Membedakan Fonem
Bunyi vokal
dihasilkan dengan pita suara terbuka sedikit. Pita suara tersebut bergetar
ketika dilalui arus udara yang dipompakan dari paru-paru. Kemudian, arus udara
itu keluar melalui rongga mulut tanpa hambatan, kecuali bentuk mulut yang
terbentuk sesuai dengan jenis vokal.
Bunyi vokal dibedakan berdasarkan posisi lidah dan
bentuk mulut. Berdasarkan posisi lidah, vokal dapat bersifat vertikal atau
horizontal. Vokal secara vertikal, dibedakan adanya vokal tinggi, yakni bunyi
/i/ dan /u/; vokal tengah, yaitu /e/ dan /o/; dan vokal rendah, yaitu bunyi
/a/. Secara horizontal dibedakan adanya vokal depan, misalnya bunyi /i/ dan
/e/; vokal pusat, misalnya, bunyi //; dan vokal belakang, misalnya bunyi /u/
dan /o/. Selanjutnya, berdasarkan bentuk mulut dibedakan atas vokal bundar dan
vokal tak bundar. Vokal bundar, misalnya bunyi /o/ dan /u/, sedangkan vokal tak
bundar, misalnya bunyi /i/ dan /e/. Sekarang, praktikkanlah perbedaan
bunyi-bunyi vokal tersebut dalam kata-kata buku, baki, baku, baka; kuda, kado;
susu, sisa, sisi!
Konsonan adalah bunyi bahasa yang ketika diucapkan
aliran udara memperoleh hambatan.
Menurut Samsuri (dalam Analisis Bahasa), berdasarkan tempat
artikulasi, konsonan dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk, yaitu :
1. Bilabial, yaitu konsonan yang terjadi oleh
gerakan kedua belah bibir, bibir bawah merapat pada bibir atas. Konsonan yang
termasuk bilabial ini adalah bunyi /b/, /p/, dan /m/. Bunyi /p/ dan /b/
merupakan bunyi oral, yaitu yang dikeluarkan melalui rongga mulut. Adapun /m/
adalah bunyi nasal, yakni bunyi yang dikeluarkan melalui rongga hidung.
Praktikkanlah konsonan dalam kata-kata asam, asap, adab.
2. Labiodental, yakni konsonan yang terjadi pada
gigi bawah dan bibir atas; gigi bawah merapat pada bibir atas. Konsonan yang
termasuk labiodental adalah bunyi/f/ dan /v/. Praktikkanlah konsonan tersebut
dalam kata-kata sifat, dan televisi.
3. Laminoalveolar, yaitu konsonan yang terjadi
pada daun lidah dan gusi; Posisi daun lidah menempel pada gusi. Konsonan yang
termasuk laminoalveolar adalah bunyi /t/ dan /d/. Praktikkanlah konsonan
tersebut dalam kata-kata tekad dan dekat.
4. Dorsovelar, yakni konsonan yang terjadi pada
pangkal lidah dan langit-langit lunak.
Konsonan yang termasuk dorsovelar adalah bunyi /k/ dan /g/.
Praktikkanlah konsonan tersebut dalam kata-kata kaku dan gagu.
Selanjutnya, berdasarkan cara artikulasinya atau hambatan terhadap arus
udara, konsonan dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Hambat
(letupan), terjadi jika artikulator menutup
sepenuhnya aliran udara sehingga udara terhambat di belakang tempat penutupan
itu. Kemudian, penutupan itu dibuka tiba-tiba dan menyebabkan terjadinya
letupan. Konsonan letupan, antara lain
bunyi /p/, /b/, /t/, /d/, /k/, dan /g/. Praktikkanlah konsonan tersebut dalam
kata-kata siap, kirab, adat, abad, sepak, dialog.
2.
Geseran, terjadi jika artikulator
membentuk celah sempit sehingga udara yang melaluinya mendapat gangguan.
Konsonan yang termasuk geseran antara lain bunyi /f/, /s/, dan /z/.
Praktikkanlah konsonan tersebut dalam kata-kata fasih, usus, zat.
3.
Paditan, terjadi jika artikulator aktif
menghambat sepenuhnya aliran udara, lalu membentuk celah sempit. Adapun
konsonan yang termasuk paditan, antara lain bunyi /c/. Praktikkanlah konsonan
tersebut dalam kata-kata cacat, kaca, cara.
4.
Sengauan atau nasal,
terjadi jika artikulator menghambat sepenuhnya aliran udara melalui
mulut, tetapi membiarkannya keluar melalui rongga hidung dengan bebas. Contoh
konsonan nasal adalah bunyi /m/, /n/, dan /ñ/. Praktikkanlah konsonan tersebut
dalam kata-kata kusam, makan, menyendiri.
5.
Getaran atau trill,
terjadi jika artikulator melakukan kontak beruntun sehingga getaran
bunyi itu terjadi berulang-ulang. Contohnya adalah konsonan /r/. Praktikkanlah
konsonan tersebut dalam kata-kata rusak, barak, bakar, transaksi
6.
Sampingan atau lateral, vterjadi jika artikulator menghambat aliran udara pada
bagian tengah mulut, lalu membiarkan udara keluar melalui samping lidah.
Contohnya adalah konsonan /l/. Praktikkanlah konsonan tersebut dalam kata-kata
lilin, siul
7.
Hampiran atau aproksiman, terjadi jika
artikulator membentuk ruang yang mendekati posisi terbuka seperti dalam
pembentukan vokal, tetapi tidak cukup sempit untuk menghasilkan konsonan
geseran. Oleh karena itu, bunyi yang dihasilkan sering juga disebut semivokal.
Di sini hanya ada dua buah bunyi, yaitu /w/ dan /y/. Praktikkanlah konsonan
tersebut dalam kata-kata wahyu, yoyo, bawa!
Dalam berbahasa orang seringkali terpengaruh fonem
bahasa ibu (bahasa daerah). Bahkan, penggunaannya pun terkadang tidak disadari.
Misalnya, orang yang berbahasa ibu bahasa Sunda sering mengucapkan kata Sabtu
menjadi /Saptu/, orang yang berbahasa ibu Jawa seringkali mengucapkan kata
Bandung menjadi /mBandung/. Nah, adakah contoh-contoh lainnya? Ayo, sebutkan
dan perhatikan lafalnya!