Monday, April 23, 2012

SOAL UJIAN SEMESTER KELAS XI








Ketika Mas Gagah Pergi


SOAL  UJIAN SEMESTER KELAS XI
                                                                                                                 Oleh : Helvi Tyana Rosa

Mas gagah berubah! Ya, beberapa bulan belakangan ini masku, sekaligus saudara kandungku satu-satunya itu benar-benar berubah!

Mas Gagah Perwira Pratama, masih kuliah di Tehnik Sipil UI semester tujuh. Ia seorang kakak yang sangat baik, cerdas, periang dan tentu saja…ganteng !Mas Gagah juga sudah mampu membiayai sekolahnya sendiri dari hasil mengajar privat untuk anak-anak SMA.

Sejak kecil aku sangat dekat dengannya. Tak ada rahasia di antara kami. Ia selalu mengajakku ke mana ia pergi. Ia yang menolong di saat aku butuh pertolongan. Ia menghibur dan membujuk di saat aku bersedih. Membawakan oleh-oleh sepulang sekolah dan mengajariku mengaji. Pendek kata, ia selalu melakukan hal-hal yang baik, menyenangkan dan berarti banyak bagiku.

Saat memasuki usia dewasa, kami jadi semakin dekat. Kalau ada saja sedikit waktu kosong, maka kami akan menghabiskannya bersama. Jalan-jalan, nonton film atau konser musik atau sekedar bercanda dengan teman-teman. Mas Gagah yang humoris itu akan membuat lelucon-lelocon santai hingga aku dan teman-temanku tertawa terbahak. Dengan sedan putihnya ia berkeliling mengantar teman-temanku pulang usai kami latihan teater. Kadang kami mampir dan makan-makan dulu di restoran, atau bergembira ria di Dufan Ancol.

Tak ada yang tak menyukai Mas Gagah. Jangankan keluarga atau tetangga, nenek-kakek, orang tua dan adik kakak teman-temanku menyukai sosoknya.

"Kakak kamu itu keren, cute, macho dan humoris. Masih kosong nggak sih?"

"Git, gara-gara kamu bawa Mas Gagah ke rumah, sekarang orang rumahku suka membanding-bandingkan teman cowokku sama Mas Gagah lho! Gila, berabe kan?!"

"Gimana ya Git, agar Mas Gagah suka padaku?"

Dan banyak lagi lontaran-lontaran senada yang mampir ke kupingku. Aku Cuma mesem-mesem bangga.

Pernah kutanyakan pada Mas Gagah mengapa ia belum juga punya pacar. Apa jawabnya?

"Mas belum minat tuh! Kan lagi konsentrasi kuliah. Lagian kalau Mas pacaran…, banyak anggaran. Banyak juga yang patah hati! He..he..he…"Kata Mas Gagah pura-pura serius.

Mas Gagah dalam pandanganku adalah cowok ideal. Ia serba segalanya. Ia punya rancangan masa depan, tetapi tak takut menikmati hidup. Ia moderat tetapi tidak pernah meninggalkan shalat!

Itulah Mas Gagah!

Tetapi seperti yang telah kukatakan, entah mengapa beberapa bulan belakangan ini ia berubah! Drastis! Dan aku seolah tak mengenal dirinya lagi. Aku sedih. Aku kehilangan. Mas Gagah yang kubanggakan kini entah kemana…

"Mas Gagah! Mas! Mas Gagaaaaaahhh!" teriakku kesal sambil mengetuk pintu kamar Mas Gagah keras-keras. Tak ada jawaban. Padahal kata Mama, Mas Gagah ada di kamarnya. Kulihat stiker metalik di depan pintu kamar Mas Gagah. Tulisan berbahasa Arab gundul. Tak bisa kubaca. Tetapi aku bisa membaca artinya: Jangan masuk sebelum memberi salam!

"Assalaamu’alaikum!"seruku.

Pintu kamar terbuka dan kulihat senyum lembut Mas Gagah.

"Wa alaikummussalaam warohmatullahi wabarokatuh. Ada apa Gita? Kok teriak-teriak seperti itu?" tanyanya.

"Matiin kasetnya!"kataku sewot.

"Lho memangnya kenapa?"

"Gita kesel bin sebel dengerin kasetnya Mas Gagah! Memangnya kita orang Arab…, masangnya kok lagu-lagu Arab gitu!" aku cemberut.

"Ini Nasyid. Bukan sekedar nyanyian Arab tapi dzikir, Gita!"

"Bodo!"

"Lho, kamar ini kan daerah kekuasaannya Mas. Boleh Mas melakukan hal-hal yang Mas sukai dan Mas anggap baik di kamar sendiri," kata Mas Gagah sabar. "Kemarin waktu Mas pasang di ruang tamu, Gita ngambek.., Mama bingung. Jadinya ya dipasang di kamar."

"Tapi kuping Gita terganggu Mas! Lagi asyik dengerin kaset Air Supply yang baru…,eh tiba-tiba terdengar suara aneh dari kamar Mas!"

"Mas kan pasang kasetnya pelan-pelan…"

"Pokoknya kedengaran!"

"Ya, wis. Kalau begitu Mas ganti aja dengan nasyid yang bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Bagus lho!"

"Ndak, pokoknya Gita nggak mau denger!" Aku ngeloyor pergi sambil membanting pintu kamar Mas Gagah.

Heran. Aku benar-benar tak habis pikir mengapa selera musik Mas Gagah jadi begitu. Ke mana kaset-kaset Scorpion, Wham, Elton John, Queen, Eric Claptonnya?"

"Wah, ini nggak seperti itu Gita! Dengerin Scorpion atau Eric Clapton belum tentu mendatangkan manfaat, apalagi pahala. Lainlah ya dengan nasyid senandung islami. Gita mau denger? Ambil aja di kamar. Mas punya banyak kok!" begitu kata Mas Gagah.

Oala.

Sebenarnya perubahan Mas Gagah nggak Cuma itu. Banyak. Terlalu banyak malah! Meski aku cuma adik kecilnya yang baru kelas dua SMA, aku cukup jeli mengamati perubahan-perubahan itu. Walau bingung untuk mencernanya.

Di satu sisi kuakui Mas Gagah tambah alim. Shalat tepat waktu berjamaah di Mesjid, ngomongnya soal agama terus. Kalau aku iseng mengintip dari lubang kunci, ia pasti lagi ngaji atau membaca buku Islam. Dan kalau aku mampir ke kamarnya, ia dengan senang hati menguraikan isi buku yang dibacanya, atau malah menceramahiku. Ujung-ujungnya "Ayo dong Gita, lebih feminim. Kalau kamu mau pakai rok, Mas rela deh pecahin celengan buat beliin kamu rok atau baju panjang. Muslimah kan harus anggun. Coba adik manis, ngapain sih rambut ditrondolin begitu!"

Uh. Padahal dulu Mas Gagah oke-oke saja melihat penampilanku yang tomboy. Dia tahu aku cuma punya dua rok! Ya rok seragam sekolah itu saja! Mas Gagah juga tidak pernah keberatan kalau aku meminjam baju kaos atau kemejanya. Ia sendiri dulu selalu memanggilku Gito, bukan Gita! Eh sekarang pakai panggil adik manis segala!

Hal lain yang nyebelin, penampilan Mas Gagah jadi aneh. Sering juga Mama menegurnya.

"Penampilanmu kok sekarang lain Gah?"

"Lain gimana Ma?"

"Ya nggak semodis dulu. Nggak dendy lagi. Biasanya kamu kan paling sibuk sama penampilan kamu yang kayak cover boy itu…"

Mas Gagah cuma senyum. "Suka begini Ma. Bersih, rapi meski sederhana. Kelihatannya juga lebih santun."

Ya, dalam pandanganku Mas Gagah kelihatan menjadi lebih kuno, dengan kemeja lengan panjang atau baju koko yang dipadu dengan celana panjang semi baggy-nya. "Jadi mirip Pak Gino." Komentarku menyamakannya dengan supir kami. "Untung aja masih lebih ganteng."

