Gurindam
Gurindam termasuk puisi lama yang
terdiri
atas dua baris dalam satu bait. Kalimat
baris pertama menyatakan
perbuatan dan kalimat baris kedua
menyatakan akibat yang timbul
dari perbuatan itu.
Perhatikanlah contoh gurindam berikut.
Kurang pikir kurang siasat,
tentu dirimu kelak tersesat.
Cahari olehmu akan sahabat,
yang boleh dijadikan obat.
Apabila banyak berkata-kata,
di situlah jalan masuknya dusta.
Apabila banyak gelak tertawa,
itulah tanda hampirkan duka
Dilihat dari bentuknya, gurindam hampir
sama dengan pantun
kilat (karmina). Bedanya, karmina
terdiri atas sampiran dan isi,
sedangkan gurindam tidak memiliki
sampiran dan merupakan
sebuah kalimat yang memiliki hubungan
sebab akibat. Perhatikan
teks berikut.
Kurang pikir kurang siasat,
tentu dirimu kelak tersesat.
Berdasarkan contoh tersebut, kita dapat
menyimpulkan ciri-ciri
gurindam, yakni sebagai berikut.
1. Gurindam terdiri atas dua baris/larik
dalam satu bait.
2. Rima akhirnya berpola a-a.
3. Sempurna dengan dua baris saja.
4. Baris pertama merupakan sebab
(syarat/perbuatan) dan baris
kedua merupakan akibat.
5. Gurindam selalu mengandung nasihat.
Agar lebih memahami isi gurindam, Anda
dapat melisankannya,
seperti halnya berbalas pantun. Dengan
memperhatikan
lafal dan intonasi yang tepat, Anda
dapat melisankan gurindam itu dengan baik.
Untuk melisankan sebuah gurindam dengan
baik, ada baiknya kita
memperhatikan aspek lafal, intonasi, dan
ekspresi. Lafal merupakan
cara seseorang atau sekelompok orang
dalam suatu masyarakat bahasa
dalam mengucapkan bunyi bahasa.
Menguasai aspek lafal ini, kita
dituntut jelas dan lugas setiap
mengucapkan bunyi-bunyi bahasa.
Berikutnya, kita pun harus memerhatikan
aspek intonasi.
Intonasi adalah lagu bicara seseorang
dalam melafalkan bunyi
bahasa. Memahami aspek intonasi ini
bermanfaat untuk penguasaan
meninggikan dan merendahkan setiap
mengucapkan bunyi bahasa.
Sementara itu, aspek ekspresi itu untuk
meningkatkan rasa
pemahaman kita dalam menyampaikan sebuah
gagasan. Penyatuan
jiwa antara gagasan sebuah teks dan
perasaan yang melisankannya,
menjadikan terjadinya kesatupaduan makna
yang utuh. Dengan
demikian, memahami ketiga aspek tersebut
bisa menjadi prasyarat
untuk melisankan sebuah gurindam.
Ketika Anda melisankan sebuah gurindam
dengan memperhatikan
ketiga aspek tersebut, Anda atau orang
yang mendengarkan
pembacaan itu akan mudah menjelaskan
diksi, menyimpulkan
isi, dan mengetahui kekhasan bentuk
gurindam pada masanya.
Diksi (pemilihan kata) suatu karya
sastra itu bisa dipahami
dalam tiga bentuk:
1. pembendaharaan kata;
2. urutan kata (word
order);
3. daya sugesti kata-kata.
Sebagai contoh, lisankanlah gurindam berikut
dengan memperhatikanpenanda
lafal dan intonasinya.
1. Kurang
pikir / kurang siasat/
tentu dirimu / kelak tersesat//
2. Cahari
olehmu / akan sahabat/
yang boleh / dijadikan obat//
Dapatkah Anda menyimpulkan isi gurindam
tersebut? Gurindam
(1) berisi pesan bahwa jika kita
melakukan suatu perbuatan tanpa
didasari oleh ilmu, tentu kita akan
terjerumus pada kesesatan.
Adapun, gurindam (2) berisi pesan bahwa
kita harus pandai-pandai
mencari teman untuk dijadikan sahabat.
Sahabat yang baik adalah
yang mampu memberikan ketenangan
dan menjadi "obat" manakala kita
dalam kesusahan.
Seperti telah dikemukakan sebelumnya
bahwa baris-baris dalam
gurindam memiliki hubungan sebab akibat.
