Klausa
Klausa
merupakan satuan gramatik yang terdiri atas S–P baik disertai
O,
PEL, dan KET maupun tidak. Dengan ringkas, klausa ialah S P (O)
(PEL)
(KET). Tanda kurung menandakan bahwa yang terletak dalam
kurung
itu bersifat manasuka, artinya boleh ada, boleh juga tidak ada.
Contoh:
Ketika
orang-orang mulai menyukai ayam bekisar, Edwin sudah
memelihara
untuk dijual di pasaran.
Kalimat
di atas terdiri dari empat klausa, yaitu:
1.
(ketika) orang-orang mulai (S–P);
2.
menyukai ayam bekisar (P–O);
3.
Edwin sudah memelihara (S–P); dan
4.
untuk dijual di pasaran (P–Ket.).
A.
Klausa Berdasarkan Kategori Kata atau Frasa
Perhatikan
kalimat di bawah ini!
Toni
belum sempat mengunjungi kakeknya kemarin.
Klausa
kalimat tersebut jika dianalisis secara fungsional, hasilnya
sebagai
berikut.
Toni
belum sempat mengunjungi kakeknya kemarin
S P O1 KET
N V N
Ket.
Toni
belum sempat mengunjungi kakeknya kemarin
Frasa
P O1 KET
Kata V
N ADV
Keterangan:
N =
Nomina
= kata
benda
V =
Verba
= kata
kerja
ADV =
Adverbia
= kata
keterangan
B.
Klausa Berdasarkan Struktur
Klausa
dapat digolongkan berdasarkan tiga dasar.
1. Klausa
Berdasarkan Struktur Intern
Unsur
inti klausa ialah S dan P. Namun demikian, S sering
kali
dihilangkan dalam kalimat luas sebagai akibat penggabungan
klausa
dan dalam kalimat jawaban. Klausa yang terdiri atas S dan
P
disebut klausa lengkap, sedangkan klausa yang tidak ber-S
disebut
klausa tidak lengkap.
Contoh:
1. din
tidak masuk sekolah karena din sakit.
Subjek
din dalam anak kalimat dapat dihilangkan akibat
penggabungan
klausa din tidak masuk sekolah dan din sakit.
2.
Sedang bermain-main.
Sebagai
jawaban pertanyaan Anak-anak itu sedang apa?
Klausa
dibagi menjadi dua macam, yaitu klausa lengkap dan
klausa
tidak lengkap. Klausa lengkap, berdasarkan struktur
internnya,
dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu klausa
lengkap
yang S-nya terletak di depan P, dan klausa lengkap yang
S-nya
terletak di belakang P. Klausa yang S-nya terletak di depan
P
disebut klausa lengkap susun biasa. Klausa lengkap yang S-nya
terletak
di belakang P disebut klausa lengkap susun balik atau
klausa
inversi.
Contoh:
Klausa
lengkap susun biasa
Klausa
lengkap susun balik
S P
Ket.
daun
pohon itu
para
siswa
sangat
rimbun
masuklah
ke ruang kelas
a.
b.
P S
Ket.
sangat
rimbun
masuklah
daun
pohon itu
para
siswa ke ruang kelas
c.
d.
Klausa
tidak lengkap sudah tentu hanya terdiri atas unsur P,
disertai
O, PEL, atau KET.
Contoh:
e.
sedang bermain-main
f.
menulis surat
g.
telah berangkat ke Jakarta
Klausa
e terdiri atas P, klausa f terdiri atas P diikuti O, dan klausa
g terdiri atas P diikuti KET.
2. Klausa
Berdasarkan Ada Tidaknya Kata Negatif yang secara
Gramatik
Menegatifkan P
a. Klausa
Positif
Klausa
positif ialah klausa yang tidak memiliki kata
negatif
yang secara gramatik menegatifkan P.
Contoh:
1)
Mereka diliputi oleh perasaan senang.
2)
Mertua itu sudah dianggap sebagai ibunya.
b. Klausa
Negatif
Klausa
negatif ialah klausa yang memiliki kata-kata
negatif
yang secara gramatik menegatifkan P. Kata-kata
negatif itu
ialah tiada, tak, bukan, belum, dan jangan.