Mas Gagah cuma tertawa. Mengacak-acak rambutku dan berlalu. Mas Gagah lebih pendiam? Itu juga kurasakan. Sekarang Mas Gagah nggak kocak seperti dulu. Kayaknya dia juga males banget ngobrol lama dan bercanda sama perempuan. Teman-temanku bertanya-tanya. Thera, peragawati sebelah rumah kebingungan.

Dan..yang paling gawat, Mas Gagah emoh salaman sama perempuan! Kupikir apa sih maunya Mas Gagah?"

"Sok kece banget sih Mas? Masak nggak mau jabatan tangan sama Tresye? Dia tuh cewek paling beken di sanggar Gita tahu?" tegurku suatu hari. "Jangan gitu dong. Sama aja nggak menghargai orang!"

"Justru karena Mas menghargai dia, makanya Mas begitu," dalihnya, lagi-lagi dengan nada yang amat sabar. "Gita lihat kan gaya orang Sunda salaman? Santun tetapi nggak sentuhan. Itu yang lebih benar!"

Huh, nggak mau salaman. Ngomong nunduk melulu…, sekarang bawa-bawa orang Sunda. Apa hubungannya?"

Mas Gagah membuka sebuah buku dan menyorongkannya kepadaku."Baca!"

Kubaca keras-keras. "Dari Aisyah ra. Demi Allah, demi Allah, demi Allah, Rasulullah Saw tidak pernah berjabatan tangan dengan wanita kecuali dengan mahromnya. Hadits Bukhori Muslim."

Mas Gagah tersenyum.

"Tapi Kyai Anwar mau salaman sama Mama. Haji Kari, Haji Toto, Ustadz Ali…," kataku.

"Bukankah Rasulullah qudwatun hasanah? Teladan terbaik?" Kata Mas Gagah sambil mengusap kepalaku. "Coba untuk mengerti ya dik manis?"

Dik manis? Coba untuk mengerti? Huh! Dan seperti biasa aku ngeloyor pergi dari kamar Mas Gagah dengan mangkel.

Menurutku Mas Gagah terlalu fanatik. Aku jadi khawatir, apa dia lagi nuntut ilmu putih? Ah, aku juga takut kalau dia terbawa orang-orang sok agamis tapi ngawur. Namun akhirnya aku tidak berani menduga demikian. Mas Gagah orangnya cerdas sekali. Jenius malah. Umurnya baru dua puluh satu tahun tetapi sudah tingkat empat di FT-UI. Dan aku yakin mata batinnya jernih dan tajam. Hanya…yaaa akhir-akhir ini dia berubah. Itu saja. Kutarik napas dalam-dalam.

"Mau kemana Gita?"

"Nonton sama temen-temen." Kataku sambil mengenakan sepatu."Habis Mas Gagah kalau diajak nonton sekarang kebanyakan nolaknya."

"Ikut Mas aja yuk!"

"Ke mana? Ke tempat yang waktu itu lagi? Ogah. Gita kayak orang bego di sana!"

Aku masih ingat jelas. Beberapa waktu lalu Mas Gagah mengajak aku ke rumah temannya. Ada pengajian. Terus pernah juga aku diajak menghadiri tablig akbar di suatu tempat. Bayangin, berapa kali aku diliatin sama cewek lain yang kebanyakan berjilbab itu. Pasalnya aku ke sana dengan memakai kemeja lengan pendek, jeans belel dan ransel kumalku. Belum lagi rambut trondol yang tidak bisa disembunyiin. Sebenarnya Mas Gagah menyuruhku memakai baju panjang dan kerudung yang biasa Mama pakai ngaji. Aku nolak sambil ngancam nggak mau ikut.

"Assalamualaikum!" terdengar suara beberapa lelaki.
Mas Gagah menjawab salam itu. Tak lama kulihat Mas Gagah dan teman-temannya di ruang tamu. Aku sudah hafal dengan teman-teman Mas Gagah. Masuk, lewat, nunduk-nunduk, nggak ngelirik aku…, persis kelakuannya Mas Gagah.

"Lewat aja nih, Gita nggak dikenalin?"tanyaku iseng.

Dulu nggak ada teman Mas Gagah yang tak akrab denganku. Tapi sekarang, Mas Gagah bahkan nggak memperkenalkan mereka padaku. Padahal teman-temannya lumayan handsome.
Mas Gagah menempelkan telunjuknya di bibir. "Ssssttt."

Seperti biasa aku bisa menebak kegiatan mereka. Pasti ngomongin soal-soal keislaman, diskusi, belajar baca Quran atau bahasa Arab… yaa begitu deh!

"Subhanallah, berarti kakak kamu ihkwan dong!" Seru Tika setengah histeris mendengar ceritaku. Teman akrabku ini memang sudah hampir sebulan berjilbab rapi. Memusiumkan semua jeans dan baju-baju you can see-nya.

"Ikhwan?’ ulangku. "Makanan apaan tuh? Saudaranya bakwan atau tekwan?" Suaraku yang keras membuat beberapa makhluk di kantin sekolah melirik kami.

"Husy, untuk laki-laki ikhwan dan untuk perempuan akhwat. Artinya saudara. Biasa dipakai untuk menyapa saudara seiman kita." Ujar Tika sambil menghirup es kelapa mudanya. "Kamu tahu Hendra atau Isa kan? Aktivis Rohis kita itu contoh ikhwan paling nyata di sekolah ini."

Aku manggut-manggut. Lagak Isa dan Hendra memang mirip Mas Gagah.

"Udah deh Git. Nggak usah bingung. Banyak baca buku Islam. Ngaji. Insya Allah kamu akan tahu menyeluruh tentang agama kita ini. Orang-orang seperti Hendra, Isa atau Mas Gagah bukanlah orang-orang yang error. Mereka hanya berusaha mengamalkan Islam dengan baik dan benar. Kitanya aja yang belum ngerti dan sering salah paham."

Aku diam. Kulihat kesungguhan di wajah bening Tika, sobat dekatku yang dulu tukang ngocol ini. Tiba-tiba di mataku ia menjelma begitu dewasa.

"Eh kapan kamu main ke rumahku? Mama udah kangen tuh! Aku ingin kita tetap dekat Gita…mesti kita mempunyai pandangan yang berbeda, " ujar Tika tiba-tiba.

"Tik, aku kehilangan kamu. Aku juga kehilangan Mas Gagah…" kataku jujur. "Selama ini aku pura-pura cuek tak peduli. Aku sedih…"

Tika menepuk pundakku. Jilbab putihnya bergerak ditiup angin." Aku senang kamu mau membicarakan hal ini denganku. Nginap di rumah, yuk, biar kita bisa cerita banyak. Sekalian kukenalkan dengan Mbak Ana.

"Mbak Ana?"

"Sepupuku yang kuliah di Amerika! Lucu deh, pulang dari Amerika malah pakai jilbab. Ajaib. Itulah hidayah.

"Hidayah."

"Nginap ya. Kita ngobrol sampai malam dengan Mbak Ana!"

"Assalaamualaikum, Mas ikhwan.. eh Mas Gagah!" tegurku ramah.

‘Eh adik Mas Gagah! Dari mana aja? Bubar sekolah bukannya langsung pulang!" Kata Mas Gagah pura-pura marah, usai menjawab salamku.

"Dari rumah Tika, teman sekolah, "jawabku pendek. "Lagi ngapain, Mas?"tanyaku sambil mengitari kamarnya. Kuamati beberapa poster, kaligrafi, gambar-gambar pejuang Palestina, Kashmir dan Bosnia. Puisi-puisi sufistik yang tertempel rapi di dinding kamar. Lalu dua rak koleksi buku keislaman…

"Cuma lagi baca!"

"Buku apa?"