Dengan demikian, diksi
(pilihan kata) pada baris pertama
mempunyai hubungan yang erat
dengan diksi baris kedua.
Gurindam yang paling terkenal dalam
karya sastra Indonesia
lama adalah "Gurindam Dua
Belas" karya Raja Ali Haji. Disebut
"Gurindam Dua Belas" bukan
berarti terdiri atas dua belas bait,
melainkan gurindam yang berisi dua belas
pasal. "Gurindam Dua
Belas" berisi persoalan ibadah,
tugas dan kewajiban raja, adab anak
terhadap orangtua, tugas orangtua
terhadap anak, dan sifat-sifat
bermasyarakat yang baik.
Raja Ali Haji menerangkan gurindam sebagai
berikut: "Ada
pun arti gurindam itu, yaitu perkataan
yang bersajak. Pada akhir
pasangannya, tetapi sempurna
perkataannya dengan satu pasangan
saja, jadilah seperti sajak yang pertama
itu syarat dan sajak yang
kedua itu jadi seperti jawab."
GURINDAM
12
K
a r y a R a j a A l i
H a j i
Pasal
Pertama (1) Gurindam 12
Barang
siapa tiada memegang agama
Segala-gala
tiada boleh dibilang nama
Barang
siapa mengenal yang empat
Maka
yaitulah orang yang ma’rifat
Barang
siapa mengenal Allah
Suruh
dan tegaknya tiada ia menyalah
Barang
siapa mengenal diri
Maka
telah mengenal akan Tuhan yang bahri
Barang
siapa mengenal dunia
Tahulah
ia barang yang terpedaya
Barang
siapa mengenal akhirat
Tahulah
ia dunia mudharat
Pasal
Kedua (2) Gurindam 12
Barang
siapa mengenal yang tersebut
Tahulah
ia makna takut
Barang
siapa meninggalkan sembahyang
Seperti
rumah tiada bertiang
Barang
siapa meninggalkan puasa
Tidaklah
mendapat dua termasa
Barang
siapa meninggalkan zakat
Tiadalah
hartanya beroleh berkat
Barang
siapa meninggalkan haji
Tiadalah
ia menyempurnakan janji
Pasal
Ketiga (3) Gurindam 12
Apabila
terpelihara mata
Sedikitlah
cita-cita
Apabila
terpelihara kuping
Khabar
yang jahat tiadalah damping
Apabila
terpelihara lidah
Niscaya
dapat daripadanya faedah
Bersungguh-sungguh
engkau memeliharakan tangan
Daripada
segala berat dan ringan
Apabila
perut terlalu penuh
Keluarlah
fi’il yang tidak senonoh
Anggota
tengah hendaklah ingat
Di
situlah banyak orang yang hilang semangat
Hendaklah
peliharakan kaki
Daripada
berjalan yang membawa rugi
Pasal
keempat (4) Gurindam 12
Hati
itu kerajaan di dalam tubuh
Jikalau
zalim segala anggota tubuh pun rubuh
Apabila
dengki sudah bertanah
Datanglah
daripadanya beberapa anak panah
Mengumpat
dam memuji hendaklah pikir
Di
situlah banyak orang yang tergelincir
Pekerjaan
marah jangan dibela
Nanti
hilang akal di kepala
Jika
sedikitpun berbuat bohong
Boleh
diumpamakan mulutnya itu pekung
Tanda
orang yang amat celaka
Aib
dirinya tiada ia sangka
Bakhil
jangan diberi singgah
Itulah
perompak yang amat gagah
Barang
siapa yang sudah besar
Janganlah
kelakuannya membuat kasar
Barang
siapa perkataan kotor
Mulutnya
itu umpama ketor
Di
manakah salah diri
Jika
tidak orang lain yang berperi
Pekerjaan
takbur jangan direpih
Sebelum
mati didapat juga sepih
Pasal Kelima
(5) Gurindam 12
Jika
hendak mengenal orang berbangsa
Lihat
kepada budi dan bahasa
Jika
hendak mengenal orang yang berbahagia
Sangat
memeliharakan yang sia-sia
Jika
hendak mengenal orang mulia
Lihatlah
kepada kelakuan dia
Jika
hendak mengenal orang yang berilmu
Bertanya
dan belajar tiadalah jemu
Jika
hendak mengenal orang yang berakal
Di
dalam dunia mengambil bekal
