Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh,
Anakku, buah hatiku.
Tahukah dirimu nak, alangkah banyak hal yang ingin ibu
sampaikan, tapi ibu tidak ingin menyampaikannya kepadamu. Biarlah ia terpendam
di lubuk hati ibu yang paling dalam. Biarlah ia menjadi sesuatu yang tiada
siapa pernah tahu, kecuali Allah Subhanahuwata’ala. Di antara yang ibu tak
ingin engkau tahu adalah segala derita dan kepayahan yang ibu dan ayah rasakan
dalam membesarkan dan mendidikmu. Kami tak ingin menyebutnya kepadamu, atau
kepada siapa pun. Kalaupun suatu saat kami tak tahan lagi, kami akan mengadu
kepada Zat yang telah mempercayakan dirimu kepada kami berdua. Kami minta
petunjuk dan kemudahan kepada-Nya untuk kebahagiaanmu.
Rasa sayang kami kepadamu terlalu besar melebihi segala
kepayahan dalam membesarkan dan mendidikmu. Kasih sayang itulah yang mengobati
segala kelelahan, luka hati, dan keputusasaan.
Alangkah berbahagianya kami ketika pertama kali melihatmu.
Dirimu adalah karunia terbesar dalam hidup kami. Tak mungkin dirimu
dibandingkan dengan kesenangan apa pun dari kesenangan-kesenangan dunia fana
ini. tawa dan senyummu mengusir seluruh penat dan keletihan. Binar bola mata
kanak-kanakmu yang suci membuat kami terbang ke awan. Seakan kami berada di
surga bersama para malaikat dan orang-orang suci yang disayang Allah. Ketika
pertama kali engkau memanggil kami dengan panggilan ayah dan bunda, serasa
bertambah kekuatan kami beratus kali lipat, sehingga kami yakin bahwa tak akan
ada kekuatan apa pun yang bisa mematahkan rasa sayang kami kepadamu, tak akan ada
kekuatan dunia ini yang bisa memisahkan kita, tak akan kesulitan apa pun yang
bisa mematahkan semangat kami untuk membahagiakanmu.
Apa yang ibu bisa ucapkan hanya doa-doa untuk kebahagiaanmu.
Tahukah dirimu apa yang kami inginkan? Yaitu balaslah doa-doa kami dengan
doa-doa dalam sujudmu. Doakan kepada Allah agar Ia ampuni ayah dan ibumu ini. Doakan
kepada Allah agar dijauhkan kami dari azab neraka. Dalam rentang usia yang
panjang ini, alangkah teramat banyak dosa yang telah kami lakukan.
Kami ikhlaskan seluruh yang
telah kami berikan, seluruh yang telah kami lakukan kepadamu kalau itu
sebuah kebaikan. Dan untuk semua kesalahan yang telah kami lakukan dalam
membesarkan dan mendidikmu, maka maafkanlah ayah dan ibu.
Kami tahu bahwa alangkah banyak kesalahan kami kepadamu.
Kami yang kurang ilmu, ucapan kami yang menyakitkan hati, dan permintaan
permintaanmu yang sebagian besar tak mampu kami penuhi. Alangkah banyak
kekurangan kami sebagai orang tua. maafkan untuk semua kekurangan itu.
Anakku sayang belahan jiwa,
Surga itulah kebahagiaan yang abadi, kebahagiaan yang
sebenarnya. Ibu dan ayah ingin mengajakmu ke sana. Kami ingin kita berkumpul
lagi di surga kelak, seperti berkumpulnya kita di dunia ini. itulah tujuan
kita. Surga itulah yang akan kita perjuangkan. Ibu ingin tertanam kuat di
hatimu keinginan untuk masuk ke surga itu, lalu engkau berjuang dengan
perjuangan yang luar biasa besar. Dan jangan lupa Nak, niatkan selalu bahwa kau
akan mengajak kami bersamamu di surga kelak. Siapa yang tahu, kalau-kalau
ternyata kami adalah ahli neraka. Rasa cinta dari dirimu pada saat itu akan
menjadi perisai api neraka. Sungguh kami takut masuk neraka, dan salah satu
harapan kami adalah dirimu.
Tapi anakku,
Alangkah sedih hati ayah dan ibu..
Adakah penghuni surga itu adalah orang-orang yang sering
keluar malam, keluyuran tanpa arah dan tujuan. Tidak mungkin wanita-wanita
penghuni surga itu adalah wanita-wanita murahan, yang bisa dibawa sembarang
lelaki ke sana ke mari, seenaknya. Tidak mungkin wanita penghuni surga adalah
wanita yang berpakaian tidak menutup aurat, malah seperti tak berpakaian. Tidak
mungkin.
Wanita penghuni surga adalah wanita yang hari ini menjaga
auratnya; wanita yang hari ini menjaga iman dan harga dirinya; menjaga kesucian
dirinya. Wanita calon penghuni surga itu mahal, Nak. Tak ada harga yang pantas.
Kalaupun nanti ia menyerahkan dirinya kepada suaminya, itu pun ia lakukan
semata karena mencari keridaan Allah subhanahu wata’ala.
Adakah calon penghuni surga itu melakukan dosa besar bernama
zina dengan topeng bernama pacaran. Tidak mungkin.
Tidak mungkin surga didapat dalam kemalasan yang terus
diperturutkan.
Alangkah pedih hati ayah dan ibu…
Harapan kami hingga hari ini belum menampak, walau hanya
bayangannya. Harapan bahwa dirimu, anakku, akan menjadi anak yang soleh dan
soleha. Yang tampak adalah kebalikannya.