Contoh:
1)
Orang tuanya sudah tiada.
2)
Yang dicari bukan dia.
3. Penggolongan
Klausa Berdasarkan Kategori Kata atau Frasa yang
Menduduki
Fungsi P
P
mungkin terdiri atas kata atau frasa golongan N, V, Bil,
dan
FD. Berdasarkan golongan atau kategori kata atau frasa yang
menduduki
fungsi P, klausa dapat digolongkan menjadi empat
golongan.
a. Klausa
Nominal
Klausa
nominal ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata
atau
frasa golongan N.
Contoh:
1) Ia guru.
2)
Yang dibeli orang itu sepeda.
Kata
golongan N ialah kata-kata yang secara gramatik
mempunyai
perilaku sebagai berikut.
1)
Pada tataran klausa dapat menduduki fungsi S, P, dan O.
2)
Pada tataran frasa tidak dapat dinegatifkan dengan kata
tidak, melainkan dengan kata bukan,
dapat diikuti kata itu
sebagai
atributnya, dan dapat mengikuti kata depan di
atau pada
sebagai aksisnya.
b. Klausa
Verbal
Klausa
verbal ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata
atau
frasa golongan V.
Contoh:
1)
Petani mengerjakan sawahnya dengan tekun.
2)
Dengan rajin, bapak guru memeriksa karangan murid.
Kata
golongan V ialah kata yang pada tataran klausa
cenderung
menduduki fungsi P dan pada tataran frasa dapat
dinegatifkan
dengan kata tidak. Misalnya kata-kata berdiri,
gugup, menoleh, berhati-hati,
membaca, tidur, dan kurus.
Berdasarkan
golongan kata verbal itu, klausa verbal dapat
digolongkan
sebagai berikut.
1) Klausa
verbal adjektif
Klausa
ini P-nya terdiri atas kata golongan V yang
termasuk
golongan kata sifat atau terdiri atas frasa
golongan
V yang unsur pusatnya berupa kata sifat.
Contoh:
a)
Udaranya panas sekali.
b)
Harga buku sangat mahal.
2) Klausa
verbal intransitif
Klausa
ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk
golongan
kata kerja intransitif atau terdiri atas frasa
verbal
yang unsur pusatnya berupa kata kerja intransitif.
Contoh:
a)
Burung-burung beterbangan di atas permukaan air laut.
b) Anak-anak
sedang bermain-main di teras belakang.
3) Klausa
verbal aktif
Klausa
ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk
golongan
kata kerja transitif atau terdiri atas frasa
verbal
yang unsur pusatnya berupa kata kerja transitif.
Contoh:
a)
Arifin menghirup kopinya.
b)
Ahmad sedang membaca buku novel.
4) Klausa
verbal pasif
Klausa
ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk
golongan
kata kerja pasif atau terdiri atas frasa verbal
yang
unsur pusatnya berupa kata kerja pasif.
Contoh:
a)
Tepat di muka pintu, aku disambut oleh seorang
petugas.
b)
Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh MPR untuk
jangka
waktu lima tahun.
5) Klausa
verbal yang refleksif
Klausa
ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk
golongan
kata kerja refleksif, yaitu kata kerja yang
menyatakan
perbuatan yang mengenai pelaku perbuatan
itu
sendiri. Pada umumnya kata kerja ini berbentuk
kata
kerja meN- diikuti kata diri.
Contoh:
a)
Anak-anak itu menyembunyikan diri.
b)
Mereka sedang memanaskan diri.
6) Klausa
verbal yang resiprokal
Klausa
ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk
golongan
kata kerja resiprokal, yaitu kata kerja
yang
menyatakan kesalingan . Bentuknya ialah (saling)
meN-,
saling ber-an dengan
proses pengulangan atau tidak
dan saling
meN-.
Contoh:
a)
Pemuda dan gadis itu berpandang-pandangan.
b)
Mereka saling memukul.
c. Klausa
Bilangan
Klausa
bilangan atau klausa numeral ialah klausa yang P-nya
terdiri
atas kata atau frasa golongan bilangan.