"Tumben kamu pingin tahu?"

"Tunjukkin dong, Mas…buku apa sih?"desakku.

"Eiit…eiitt Mas Gagah berusaha menyembunyikan bukunya.
Kugelitik kakinya. Dia tertawa dan menyerah. "Nih!"serunya memperlihatkan buku yang tengah dibacanya dengan wajah yang setengah memerah.

"Naah yaaaa!"aku tertawa. Mas Gagah juga. Akhirnya kami bersama-sama membaca buku "Memilih Jodoh dan Tata Cara Meminang dalam Islam" itu.

"Maaas…"

"Apa Dik Manis?"

"Gita akhwat bukan sih?"

"Memangnya kenapa?"

"Gita akhwat atau bukan? Ayo jawab…" tanyaku manja.

Mas Gagah tertawa. Sore itu dengan sabar dan panjang lebar, ia berbicara padaku. Tentang Allah, Rasulullah. Tentang ajaran Islam yang diabaikan dan tak dipahami umatnya. Tentang kaum Muslimin di dunia yang selalu menjadi sasaran fitnah serta pembantaian dan tentang hal-hal-lainnya. Dan untuk pertamakalinya setelah sekian lama, aku kembali menemukan Mas Gagahku yang dulu.

Mas Gagah dengan semangat terus bicara. Terkadang ia tersenyum, sesaat sambil menitikan air mata. Hal yang tak pernah kulihat sebelumnya.

"Mas kok nangis?"

"Mas sedih karena Allah, Rasul dan Islam kini sering dianggap remeh. Sedih karena umat banyak meninggalkan Quran dan sunnah, juga berpecah belah. Sedih karena saat Mas bersenang-senang dan bisa beribadah dengan tenang, saudara-saudara seiman di belahan bumi lainnya sedang digorok lehernya, mengais-ngais makanan di jalan dan tidur beratap langit."

Sesaat kami terdiam. Ah Mas Gagah yang gagah dan tegar ini ternyata sangat perasa. Sangat peduli…

"Kok tumben Gita mau dengerin Mas ngomong?" Tanya Mas Gagah tiba-tiba.

"Gita capek marahan sama Mas Gagah!" ujarku sekenanya.

"Memangnya Gita ngerti yang Mas katakan?"

"Tenang aja. Gita ngerti kok!" kataku jujur. Ya, Mbak Ana juga pernah menerangkan demikian. Aku ngerti deh meskipun tidak begitu mendalam.

Malam itu aku tidur ditemani buku-buku milik Mas Gagah. Kayaknya aku dapat hidayah.

Hari-hari berlalu. Aku dan Mas Gagah mulai dekat lagi seperti dulu. Meski aktifitas yang kami lakukan bersama kini berbeda dengan yang dulu. Kini tiap Minggu kami ke Sunda Kelapa atau Wali Songo, mendengarkan ceramah umum, atau ke tempat-tempat di mana tablig akbar digelar. Kadang cuma aku dan Mas Gagah. Kadang-kadang, bila sedikit terpaksa, Mama dan Papa juga ikut.

"Apa nggak bosan, Pa…tiap Minggu rutin mengunjungi relasi ini itu. Kebutuhan rohaninya kapan?" tegurku.Biasanya Papa hanya mencubit pipiku sambil menyahut, "Iya deh, iya!"

Pernah juga Mas Gagah mengajakku ke acara pernikahan temannya. Aku sempat bingung, soalnya pengantinnya nggak bersanding tetapi terpisah. Tempat acaranya juga begitu. Dipisah antara lelaki dan perempuan. Terus bersama souvenir, para tamu juga diberi risalah nikah. Di sana ada dalil-dalil mengapa walimah mereka dilaksanakan seperti itu. Dalam perjalanan pulang, baru Mas Gagah memberi tahu bagaimana hakikat acara pernikahan dalam Islam. Acara itu tidak boleh menjadi ajang kemaksiatan dan kemubaziran. Harus Islami dan semacamnya. Ia juga mewanti-wanti agar aku tidak mengulangi ulah mengintip tempat cowok dari tempat cewek.
Aku nyengir kuda.

Tampaknya Mas Gagah mulai senang pergi denganku, soalnya aku mulai bisa diatur. Pakai baju yang sopan, pakai rok panjang, ketawa nggak cekakaan.
"Nyoba pakai jilbab. Git!" pinta Mas Gagah suatu ketika.
"Lho, rambut Gita kan udah nggak trondol. Lagian belum mau deh jreng.

Mas Gagah tersenyum. "Gita lebih anggun jika pakai jilbab dan lebih dicintai Allah kayak Mama."

Memang sudah beberapa hari ini Mama berjilbab, gara-garanya dinasihati terus sama Mas Gagah, dibeliin buku-buku tentang wanita, juga dikomporin oleh teman-teman pengajian beliau.

"Gita mau tapi nggak sekarang," kataku. Aku memikirkan bagaimana dengan seabreg aktivitasku, prospek masa depan dan semacamnya.

"Itu bukan halangan." Ujar Mas Gagah seolah mengerti jalan pikiranku.
Aku menggelengkan kepala. Heran, Mama yang wanita karier itu cepat sekali terpengaruh dengan Mas Gagah.

"Ini hidayah, Gita." Kata Mama. Papa yang duduk di samping beliau senyum-senyum.

"Hidayah? Perasaan Gita duluan yang dapat hidayah, baru Mama. Gita pakai rok aja udah hidayah.

"Lho! " Mas Gagah bengong.

Dengan penuh kebanggaan kutatap lekat wajah Mas Gagah. Gimana nggak bangga? Dalam acara studi tentang Islam yang diadakan FTUI untuk umum ini, Mas Gagah menjadi salah satu pembicaranya. Aku yang berada di antara ratusan peserta rasanya ingin berteriak, "Hei itu kan Mas Gagah-ku!"

Mas Gagah tampil tenang. Gaya penyampaiannya bagus, materi yang dibawakannya menarik dan retorikanya luar biasa. Semua hening mendengar ia bicara. Aku juga. Mas Gagah fasih mengeluarkan ayat-ayat Quran dan hadits. Menjawab semua pertanyaan dengan baik dan tuntas. Aku sempat bingung, "Lho Mas Gagah kok bisa sih?" Bahkan materi yang disampaikannya jauh lebih bagus daripada yang dibawakan oleh kyai-kyai kondang atau ustadz tenar yang biasa kudengar.

Pada kesempatan itu Mas Gagah berbicara tentang Muslimah masa kini dan tantangannya dalam era globalisasi. "Betapa Islam yang jelas-jelas mengangkat harkat dan martabat wanita, dituduh mengekang wanita hanya karena mensyariatkan jilbab. Jilbab sebagai busana takwa, sebagai identitas Muslimah, diragukan bahkan oleh para muslimah kita, oleh orang Islam itu sendiri, " kata Mas Gagah.
Mas Gagah terus bicara. Kini tiap katanya kucatat di hati.

Lusa ulang tahunku. Dan hari ini sepulang sekolah, aku mampir ke rumah Tika. Minta diajarkan cara memakai jilbab yang rapi. Tuh anak sempat histeris juga. Mbak Ana senang dan berulang kali mengucap hamdallah.

Aku mau kasih kejutan kepada Mas Gagah. Mama bisa dikompakin. Nanti sore aku akan mengejutkan Mas Gagah. Aku akan datang ke kamarnya memakai jilbab putihku. Kemudian mengajaknya jalan-jalan untuk persiapkan tasyakuran ulang tahun ketujuh belasku.
Kubayangkan ia akan terkejut gembira. Memelukku. Apalagi aku ingin Mas Gagah yang memberi ceramah pada acara syukuran yang insya Allah akan mengundang teman-teman dan anak-anak yatim piatu dekat rumah kami.

"Mas ikhwan! Mas Gagah! Maasss! Assalaamualaikum! Kuketuk pintu Mas Gagah dengan riang.

