untuk meminta kerelaan bagi tiap butir nasi yang kami telan
tiap tetes air yang kami minum
tiap usapan yang menghapus duka
Demi petir yang menggelegar membelah angkasa
Demi ombak yang berdebur menghempas pantai
Demi hari kiamat yang pasti kan tiba
Demi Pencipta Langit dan bumi
Jasa ayah dan ibu tak terbalaskan
Dengan apa pun, sampai kapan pun
Allah-lah yang bisa membalasnya
Dengan surga
Keindahan yang tak terbayangkan untuk jasa yang tak
terucapkan