Jika
hendak mengenal orang yang baik perangai
Lihat
pada ketika bercampur dengan orang ramai
Pasal
Keenam (6) Gurindam 12
Cahari
olehmu akan sahabat
Yang
boleh dijadikan obat
Cahari
olehmu akan guru
Yang
boleh tahukan tiap seteru
Cahari
olehmu akan isteri
Yang
boleh menyerahkan diri
Cahari
olehmu akan kawan
Pilih
segala orang yang setiawan
Cahari
olehmu akan abdi
Yang
ada baik sedikit budi
Pasal
Ketujuh (7) Gurindam 12
Apabila
banyak berkata-kata
Di
situlah jalan masuk dusta
Apabila
banyak berlebih-lebihan suka
Itu
tanda hampirkan duka
Apabila
kita kurang siasat
Itulah
tanda pekerjaan hendak sesat
Apabila
anak tidak dilatih
Jika
besar bapanya letih
Apabila
banyak mencacat orang
Itulah
tanda dirinya kurang
Apabila
orang yang banyak tidur
Sia-sia
sajalah umur
Apabila
mendengar akan kabar
Menerimanya
itu hendaklah sabar
Apabila
mendengar akan aduan
Membicarakannya
itu hendaklah cemburuan
Apabila
perkataan yang lemah lembut
Lekaslah
segala orang mengikut
Apabila
perkataan yang amat kasar
Lekaslah
orang sekalian gusar
Apabila
pekerjaan yang amat benar
Tidak
boleh orang berbuat onar
Pasal
Kedelapan (8) Gurindam 12
Barang
siapa khianat akan dirinya
Apalagi
kepada lainnya
Kepada
dirinya ia aniaya
Orang
itu jangan engkau percaya
Lidah
suka membenarkan dirinya
Daripada
yang lain dapat kesalahannya
Daripada
memuji diri hendaklah sabar
Biar
daripada orang datangnya kabar
Orang
yang suka menampakkan jasa
Setengah
daripadanya syirik mengaku kuasa
Kejahatan
diri disembunyikan
Kebajikan
diri diamkan
Ke’aiban
orang jangan dibuka
Ke’aiban
diri hendaklah sangka
Pasal ke
Sembilan (9) Gurindam 12
Tahu
pekerjaan tak baik tetapi dikerjakan
Bukannya
manusia yaitulah syaitan
Kejahatan
seorang perempuan tua
Itulah
iblis punya penggawa
Kepada
segala hamba-hamba raja
Di
situlah syaitan tempatnya manja
Kebanyakan
orang yang muda-muda
Di
situlah syaitan tempat bergoda
Perkumpulan
laki-laki dengan perempuan
Di
situlah syaitan punya jamuan
Adapun
orang tua(h) yang hemat
Syaitan
tak suka membuat sahabat
Jika
orang muda kuat berguru
Dengan
syaitan jadi berseteru
Pasal ke
Sepuluh (10) Gurindam 12
Dengan
bapa jangan derhaka
Supaya
Allah tidak murka
Dengan
ibu hendaklah hormat
Supaya
badan dapat selamat
Dengan
anak janganlah lalai
Supaya
boleh naik ke tengah balai
Dengan
kawan hendaklah adil
Supaya
tangannya jadi kapil
Pasal
ke-11 (sebelas) Gurindam 12
Hendaklah
berjasa
Kepada
yang sebangsa
Hendak
jadi kepala
Buang
perangai yang cela
Hendaklah
memegang amanat
Buanglah
khianat
Hendak
marah
Dahulukan
hujjah
Hendak
dimalui
Jangan
memalui
Hendak
ramai
Murahkan
perangai
Pasal
ke-12 (Dua Belas) Gurindam 12
Raja
mufakat dengan menteri
Seperti
kebun berpagarkan duri
Betul
hati kepada raja
Tanda
jadi sebarang kerja
Hukum
adil atas rakyat
Tanda
raja beroleh inayat
Kasihkan
orang yang berilmu
Tanda
rahmat atas dirimu
Hormat
akan orang yang pandai
Tanda
mengenal kasa dan cindai
Ingatkan
dirinya mati
Itulah
asal berbuat bakti
Akhirat
itu terlalu nyata
Kepada
hati yang tidak buta
Tamatlah
gurindam yang dua belas pasal karangan Raja Ali Haji pada tahun Hijrah Nabi
kita seribu dua ratus enam puluh tiga (1263)
kepada tiga likur hari bulan Rajab Selasa lima Negeri Riau Pulau
Penyengat.