"Mas Gagah belum pulang. "kata Mama.

"Yaaaaa, kemana sih, Ma??" keluhku.

"Kan diundang ceramah di Bogor. Katanya langsung berangkat dari kampus…"

"Jangan-jangan nginep, Ma. Biasanya malam Minggu kan suka nginep di rumah temannya, atau di Mesjid. "

"Insya Allah nggak. Kan Mas Gagah ingat ada janji sama Gita hari ini." Hibur Mama menepis gelisahku.

Kugaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal. Entah mengapa aku kangen sekali sama Mas Gagah.

"Eh, jilbab Gita mencong-mencong tuh!" Mama tertawa.
Tanganku sibuk merapikan jilbab yang kupakai. Tersenyum pada Mama.

Sudah lepas Isya’ Mas Gagah belum pulang juga.

"Mungkin dalam perjalanan. Bogor kan lumayan jauh.." hibur Mama lagi.

Tetapi detik demi detik menit demi menit berlalu sampai jam sepuluh malam, Mas Gagah belum pulang juga.

"Nginap barangkali, Ma." Duga Papa.

Mama menggeleng. "Kalau mau nginap Gagah selalu bilang, Pa."

Aku menghela napas panjang. Menguap. Ngantuk. Jilbab putih itu belum juga kulepaskan. Aku berharap Mas Gagah segera pulang dan melihatku memakainya.

"Kriiiinggg!" telpon berdering.

Papa mengangkat telpon,"Hallo. Ya betul. Apa? Gagah?"

"Ada apa, Pa." Tanya Mama cemas.

"Gagah…kecelakaan…Rumah Sakit Islam…" suara Papa lemah.

"Mas Gagaaaaahhhh" Air mataku tumpah. Tubuhku lemas.
Tak lama kami sudah dalam perjalanan menuju Cempaka Putih. Aku dan Mama menangis berangkulan. Jilbab kami basah.

Dari luar kamar kaca, kulihat tubuh Mas Gagah terbaring lemah. Kaki, tangan dan kepalanya penuh perban. Informasi yang kudengar sebuah truk menghantam mobil yang dikendarai Mas Gagah. Dua teman Mas Gagah tewas seketika sedang Mas Gagah kritis.
Dokter melarang kami masuk ke dalam ruangan.

" Tetapi saya Gita adiknya, Dok! Mas Gagah pasti mau melihat saya pakai jilbab ini." Kataku emosi pada dokter dan suster di depanku.

Mama dengan lebih tenang merangkulku. "Sabar sayang, sabar."

Di pojok ruangan Papa dengan serius berbicara dengan dokter yang khusus menangani Mas Gagah. Wajah mereka suram.

"Suster, Mas Gagah akan hidup terus kan, suster? Dokter? Ma?" tanyaku. "Papa, Mas Gagah bisa ceramah pada acara syukuran Gita kan?" Air mataku terus mengalir.

Tapi tak ada yang menjawab pertanyaanku kecuali kebisuan dinding-dinding putih rumah sakit. Dan dari kaca kamar, tubuh yang biasanya gagah dan enerjik itu bahkan tak bergerak.

"Mas Gagah, sembuh ya, Mas…Mas..Gagah, Gita udah menjadi adik Mas yang manis. Mas..Gagah…" bisikku.

Tiga jam kemudian kami masih berada di rumah sakit. Sekitar ruang ICU kini telah sepi. Tinggal kami dan seorang bapak paruh baya yang menunggui anaknya yang juga dalam kondisi kritis. Aku berdoa dan terus berdoa. Ya Allah, selamatkan Mas Gagah…Gita, Mama, Papa butuh Mas Gagah…umat juga."

Tak lama Dokter Joko yang menangani Mas Gagah menghampiri kami. "Ia sudah sadar dan memanggil nama Papa, Mama dan Gi.."

"Gita…" suaraku serak menahan tangis.

Pergunakan waktu yang ada untuk mendampinginya sesuai permintaannya. Sukar baginya untuk bertahan. Maafkan saya…lukanya terlalu parah." Perkataan terakhir dokter Joko mengguncang perasaan, menghempaskan harapanku!.

"Mas…ini Gita Mas.." sapaku berbisik.

Tubuh Mas Gagah bergerak sedikit. Bibirnya seolah ingin mengucapkan sesuatu.
Kudekatkan wajahku kepadanya. "Gita sudah pakai jilbab, kataku lirih. Ujung jilbabku yang basah kusentuhkan pada tangannya."

Tubuh Mas Gagah bergerak lagi.

"Dzikir…Mas." Suaraku bergetar. Kupandang lekat-lekat tubuh Mas Gagah yang separuhnya memakai perban. Wajah itu begitu tenang.

"Gi..ta…"
Kudengar suara Mas Gagah! Ya Allah, pelan sekali.

"Gita di sini, Mas…"
Perlahan kelopak matanya terbuka.

"Aku tersenyum."Gita…udah pakai…jilbab…" kutahan isakku.
Memandangku lembut Mas Gagah tersenyum. Bibirnya seolah mengucapkan sesuatu seperti hamdallah.

"Jangan ngomong apa-apa dulu, Mas…" ujarku pelan ketika kulihat ia berusaha lagi untuk mengatakan sesuatu.

Mama dan Papa memberi isyarat untuk gantian. Ruang ICU memang tidak bisa dimasuki beramai-ramai. Dengan sedih aku keluar. Ya Allah…sesaat kulihat Mas Gagah tersenyum. Tulus sekali. Tak lama aku bisa menemui Mas Gagah lagi. Dokter mengatakan tampaknya Mas Gagah menginginkan kami semua berkumpul.

Kian lama kurasakan tubuh Mas gagah semakin pucat, tetapi sebentar-sebentar masih tampak bergerak. Tampaknya ia masih bisa mendengar apa yang kami katakan, meski hanya bisa membalasnya dengan senyuman dan isyarat mata.

Kuusap setitik lagi air mata yang jatuh. "Sebut nama Allah banyak-banyak…Mas," kataku sambil menggenggam tangannya. Aku sudah pasrah pada Allah. Aku sangat menginginkan Mas Gagah terus hidup, tetapi sebagai insan beriman sebagaimana yang juga diajarkan Mas Gagah, aku pasrah pada ketentuan Allah. Allah tentu tahu apa yang terbaik bagi Mas Gagah.

"Laa…ilaaha…illa..llah…Muham…mad Ra..sul …Allah… suara Mas Gagah pelan, namun tak terlalu pelan untuk bisa kami dengar.

Mas Gagah telah kembali kepada Allah. Tenang sekali. Seulas senyum menghiasi wajahnya. Aku memeluk tubuh yang terbujur kaku dan dingin itu kuat-kuat. Mama dan Papa juga. Isak kami bersahutan walau kami rela dia pergi. Selamat jalan Mas Gagah.

Epilog:

Kubaca berulang kali kartu ucapan Mas Gagah. Keharuan memenuhi rongga-rongga dadaku. Gamis dan jilbab hijau muda, manis sekali. Akh, ternyata Mas Gagah telah mempersiapkan kado untuk hari ulang tahunku. Aku tersenyum miris.

Kupandangi kamar Mas Gagah yang kini lengang. Aku rindu panggilan dik manis, aku rindu suara nasyid. Rindu diskusi-diskusi di kamar ini. Rindu suara merdu Mas Gagah melantunkan kalam Illahi yang selamanya tiada kan kudengar lagi. Hanya wajah para mujahid di dinding kamar yang menatapku. Puisi-puisi sufistik yang seolah bergema d iruangan ini.

Setitik air mataku jatuh lagi.

"Mas, Gita akhwat bukan sih?"

"Ya, insya Allah akhwat!"

"Yang bener?"

"Iya, dik manis!"

"Kalau ikhwan itu harus ada janggutnya, ya?!"

"Kok nanya gitu sih?"

