Proses
Morfologis dan Nonmorfologis
Proses
morfologis ialah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain
yang
merupakan bentuk dasarnya. Bentuk dasar dapat berupa kata atau
frasa.
Pembentukan
kata berdasarkan proses morfologis sebagai berikut.
1.
Afiksasi adalah proses pembentukan kata dengan menambahkan
imbuhan.
Contoh:
pukul di + pukul dipukul
makan makan + an makanan
hujan ke + an + hujan kehujanan
2.
Reduplikasi atau proses pengulangan adalah proses pembentukan kata
dengan
mengulang satuan bahasa baik secara keseluruhan maupun
sebagian.
Contoh:
rumah rumah-rumah
berjalan
berjalan-jalan
pukul pukul-memukul
3.
Komposisi atau pemajemukan (perpaduan) adalah penggabungan dua
kata
atau lebih dalam membentuk kata.
Contoh:
kepala
+ batu kepala batu
mata +
pelajaran mata pelajaran
Selain
pembentukan kata secara morfologis, ada juga pembentukan
kata
secara nonmorfologis. Pembentukan kata secara nonmorfologis dapat
berupa
abreviasi ataupun perubahan bentuk kata.
1.
Abreviasi
Abreviasi
adalah proses penanggalan satu atau beberapa bagian
kata
atau kombinasi kata sehingga jadilah bentuk baru. Kata lain
abreviasi
ialah pemendekan. Hasil proses abreviasi disebut
kependekan.
Bentuk kependekan dalam bahasa Indonesia muncul
karena
terdesak oleh kebutuhan untuk berbahasa secara praktis dan
cepat.
Kebutuhan ini paling terasa di bidang teknis, seperti cabangcabang
ilmu,
kepanduan, dan angkatan bersenjata.
Jenis
abreviasi sebagai berikut.
a. Singkatan
yaitu salah satu hasil proses pemendekan yang berupa
huruf
atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf,
seperti:
FSUI
(Fakultas Sastra Universitas Indonesia),
DKI
(Daerah Khusus Ibukota, dan
KKN(
Kuliah Kerja Nyata),
maupun
yang tidak dieja huruf demi huruf, seperti:
dll. (dan
lain-lain),
dgn.
(dengan),
dst.
(dan seterusnya).
b. Penggalan
yaitu proses pemendekan yang menghilangkan salah
satu
bagian dari kata seperti:
Prof.
(Profesor)
Bu
(Ibu)
Pak (Bapak)
c. Akronim,
yaitu proses pemendekan yang menggabungkan huruf
atau
suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai
sebuah
kata yang memenuhi kaidah fonotaktik Indonesia, seperti:
FKIP
/fkip/ dan bukan /ef/, /ka/, /i/, /pe/
ABRI
/abri/ dan bukan /a/, /be/, /er/, /i/
AMPI
/ampi/ dan bukan /a/, /em/ /pe, /i/
d. Kontraksi,
yaitu proses pemendekan yang meringkaskan kata
dasar
atau gabungan kata, seperti:
tak
dari tidak
sendratari
dari seni drama dan tari
berdikari
dari berdiri di atas kaki sendiri
rudal
dari peluru kendali
e. Lambang
huruf, yaitu proses pemendekan yang menghasilkan
satu
huruf atau lebih yang menggambarkan konsep dasar
kuantitas,
satuan atau unsur, seperti:
g
(gram)
cm
(sentimeter)
Au
(Aurum)
Sumber:
Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia, Harimurti
Kridalaksana,
1992, Gramedia Pustaka Utama
2.
Perubahan Bentuk Kata
Proses
pembentukan kata melalui perubahan bentuk kata dapat
disebut
proses pembentukan kata secara nonmorfologis. Macammacam
perubahan
bentuk kata sebagai berikut.
a. Asimilasi
adalah gejala dua buah fonem yang tidak sama
dijadikan
sama.
alsalam
asalam
ad
similatio asimilasi
b. Disimilasi
adalah proses perubahan bentuk kata dari dua buah
fonem
yang sama dijadikan tidak sama.
vanantara
(Skt) belantara
citta
(Skt) cipta
c. Diftongisasi
adalah proses suatu monoftong yang berubah
menjadi
diftong.
anggota
anggauta
teladan
tauladan
d. Monoftongisasi
adalah proses suatu diftong yang berubah
menjadi
monoftong.
pulau pulo
sungai
sunge
danau dano
e. Haplologi
adalah proses sebuah kata yang kehilangan suatu silaba
(suku
kata) di tengah-tengahnya.
Samanantara
(Skt: sama + an + antara) sementara
budhidaya
budaya
mahardika
(Skt: maha + ardhika) merdeka
f. Anaptiksis
(= suara bakti) adalah proses penambahan bunyi
dalam
suatu kata guna melancarkan ucapannya.
sloka seloka
glana gelana, gulana
g. Metatesis
adalah proses perubahan bentuk kata dari dua fonem
dalam
sebuah kata yang bertukar tempatnya.
padma padam (merah padam = merah seperti
padma:
padma
= lotus merah)
drohaka
durhaka
prtyaya
percaya
arca reca
banteras
berantas
h. Aferesis
adalah proses suatu kata kehilangan satu atau lebih
fonem
pada awal katanya.
adhyasa
jaksa
upawasa
puasa
i. Sinkop
adalah proses suatu kata kehilangan satu fonem atau lebih
di
tengah-tengah kata tersebut.
domina
dona
listuhaju
lituhayu
j. Apokop
adalah proses suatu kata kehilangan suatu fonem pada
akhir
kata.
pelangit
pelangi
possesiva
posesif
k. Protesis
adalah proses suatu kata mendapat tambahan satu fonem
pada
awal kata.
lang elang mas emas
smara asmara stri istri
l. Epentesis
(= mesogoge) adalah proses suatu kata mendapat
tambahan
suatu fonem atau lebih di tengah-tengah kata.
akasa angkasa gopala (Skt) gembala
jaladhi
jeladri racana (Skt) rencana
m. Paragog
adalah proses penambahan fonem pada akhir kata:
hulubala
hulubalang ana anak
ina inang kaka kakak
Sumber:
Tatabahasa Indonesia, Gorys Keraf, 1970