Kata-kata yang tajam mengiris hati.
Pandangan menantang menyurutkan nyali.
Adab dan etika yang kering, sekering padang pasir di musim
kemarau panjang.
Mana anak-anak mungil manis kami dulu yang kami harapkan
akan terus bertambah cintanya kepada ayah ibunya, seiring bertambah usia
mereka, dan seiring bertambah tuanya diri kami.
Orang tua mendekati masa kanak-kanak. Hati yang perasa,
tubuh yang lemah, dan butuh perhatian. Kata cinta itu tak pernah kami dengar,
yang ada kata kekesalan dan kemarahan karena tak mampunya kami memenuhi apa yang ia minta.
Mana mata yang dahulu bercahaya yang selalu membuat kami
rindu. Yang ada sekarang adala mata yang selalu sinis dan selalu menyalahkan.
Alangkah buruk diri-diri kami dalam
pandanganmu. Alangkah banyak salah dan dosa kami kepada engkau wahai anak,
sehingga tidak ada jalan lagi untuk memaafkan kesalahan-kesalahan itu.
Mana mulut yang dulu menangis memanggil ayah ibu, walau
hanya sejenak perpisahan itu. Yang tinggal mulut yang tiada berhenti
memproduksi kata-kata pahit yang meninggalkan jejak di hati. Jejak yang sungguh
tidak manis untuk dikenang.
Mana yang dahulu ada, sekarang hilang entah ke mana. Hilang
seperti telah hilangnya dirimu dari sisimu dalam banyak waktu-waktu terakhir
ini. Dalam waktu-waktu ketika kamilah yang mulai meminta perhatian darimu.
Tapi, jangan khawatir Nak. Cinta kami kepadamu tak pernah
hilang atau berkurang. Cinta kami tidak punya logika, sehingga ia bisa
dipahami. Kami telah maafkan semua yang salah darimu. Kami tetap penuhi solat
kami dengan doa-doa kebahagiaan untukmu. Kami akan terus dan terus ..
terus memberikan yang terbaik yang kami
bisa.. untukmu..
Anakku kekasih hati…
Isilah hari-harimu dalam perjuangan tak mengenal lelah dalam
menuntut ilmu. Dengan ilmulah engkau akan genggam dunia ini, dengan ilmu pula
engkau kan raih akhirat. Selalulah berusaha berbuat kebaikan di manapun dan
kapanpun. Jangan meremehkan kebaikan sekecil apa pun, baik yang engkau lakukan,
atau yang dilakukan orang lain terhadapmu. Perbaikilah terus akhlakmu. Baiknya
akhlak adalah kunci kebahagiaan dunia. Engkau bisa membeli teman yang buruk
dengan uangmu yang banyak, tapi tidak dengan teman yang baik. Teman yang baik
baru bisa didapat dengan akhlak yang baik.
Surga, sekali lagi, surgalah pelabuhan yang akan kita tuju.
Berjuanglah ke sana dengan kapalmu. Lawanlah badai, gelombang, dengan keteguhan
niat dan keikhlasan. Jangan lupa, niatkan selalu bahwa engkau akan mengajak
ayah dan ibu ke surga bersamamu.
Ya Allah, Rabb Pencipta Langit, bumi, dan Pencipta diri-diri
kami
Telah Engkau tetapkan dengan ilmu-Mu bahwa kami hidup di
dunia ini, kami terima dan kami selalu berusaha bersyukur sebanyak-banyaknya
akan karunia itu.
Telah Engkau tetapkan dengan takdir dan ketentuan-Mu yang
penuh hikmah, anak-anak yang akan menemani kami di dunia ini.
Anak-anak yang merupakan amanah yang harus kami pertanggungjawabkan
kelak di hadapan-Mu di Hari Perhitungan. Bahwa kami harus mengajari mereka
menjadi hamba-hamba-Mu yang tunduk sujud merendahkan diri kepada-Mu saja.
Inilah mereka. Sungguh kami adalah manusia yang lemah dan
tiada daya. Sungguh banyak kekurangan dan kesalahan kami dalam membesarkan dan
mendidik mereka. Ampunilah dosa dan salah kami, Ya Allah. Berilah kami petunjuk
dalam mendidik anak-anak kami menjadi hamba-hamba-Mu yang soleh. Tambahkan
hidayah ke hati anak-anak kami sehingga mereka memiliki kekuatan dalam melawan
fitnah dosa dan maksiat yang menggila mengitari mengelilingi mereka tiap detik
di mana pun mereka berada. Berikan kepada mereka teman-teman yang baik yang
senantiasa mengajak mereka kepada kebaikan dan mencegah dari kerusakan.
Beberapa hari lagi mereka akan menghadapi hari-hari yang
berat dan menentukan dalam masa belajar mereka di SMA, yaitu hari-hari ujian
nasional. Ya Rabburrahman Arrahiim, bukakan pikiran mereka, kuatkan ingatan
mereka, mudahkan urusan mereka, dan berikan mereka hasil yang terbaik dari
usaha mereka.
Ya Rabb, ilmu-Mu meliputi segala sesuatu, dan tak ada yang
kami tahu selain apa yang Engkau berikan kepada kami. Ampunilah kami dan jangan
tidak acuhkan kami dan doa-doa kami, walau hanya sejenak. Sesungguhnya hidup
kami, mati kami hanya untuk-Mu semata.
Amiin ya robbal ‘alamin.
penulis: Malin Batuah