"Lha, Mas Gagah kan ada janggutnya?"

"Ganteng kan?"

"Uuuuu! Eh, Mas, kita kudu jihad ya?" Jihad itu apa sih?"

"Ya always dong, jihad itu…"

Setetes, dua tetes air mataku kian menganak sungai. Kumatikan lampu. Kututup pintu kamarnya pelan-pelan. Selamat jalan Mas Ikhwan!Selamat jalan Mas Gagah!


Jawablah soal 15 berdasarkan cerpen di atas!
12. Tentukan nilai agama yang terdapat dalam cerpen di atas! (2 buah)
3—4 . Tentukan nilai moral yang terdapat dalam cerpen di atas! (2 buah)
5. Tentukan nilai budaya yang terdapat dalam cerpen di atas! (1 buah)
 

Nama lengkapnya adalah Hasan Ahmad Abdurrahman Al Banna.Lahir pada hari Ahad, 25 Sya'ban 1324 H, atau bertepatan dengan 14 Oktober1906 M.Pada usia 14 tahun Hasan Al Banna telah menghafal seluruh Al-Quran. Hasan kecil mendisiplinkan kegiatannya menjadi empat. Siang hari dipergunakannya untuk belajar di sekolah. Kemudian belajar membuat dan memperbaiki jam dengan orangtuanya hingga sore. Waktu sore hingga
menjelang tidur digunakannya untuk mengulang pelajaran sekolah. Sementara membaca dan mengulang-ulang hafalan Alqur'an ia lakukan selesai salat subuh. Hasan Al Banna lulus  dengan predikat terbaik di sekolahnya dan nomor lima terbaik di seluruh Mesir. Pada usia 16 tahun ia telah menjadi mahasiswa di perguruan tinggi Darul Ulum. Pada usia 21 tahun, beliau menamatkan studinya di Darul Ulum dan ditunjuk menjadi guru di Isma'iliyah.
Hasan Al Banna sangat prihatin dengan kelakuan Inggris yang memperbudak bangsanya.

"Aku merasakan penderitaan batin yang sangat luarbiasa. Bagaimana tidak, aku menyaksikan rakyat Mesir yang perkasa, hidup menderita antara nilai-nilai keislaman yang mulia dan berharga yang diwarisinya, dipelihara, dilindungi dan dihidupi selama kurang lebih 14 abad lamanya, dengan gelombang westernisasi yang sangat deras yang dilengkapi pelbagai jenis senjata dan sarana yang mematikan, baik harta, kedudukan, penampilan, perhiasan, kekuatan dan sarana-sarana pendukung lainnya. Hal inilah yang membuatku tergerak untuk menyampaikan perasaan prihatin ini kepada rekan-rekan mahasiswa yang ikhlash di Darul Ulum, Al Azhar, dan sekolah-sekolah yang lain ...."

Maka mulailah Hasan Al Banna dengan dakwahnya. Dakwah mengajak manusia kepada Allah, mengajak manusia untuk memberantas kejahiliyahan (kebodohan). Dakwah beliau dimulai dengan menggalang beberapa muridnya. Beliau berdakwah di kedai-kedai kopi. Hal ini beliau lakukan teratur dua minggu sekali. Beliau dengan perkumpulan yang didirikannya "Al-Ikhwanul Muslimun," bekerja keras siang malam menulis pidato, mengadakan pembinaan, memimpin rapat pertemuan, dll. Dakwahnya mendapat sambutan luas di kalangan umat Islam Mesir. Tercatat kaum muslimin mulai dari golongan buruh, petani, usahawan, ilmuwan, ulama, dan dokter mendukung dakwah beliau.
Pada masa peperangan antara Arab dan Yahudi (sekitar tahun 45-an), beliau memobilisasi mujahid-mujahid binaannya. Dari seluruh Pasukan Gabungan Arab, hanya ada satu kelompok yang sangat ditakuti Yahudi, yaitu pasukan sukarela Ikhwan. Mujahidin sukarela itu terus merangsek maju, sampai akhirnya terjadilah aib besar yang mencoreng pemerintah Mesir. Amerika Serikat, sobat kental Yahudi, mengancam akan mengebom Mesir jika tidak menarik mujahidin Ikhwanul Muslimin. Ribuan mujahid Mesir ditarik ke belakang, kemudian dilucuti. Bahkan tidak itu saja, para mujahidin yang ikhlas ini lalu dijebloskan ke penjara-penjara militer. Beberapa waktu setelah itu Hasan Al Banna, selaku pimpinan Ikhwanul Muslimin, menemui syahidnya dalam sebuah peristiwa yang dirancang oleh musuh-musuh Allah.Hasan Al Banna wafat pada tahun 1368 H atau bertepatan dengan tahun 1949 M.
Sekarang dakwah yang dirintisnya sudah masuk ke lebih dari 70 negara. Hampir tidak ada gerakan reformasi di dunia Islam yang tidak terpengaruh oleh pemikiran jamaah Ikhwanul Muslimun. Kelebihan Imam Hasan Al Banna bukan pada kemampuannya ta’liful kutub (mengarang buku), tetapi pada ta’liful qulub (menyatukan hati) dan ta’lifur rijal (mencetak generasi muslim). Tidak aneh jika pengikutnya hampir ada di seluruh penjuru dunia. Penamaan jamaah Ikhwanul Muslimun juga tidak lain dari keinginan beliau untuk menyatukan umat Islam dan mengembalikan mereka dalam kejayaan Islam.


6.       Negara asal Hasan Al Banna adalah....
A.    Mesir C. Yaman                                                         E. Suriah
B.    Arab Saudi                                                              D. Palestina
7.       Hasan Al Banna mendisiplinkan waktunya menjadi empat, kecuali....
A.    Setelah salat subuh digunakan untuk membaca dan mengulang hafalan Quran
B.    Siang hari digunakan untuk belajar di sekolah
C.     Hingga sore untuk belajar membuat dan memperbaiki jam
D.    Sore hingga malam untuk menekuni ilmu agama
E.     Waktu sore hingga menjelang tidur digunakan untuk mengulang pelajaran sekolah
8.         Amerika Serikat, sobat kental Yahudi, mengancam akan mengebom Mesir jika tidak menarik mujahidin Ikhwanul Muslimin.
Hal yang menyebabkan Amerika berkeras meminta Mesir agar menarik pasukan sukarela Ikhwanul Muslimin adalah....

A.     Amerika takut dengan keberanian pasukan sukarela Ikhwanul Muslimin.
B.     Pasukan sukarela Ikhwanul Muslimin adalah pasukan yang paling ditakuti oleh Yahudi.
C.     Pasukan sukarela Ikhwanul Muslimin sanggup meluluhlantakkan seluruh kekuatan Yahudi.
D.     Yahudi hampir saja takluk oleh pasukan sukarela Ikhwanul Muslimin.
E.     Amerika iri dengan kehebatan yang dimiliki pasukan sukarela Ikhwanul Muslimin.
9.          Beberapa waktu setelah itu, Hasan al Banna selaku pimpinan Ikhwanul Muslimin, menemui syahidnya dalam sebuah peristiwa yang dirancang oleh musuh-musuh Allah. Hasan al Banna wafat pada tahun 1368 H atau bertepatan dengan tahun 1949 M.
Pernyataan yang tepat untuk mengomentari meninggalnya Hasan Al Banna adalah....
A.    Hasan Al Banna telah menuai buah dari perbuatannya selama ini.
B.    Kematian Hasan Al Banna sudah pada tempatnya.
C.     Hasan Al Banna mengorbankan nyawanya untuk perjuangan dakwahnya.
D.    Siapa saja pasti akan merasakan sakitnya kematian.
E. Kekuasaan bisa berbuat apa saja yang ia inginkan.
10.      Kelebihan Imam Hasan Al-Banna  adalah kemampuannya dalam ta’liful qulub  dan ta’lifur rijal.
Arti  istilah yang bergaris bawah dalam kalimat di atas adalah….
A.    menyatukan hati, mengarang buku
B.    mencetak generasi muslim, menyatukan hati
C.     melembutkan hati, membina manusia
D.    menyatukan hati, mencetak generasi muslim
E.     kekuatan hati, kekuatan fisik
11.   Yang merupakan buku kumpulan puisi Chairil Anwar adalah....