Contoh:
1)
Roda truk itu ada enam.
2)
Kerbau petani itu hanya dua ekor.
Kata
bilangan ialah kata-kata yang dapat diikuti oleh kata
penyukat.
rang, ekor, batang, keping, buah, kodi,
helai, dan masih
banyak
lagi. Misalnya kata satu, dua, dan seterusnya; kedua,
ketiga, dan seterusnya; beberapa, setiap,
dan sebagainya; sedangkan
frasa
bilangan ialah frasa yang mempunyai distribusi yang
sama
dengan kata bilangan, misalnya dua ekor, tiga batang, lima
buah, setiap jengkal, beberapa
butir, dan sebagainya.
4. Klausa
Depan
Klausa
depan atau klausa preposisional ialah klausa yang Pnya
terdiri
atas frasa depan, yaitu frasa yang diawali oleh kata
depan
sebagai penanda.
Contoh:
a.
Kredit itu untuk para pengusaha lemah.
b.
Pegawai itu ke kantor setiap hari.
Dalam
kalimat tertentu, klausa memiliki dua bagian, yakni
klausa
induk (induk kalimat) dan klausa subordinatif (anak
kalimat).
Keberadaan klausa induk dan klausa anak ini mensyaratkan
konstruksi
tataran sintaksis yang lebih besar.
Perhatikan
contoh berikut ini!
Ana
pergi pada pukul 06.00 ketika saya sedang mandi.
klausa
induk klausa anak
Penggabungan
klausa induk dan klausa anak berarti klausa
tersebut
memasuki tahap struktur kalimat. Penghubungan
antarklausa
ini mensyaratkan kehadiran konjungsi (kata
sambung).
Dilihat dari perilaku sintaksisnya dalam kalimat,
konjungsi
dibagi menjadi empat kelompok, yaitu konjungsi
koordinatif
(dan, serta, atau, tetapi, . . .); konjungsi
korelatif (baik
. .
. maupun . . .; entah
. . . entah . . .; tidak hanya . . ., tetapi juga . . .;
. .
.); konjungsi subordinatif (sejak, karena, setelah, seperti,
agar, dengan,
. . .
.); dan konjungsi antarkalimat (meskipun demikian begitu,
kemudian, oleh karena itu, bahkan,
lagi pula, . . .).
Contoh:
a. Dia
menangis dan istrinya pun tersedu-sedu.
b. Entah
disetujui entah tidak, dia tetap akan mengusulkan
gagasannya.
c.
Narto harus belajar giat agar naik kelas.
d. 1)
Kami tidak sependapat dengan dia. Kami tidak akan
menghalanginya.
2)
Kami tidak sependapat dengan dia. Biarpun begitu, kami
tidak
akan menghalanginya.
Konjungsi-konjungsi
itu dapat menghubungkan kata, frasa,
ataupun
klausa. Dalam hubungannya dengan kata dan frasa,
bentuk
konjungsi bertindak sebagai preposisi. Dalam hubungannya
dengan
klausa, bentuk konjungsi bertindak sebagai murni
konjungsi.
Dengan demikian, kalimat frasa dan klausa pun dapat
diidentifikasi.
Contoh:
Ibu
tidak berbelanja karena uangnya habis.
frasa
konjungsi klausa
klausa
􀀈􀀋􀀋􀀉􀀋􀀋􀀊 􀀈􀀉􀀊 􀀈􀀋􀀋􀀉􀀋􀀋􀀊
􀀈􀀋􀀋􀀋􀀉􀀋􀀋􀀋􀀊
Klausa
Ibu tidak berbelanja sebagai klausa induk dan klausa
uangnya
habis sebagai klausa
anak. Konjungsi karena sebagai
konjungsi
subordinatif-sebab yang menghubungkan dua klausa
atau
lebih dengan status sintaksis tidak sama. Jadi, ada klausa
induk
dan klausa anak.
Sumber:
Sintaksis, Ramlan, 1997, Yogyakarta, Karyono