BISMILLAAHIRROH
MAA NIRROHIIM
Apa yang paling berarti dari dunia ini
bagi seorang ibu, seorang ayah. Apa yang dicari dalam dunia yang sejenak ini
oleh seorang ibu, seorang ayah. Dengarlah baik-baik anak-anakku sayang.
Dirimu, anakku, dirimulah yang paling berarti dari apa
saja dari kehidupan dunia ini. Dirimu tak bisa diukur dengan emas, perak, harta
benda apa pun, atau kenikmatan apa pun dari dunia ini. Dirimu, anakku sayang.
Dirimu kekayaan tak ternilai. Kami rela mengorbankan harta benda, mengorbankan
tenaga, waktu, perasaan, dan bahkan mengorbankan selembar nyawa kami demi
kalian. Biarlah kami mati asal kalian hidup. Biarlah kami sengsara asal kalian
bahagia. Dunia ini kecil ketika kami harus memilih antara dunia ini dengan diri
kalian.
Tak pernahkah dirimu, anak-anakku sayang, menatap mata
ayah, menatap mata ibu ketika kami memandangmu. Tataplah. Di sana selalu ada
air mata yang siap sedia mengalir untuk mengiringi tiap langkahmu. Air mata
yang selalu mengalir tiap mengenang betapa masih kurang diri ini memberikan
yang terbaik bagi diri kalian. Air mata yang selalu mengalir untuk semua
kebahagiaan dan dukacita yang kalian alami.
Dimata kami penuh doa yang terus dilafalkan oleh lidah
kami:
·
Ya Allaa..h…, jadikan anak-anak kami anak-anak yang soleh, penyejuk
mata dan penghibur hati
·
Ya Allaa..h…, jadikan anak-anak kami calon penghuni surga-Mu
·
Ya Allaa..h…, jauhkan anak-anak kami dari bala dan bencana
·
Ya Allaa..h…, jauhkan anak-anak kami dari maksiat, dosa, dan
fitnah dunia yang menyesatkan dan menjerumuskan
·
Ya Allaa..h…, jadikan anak-anak kami pejuang-pejuang agama-Mu
yang ihklas
·
Ya Allaa..h…, kumpulkan kembali kami dan anak-anak kami kelak
di surga-Mu
Nak,
Tataplah
mata ayah, ibu. Di mata itu kami simpan harapan-harapan kami. Kami titipkan
harapan-harapan itu pada Allah Pemilik dirimu. Allah Yang Maha Pencipta telah
menitipkan dirimu kepada kami. Dipikulkan sesuatu beban yang berat di pundak
kami. Beban yang tak terpikul oleh gunung sekalipun. Allah wajibkan kepada kami
untuk mendidik dirimu menjadi hamba-hamba-Nya yang soleh. Allah wajibkan kami
untukmendidik dirimu menjadi hamba-hamba-Nya yang rukuk, sujud, dan rela
mengorbankan dirinya untuk sebuah cinta: cinta kepada-Nya, Allah AlMalik
AlQuddus.
Anak-anakku
belahan jiwa,
Mengapa
matamu sinis ketika kami sampaikan harapan-harapan itu kepadamu. Mengapa kau
palingkan wajahmu ketika lidah kami mengucapkan nasihat-nasihat kehidupan untuk
bekal hari-harimu. Hati kami tersayat, pedih, perih.
Mengapa
anakku sayang, engkau lontarkan kata-kata itu. Kata-kata yang tajam, kasar.
Mengapa engkau banting buku, tas, dan pintu di hari itu. Suatu hari di dalam
hidup kami. Seakan terbang melayang ruh kami. Sakitnya kematian lebih kami
senangi daripada sakitnya hati ini oleh kenyataan pahit ini.
Allaahu
rabbi…
Inikah
anak yang dulu kami lahirkan bersimbah darah, antara hidup dan mati. Inikah
anak yang dulu kami timang siang malam tanpa kenal kantuk dan lelah. Inikah
anak yang dulu kami suapi dengan air mata dan keringat kami. Air susu dibalas
air tuba. Setelah ia besar dan memiliki kekuatan, ia tatap kami dengan matanya
yang tajam memvonis. Setelah ia besar dan kuat, ia ucapkan kata-kata itu, ia
acungkan tangannya yang perkasa.