A.    Deru Berdebu
B.    Menguak Takdir
E.     Asa Memutus Fajar

12.   Chairil Anwar meninggal dalam usia muda di ..., tanggal….

A.    Jakarta, 26 April 1949
B.    Jakarta, 27 April 1949
C.     Jakarta, 28 April 1949
D.    Jakarta, 29 April 1949
E.     Jakarta, 30 April 1949

13.   H.B. Jassin menobatkan Chairil Anwar sebagai....

A.    Pelopor puisi Indonesia
B.    Pujangga ternama Indonesia
C.     Bapak Sastra Indonesia
D.    Pelopor Angkatan ‘45
E.     Pahlawan Kesusastraan

14.   Yang bukan unsur-unsur proposal adalah….

A.    nama kegiatan
B.    latar belakang
C.     tujuan
D.    hasil akhir kegiatan
E.     anggaran biaya

15.   Kalimat latar belakang yang tepat untuk kegiatan Pentas Seni Islam adalah….
A.    Seni Islam harus diberikan wadah agar bisa memasyarakat. Masyarakat harus dijadikan terbiasa dan menikmati seni Islam. Pada akhirnya seni Islam bisa menghasilkan pendapatan yang menjanjikan kepada orang yang menggelutinya.
B.    Maraknya seni Islam di kalangan pelajar harus didukung. Pentas Seni Islam merupakan wadah bagi pelajar untuk menampilkan kemampuan mereka di bidang seni Islam. Pentas Seni Islam juga merupakan ajang saling berbagi ilmu dan pengalaman.
C.     Tidak ada seni yang bisa dilupakan. Semua seni meninggalkan kesan yang kuat di hati penikmatnya. Pentas Seni Islam akan mendapatkan dukungan yang besar dari semua orang.
D.    Seni Islam sudah mampu mengalahkan bentuk seni yang lain. Pada prinsipnya,  seni yang lain itu tidak banyak memberi  manfaat kepada siapa pun. Pentas Seni Islam ini akan memberi dampak positif yang besar untuk kemajuan pelajar.
E.     Dengan Pentas Seni Islam ini diharapkan pelajar bisa bebas berekspresi. Pelajar mempunyai wadah positif untuk menyalurkan bakat mereka. Pentas Seni Islam akan melahirkan orang-orang yang ahli di bidang seni.
16.   Penulisan tanggal surat yang benar adalah….

A.    20 April 2010
B.    20-4-2010
C.     20-April -2010
D.    20/04/2010
E.     20 Apr. 2010

17.   Penulisan alamat surat yang benar adalah….

A.    Kepada Yth.
Pimpinan PT ABCD
Jalan Hamka no. 40
Pekanbaru
B.    Kepada
Yth. Pimpinan PT ABCD
Jalan Hamka no. 40
Pekanbaru
C.      Yth. Pimpinan PT ABCD
Jalan Hamka no. 40
Pekanbaru
D.    Yth.
Pimpinan PT ABCD
Jalan Hamka no. 40
Pekanbaru
E.     Yth.
Pimpinan PT ABCD
Jalan Hamka no. 40
Pekanbaru


18.   Bacalah kutipan novel berikut dengan cermat!
                Gadis Mesir itu bernama Maria. Ia juga senang dipanggil Maryam. Dua nama yang
menurutnya sama saja. Dia putri sulung Tuan Boutros Rafael Girgis. Berasal dari keluarga besar Girgis. Sebuah keluarga Kristen Katolik yang sangat taat. Bisa dikatakan, keluarga Maria adalah tetangga kami yang paling akrab. Ya, paling akrab. Flat atau rumah mereka berada tepat di atas flat kami. Indahnya, mereka sangat sopan dan menghormati kami, mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Al Azhar.
Maria gadis yang unik. Ia seorang Kristen Katolik atau dalam bahasa asli Mesirnya Qibti,
namun ia suka baca Al Quran. Ia bahkan hafal beberapa surat Al Quran. Di antaranya surat Maryam. Sebuah surat yang membuat dirinya merasa bangga. Aku mengetahui hal itu pada suatu kesempatan berbincang dengannya di metro. Kami tak sengaja berjumpa. Ia pulang kuliah dari Cairo University, sedangkan aku juga pulang kuliah dari Al Azhar University.
                ”Hei, namamu Fahri, iya kan?”
                ”Benar.”
                ”Kau pasti tahu namaku, iya kan?”
                ”Kau benar.”
Ayat-Ayat Cinta, Habiburahman El Shirazy, 2007





Kalimat resensi yang tepat untuk menyatakan keunggulan buku sesuai dengan kutipan di atas adalah …
A. Hal yang menarik diketengahkan oleh pengarang adalah nilai kerukunan beragama
antarbangsa yang selayaknya dimiliki setiap manusia.
B. Keunggulan novel ini adalah menceritakan kehebatan anak Indonesia yang sanggup
mengikuti pendidikan tinggi di luar negeri.
C. Buku ini menceritakan pertemanan yang akrab antara dua remaja, sehingga cocok untuk
dibaca para remaja, baik laki-laki maupun perempuan.
D. Kelebihan buku ini adalah menampilkan karakter tokoh Maria, yang suka
membaca AlQuran, meskipun beragama Kristen Katolik.
E. Buku ini bernilai positif dan dapat diteladani karena menampilkan tokoh yang
kuliah di dua perguruan tinggi ternama di kota Kairo.

19.               Novel karya Armyn Pane dengan tebal 150 halaman ini mengungkapkan sejarah yang
menggambarkan kehidupan segelintir manusia di zaman penjajahan. Cerita ini pernah ditolak
oleh Balai Pustaka, ramai, dipuji dan dicela, tetapi akhirnya tidak urung menjadi salah satu novel
klasik Indonesia yang harus dibaca oleh orang terpelajar Indonesia. Cerita sangat menarik,
sederhana dan komunikatif untuk ukuran pada zaman itu.
Kalimat resensi yang menunjukkan keunggulan sesuai isi teks tersebut tersebut adalah ...
A. Struktur bahasa dalam cerita sangat menarik dan mudah dipahami.
B. Armyn Pane dengan lancar dan menarik hati pembaca.
C. Dengan bahasa yang terpelihara pada zaman itu, Armyn berkisah.
D. Laksana air mengalir Armyn Pane mengungkapkan ceritanya.
E. Bahasa Armyn Pane dalam novel sederhana dan komunikatif.
20. Dengan surat  ini saya lampirkan persyaratan yang harus dilengkapi untuk bahan
pertimbangan Saudara terhadap lamaran saya, antara lain:
Perbaikan kelompok kata (frase) yang tidak tepat penggunaannya dalam kutipan surat
tersebut adalah …
A. dengan surat ini seharusnya bersama surat ini
B. bahan pertimbangan seharusnya bahan pemikiran
C. yang harus dilengkapi seharusnya yang dipenuhi
D. antara lain seharusnya adalah sebagai berikut
E. lampirkan seharusnya sertakan
21. Cermatilah penggalan surat lamaran rumpang berikut.
Dengan hormat,
Berdasarkan iklan yang saya baca dalam harian Suara Anda, 6 Febuari 2008, perusahaan yang Bapak pimpin memerlukan tiga orang sarjana Bahasa dan Sastra Indonesia.
Sesuai dengan ijazah yang saya miliki, dengan ini saya
Penulisan identitas yang tepat untuk melengkapi bagian rumpang di atas adalah . . . .
A.  Nama                                             : Thalhah
Tempat, Tanggal Lahir                 : Jakarta, 5 April 1985
Alamat                                          : Jalan Magelang 30, Jakarta
Pendidikan                                    : Sarjana Bahasa dan Sastra Indonesia
B.  Nama                                             : Thalhah
Tempat/ Tanggal Lahir                 : Jakarta, 5 April 1985
Alamat                                          : Jln. Magelang 30, Jakarta
Pendidikan                                    : Sarjana Bahasa dan Sastra Indonesia
C.  Nama                                             : Thalhah
Tempat/ Tanggal lahir                 : Jakarta/ 5 April 1985
Alamat                                          : Jln. Magelang No. 30, Jakarta
Pendidikan                                    : Sarjana Bahasa dan Sastra Indonesia
D.  nama                                             : Thalhah
tempat/ tanggal lahir                   : Jakarta, 5 April 1985
alamat                                          : Jalan Magelang No. 30, Jakarta
pendidikan                                    : Sarjana Bahasa dan Sastra Indonesia
E.  nama                                              : Thalhah
tempat, tanggal lahir                   : Jakarta, 5 April 1985
alamat                                          : Jalan Magelang 30, Jakarta
pendidikan                                    : Sarjana Bahasa dan Sastra Indonesia

http://www.e-dukasi.net/uji/gbr_pertanyaan/20070225020210976.jpg22.




A.       Pelaksana
B.       Pendahuluan
C.        anggaran  
D.       ruang lingkup 
E.      peserta

23. (1)  Pemerintah masih menunggu harga minyak mentah dunia stabil di kisaran 60 dolar AS per barel dalam dua bulan ke depan.
(2)  Jika harga minyak mentah bisa bertahan pada posisi itu, harga solar dan minyak tanah baru bisa diturunkan.
(3) ”Kira-kira yang realistis kalau (harga minyak mentah) sudah ke 60 dolar AS per barel, pas dan stabil satu sampai dua bulan, baru diubah lagi,‟‟ kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Paskah Suzetta di Jakarta, Jumat (7/11).
(4) Dua hari lalu, pemerintah menurunkan harga BBM bersubsidi jenis
      premium sebesar Rp500,00 per liter menjadi Rp 5.500,00 terhitung 1 Desember. (5) Harga solar saat itu tetap Rp5.500,00 per liter dan minyak tanah Rp2.500,00 per liter.
Kalimat yang menyatakan fakta paragraf tersebut terdapat pada nomor . . . .

A. (1) dan (2)
B. (1) dan (3)
C. (1) dan (4)
D. (3) dan (4)
E. (4) dan (5)


24. (1) Bahasa Indonesia semakin diminati warga asing di luar negeri dan telah diajarkan setidaknya di 73 negara. (2) Tenaga pendidik bahasa Indonesia untuk luar negeri juga semakin dibutuhkan, kata Koordinator Program Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing di Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Departemen Pendidikan Nasional, Pengesti Wiedarti. (3) Beliau juga mengatakan, permintaan terhadap tenaga pendidik bahasa Indonesia ternyata terbilang cukup banyak. (4) Begitu pula, pengiriman tenaga pendidik bahasa Indonesia ke luar negeri tergantung dari bentuk kerja sama antarnegara dan lembaga di berbagai bidang. (5) Saat ini terdapat sekitar 219 lembaga yang mengajarkan bahasa Indonesia untuk penutur asing di 73 negara.
Kalimat opini dalam paragraf tersebut adalah nomor . . . .

A. (1) dan (2)
B. (1) dan (3)
C. (3) dan (4)
D. (4) dan (5)
E. (5) dan (1)


25.(1) Pengguna kendaraan pribadi yang pindah ke bus Transjakarta hanya 10-15 persen.
(2) Pengguna merasa tidak nyaman karena, baik di halte maupun bus, rawan pencopetan. (3) Sementara ketidaknyamanan ditandai dengan penumpang sering berdesak-desakan dalam terminal, halte, dan bus. (4) Perjalanan tidak nyaman karena pengemudi seenaknya mengemudikan bus. (5) Hal ini mengemuka dalam dialog publik Evaluasi Penyelenggaraan Bus Transjakarta 2004-2008 yang diadakan Dewan Transportasi Kota Jakarta.   (6)Penyelengara bus Transjakarta selama lebih dari empat tahun ini belum maksimal.
Kalimat yang berupa opini pada paragraf tersebut adalah nomor ... .

A. (1), (2), (3) dan (4)
B. (1), (3), (5) dan (6)
C. (2), (3), (4) dan (5)
D. (2), (3), (4) dan (6)
E. (3), (4), (5) dan (6)

Rafah Saksi Bisu Penderitaan Palestina

dakwatuna.com – Gaza, Penderitaan rakyat Palestina makin hari makin parah. Ditutupnya perlintasan Rafah dan hanya dibuka beberapa kali saja, maka praktis Rafah masih terkunci, sejak 35 hari yang lalu.
Hukuman massal yang diterima rakyat Palestina, berupa blockade Zionis dan siasat isolasi yang terus menerus, secara komulatif telah menyentuh setiap sendi kehidupan rakyat Gaza. Sejak saat itu, ribuan orang berdesakan di dekat pintu Rafah. Mereka berharap dapat dibukakannya pintu gerbang oleh badan perlintasan dan perbatasan. Akhirnya pintu gerbang kembali dibuka setelah mendapat nota saling kesepahaman dengan pihak Mesir. Tapi itu hanya beberapa hari atau jam saja.
Sementara itu, berdasarkan laporan dari badan perlintasan dan perbatasan, Rabu (10/2) yang dilansir infopalestina menunjukan, selama tahun 2009 kemarin, penutupan pintu gerbang Rafah yang terus berlanjut telah menyebabkan ribuan rakyat Palestina terluka. Mereka hidup dalam kondisi kemanusiaan yang sangat menyedihkan. Kematian mengancam kondisi kesehatan mereka, terutama anak-anak, pasien sakit dan orang tua.
26. Pernyataan yang sesuai dengan bacaan di atas adalah….
A. Penutupan pintu gerbang Rafah oleh pemerintah Mesir telah menimbulkan penderitaan luar biasa bagi rakyat  Palestina.
B. Zionis Israel telah melakukan kejahatan kemanusiaan yang sangat keji kepada rakyat Palestina.
C. Pemerintah Israel dan pemerintah Mesir bekerjasama untuk melakukan pemusnahan massal bagi bangsa Palestina.
D. Tindakan pemerintah Mesir telah mengakibatkan tragedi kemanusiaan terhadap anak-anak, orang tua, dan orang sakit di Palestina.
E. Kematian anak-anak, orang-orang tua, dan pasien di Palestina sepenuhnya adalah tanggung jawab pemerintah Mesir.