Wajah
yang sekarang menatap kami dengan penuh kebencian itu, dulu adalah wajah yang
selalu kami ciumi dengan segenap cinta. Mulut yang mengiris hati itu, dulu
adalah mulut yang minum air susu dan kami suapi. Kami suapi dari kerasnya
kehidupan. Hidup yang pahit, ketika kami suapkan ke mulut itu telah menjadi
sesuatu yang manis. Tangan yang hari ini ia acungkan kepada kami, dulu adalah
tangan yang kami bimbing. Tak seekor nyamuk kami biarkan menyentuhnya.
Ya
Allaah.. ya robbi…
Terlalu
banyakkah salah dan dosa kami sehingga kami Engkau uji dengan ujian seberat
ini. Engkau uji kami dengan jantung hati kami sendiri.
Ya
Allaah.. ya robbi…
Sedemikian
burukkah diri-diri kami sehingga Engkau hancurkan harapan-harapan yang kami
semai di jiwa anak-anak kami.
Ampunilah
dosa-dosa kami, ya Gafurur Rohim.
Maafkanlah
kesalahan-kesalahan kami.
Kasihanilah
kami.
Janganlah
Engkau uji kami dengan kebinasaan yang Engkau timpakan kepada anak-anak kami.
Jangan
Engkau siksa kami dengan tangan anak-anak kami sendiri.
Ampunilah
dosa-dosa kami, maafkanlah kesalahan-kesalahan kami, kasihanilah kami Ya Rahmaanurrohiim.
Anak-anaku
tersayang,
Di
hari bersejarah ini. Hari di mana dirimu telah melewati suatu tahap dari
usahamu meretas masa depan. Dengarlah pesan kami ini nak. Dengar dan camkanlah!
Kami bahagia dengan hasil usahamu dalam
perjuangan yang bernama ujian nasional SMA ini. Kami mendoakan kelulusan dan
hasil terbaik untukmu. Kami bahagia bahwa sebentar lagi dirimu akan segera
menginjak bangku perguruan tinggi. Setelah itu, dirimu akan menjadi orang-orang
hebat melebihi ayah dan ibumu ini. Kami bersyukur akan apa yang telah dan akan
terjadi sebentar lagi.
Nak,kami
tidak mengharapkan harta benda yang engkau berikan kepada kami. Yang kami
harapkan adalah engkau tetap rukuk dan sujud kepada Robb Pencipta Alam semesta,
dan engkau sayangi kami di hari-hari akhir dari kehidupan kami. Engkau beri
kami cinta di hari tua yang penuh kelemahan.
Gapailah
gerbang kejayaan itu setinggi bintang di pawana. Barikan kepada kami buah manis
dari bibit-bibit cinta yang telah kami semai di hatimu.
Selamat
berjuang menghadapi Ujian Nasional. Sucikan hati, luruskan niat. Mintalah
kepada Allah. Bergantunglah semata hanya kepada-Nya. Laa hawla wala quwwata
illa billaah.
Kejar
cita-citamu.
Jadilah
hamba-hamba Allah yang soleh.
Jadilah
anak-anak yang berbakti.
Surga
menanti, pasti.
Semilir angin menyapa mega putih
Awan berarak membawa air jernih suci
Jatuh menitik menumbuh benih
Bumi berseri semerbak harum
Apa tanda cinta dan kasih
Diungkap apa yang bersemayam di hati
Duka tiada membawa sedih
Derita dilawan senyum dikulum
Ibu mati laralah jiwa
Ayah mati datang sengsara
Ke mana cinta kan dicari
Putus pupus raga nyawa
Anakku sayang tumpuan cinta
Hilang harta tak mengapa
Hilang benda bisa dicari
Kebahagiaanmu segalanya bagi ayah bunda
ROBBANA
HABLANAA MIN AZWAJINA WAZURRIYATINA QURROTA A’YUN WAJ’ALNA LIL MUTTAQIINA
IMAAMA.
ALHAMDULILLAAHIROBBIL’ALAMIN.
Penulis : Malin Batuah