27. Saat itu di sana ada seorang gembala yang sedang mencari ternaknya. Melihat ada orang
terluka terbaring di tanah, ia berlari menemui Sabai nan Aluih untuk memberitahukan kejadian
itu. Sabai sangat terkejut mendengar berita itu. Lalu ia mengajak adik laki-lakinya,
Mangkutak. “Hai, Mangkutak. Mari kita pergi ke Padang Panahunan. Ayah kita sudah
meninggal karena luka didadanya.”
“Oh, Kak, aku tidak mau ikut. Aku tidak takut mati, tetapi aku takut terluka. Bukanlah aku
akan bertunangan?” jawab Mangkutak tidak peduli.
“Percuma kamu menjadi laki-laki,” kata Sabai sambil naik ke rumah. Dia masuk ke kamar
ayahnya untuk mengambil senapan. Kemudian dia berlari menuju pada panahunan.
Mangkutak hanya memandang kepergian Sabai.
Watak Sabai nan Aluih dalam kutipan tersebut adalah …
A. penakut
B. pengecut
C. pemberani
D. pemarah
E. pendendam

           Pagi harinya, dalam keadaan sangat kelelahan, saya perintahkan dua orang satpam yang baru bergilir, ke pemakaman untuk menengok kuburan ayah. Beberapa saat kemudian satpam itu menelepon bahwa kuburan ayah telah kosong. Ini berarti jenazah ayah telah kabur lagi. Saya belum mau membangunkan ibu dan adik-adik karena pasti masih kelelahan dan dalam ketegangan. Lalu saya lari ke seorang Kiai yang menjadi penasihat keluarga kami.
     "Bumi menolak jenazah ayah Nakmas," kata Kiai itu penuh keyakinan.
     "Kenapa tanah menolak ayah yang telah jadi mayat, Kiai?"tanya saya.
     "Karena ayah Nakmas tidak bersahabat dengan tanah," jawab Kiai.
     "Tidak bersahabat bagaimana, Kiai?"
     "Ayah Nakmas memusuhi tanah."
     "Memusuhi tanah, Kiai?"
     "Ayah Nakmas menjadikan tanah sebagai barang dagangan sambil menyengsarakan
warga miskin yang sudah puluhan tahun tinggal di situ."
     "Ayah saya membeli tanah itu, Kiai."
     "Ayah Nakmas tidak membeli semua tanah yang dibebaskan, tapi menyengsarakan tanah."
     "Menyengsarakan?"
     "Ayah Nakmas tidak memindahkan kuburan di tanah yang sudah dibebaskan itu.
Tidak peduli terhadap mesjid, sumur, maupun pohon, yang ikut menopang kehidupan di situ,
langsung dirobohkan begitu saja."
28. Konflik yang sesuai dengan kutipan tersebut adalah . . .
A. Ayah ingin agar anak dan istrinya tidak susah hidupnya.
B. Ibu dan adik ketakutan pada jenazah ayah.
C. Ayah membebaskan tanah warga dengan harga murah.
D. Satpam bergiliran menjaga makam ayah.
E. Satpam menelepon bahwa kuburan ayah kosong.

29. Penyebab konflik dalam kutipan tersebut adalah . . .
A. Ayah meninggal dunia karena kutukan warga.
B. Ayah mengingkari janjinya kepada warga.
C. Ayah menyengsarakan tanah dan warga miskin.
D. Ayah tidak bersahabat dengan warga miskin.
E. Ayah berlaku curang kepada warga di sekitar tempat tinggalnya.
30. Akibat konflik dalam kutipan tersebut yang tepat adalah . . .
A. Ayah meninggal dunia dengan cara yang sadis.
B. Warga memusuhi ayah dan keluarganya.
C. Jenazah ayah harus dijaga satpam.
D. Ayah cepat mennggal dunia.
E. Bumi menolak jenazah ayah.

Diperiksanya sekali lagi, lebih cermat, lebih teliti. Hasil pemeriksaan seperti tadi juga. Sehat. Heran,
ajaib. Terpikir ia, jika ia pakai ilmu psykiatrinya, amat boleh jadi Kus ini sakit buat-buatan agar supaya
orang belas kasihan kepadanya atau oleh karena ada maksudnya yang tersembunyi. Perihal Kus
ia mengerti juga banyak sedikitnya karena telah bertahun-tahun dikenalnya.
31. Sudut pandang yang digunakan dalam penggalan cerpen tersebut adalah ....
A. orang pertama pelaku utama
B. orang pertama pelaku sampingan
C. orang ketiga pelaku utama
D. orang ketiga serba tahu
E. orang pertama dan ketiga

32. Dibutuhkan seorang sekretaris, minimal D-3, usia maksimal 25 tahun, terampil komputer.
PT Nusantara, Jalan Bekasi Raya No. X, Bekasi, 14748. (Kompas, 2 Februari 2008)
Kalimat pembuka surat lamaran pekerjaan sesuai iklan tersebut adalah ...
A. Anda memasang iklan di harian Kompas, 2 Februari 2008, oleh sebab itu saya tertarik
bekerja di perusahaan yang Anda pimpin tersebut, mudah-mudahan Anda dapat
mempekerjakan saya.
B. Sehubungan dengan iklan yang dimuat di harian Kompas, 2 Februari 2008, dengan ini saya
mengajukan lamaran pekerjaan di perusahaan Anda sebagai sekretaris.
C. Karena, saya telah berpengalaman sebagai sekretaris, oleh sebab itu saya sangat berminat
mengisi lowongan kerja di perusahaan Anda yang sedang membutuhkan sekretaris.
D. Bersama ini, saya mengajukan lamaran pekerjaan di perusahaan yang Anda pimpin untuk
mengisi lowongan kerja sebagai sekretaris sesuai permintaan iklan di harian Kompas, 2
Februari 2008.
E. Dengan membaca iklan yang dimuat di harian Kompas, 2 Februari 2008, saya segera
mengajukan lamaran pekerjaan ini ke perusahaan yang Anda pimpin dengan harapan
diterima.

33. Survai di Inggris menunjukkan kini orang tidak bisa hidup tanpa telpon seluler. Apalagi kini,
alat komunikasi tersebut tampil dengan tehnologi audio dan vidio yang menawarkan gaya
hidup modern.
Kata baku untuk kata yang bercetak miring tersebut adalah ....
A . surve, telepont, teknoloji, vidio, moderen
B. survei, telepon, teknologi, vidio, modern
C. surve, telepon, teknologi, video, modern
D. survei, telepon, teknologi, video, modern
E. survei, telefon, teknologi, vidio, moderen

34. Judul buku         : Perkembangan Novel-Novel Indonesia
Penyusun           : Umar Yunus
Penerbit            : Universitas Malaya Kuala Lumpur
Penulisan daftar pustaka yang sesuai dengan data buku di atas, menurut EYD adalah ....
A. Yunus, Umar. 1974. Perkembangan Novel-Novel Indonesia. Kuala Lumpur:
Universitas Malaya.
B. Yunus, Umar. Perkembangan Novel-Novel Indonesia. 1974. Kuala Lumpur:
Universitas Malaya.
C. Yunus, Umar. Perkembangan Novel-Novel Indonesia. Kuala Lumpur:
Universitas Malaya. 1974.
D. Yunus, Umar. 1974. Kuala Lumpur: Universitas Malaya. Perkembangan Novel-
Novel Indonesia.
E. Umar, Yunus. 1974. Perkembangan Novel-Novel Indonesia. (Kuala Lumpur:
Universitas Malaya.)

35. (1) Secara turun-temurun masyarakat sudah memanfaatkan buah tersebut untuk mengatasi
berbagai keluhan fisik.
(2) Buah Makutodewo sudah lama dikenal masyarakat sebagai obat berbagai penyakit.
(3) Akan tetapi, secara ilmiah belum ada kajian yang mendalam tentang farmakologi buah
Makutodewo.
(4) Oleh karena itu wajar kalau buah Makutodewo merupakan komoditas penting di
kalangan pedagang jamu di pasar-pasar tradisional.
(5) Efeknya memang tampak positif, berbagai keluhan fisik bisa sembuh karena
mengkonsumsi buah ini.
Untuk membuat paragraf pendahuluan yang baik, urutan kalimat-kalimat di atas adalah .…
A. (2), (3), (4), (5), (1)
B. (2), (1), (4), (5), (3)
C. (2), (1), (5), (4), (3)
D. (1), (5), (2), (4), (3)
E. (5), (4), (3), (2), (1)

36.      Tapi seperti dua malam yang lalu, berturut-turut, suasana suci itu kemudian
berubah setelah para petahlil itu pulang. Rumah kecil itu kini menjadi tempat berdebat dua
saudara kandung.
     “Kuharap adik bisa cepat memberikan keputusan tentang barang itu,” kata Hamid
kepada Mahmud, adiknya.
     “Bagaimana aku mesti memutuskan kalau Abang tidak percaya lagi kepada amanat
bapak? Bapak terlalu sering berkata kepadaku bahwa ia tak bisa mewariskan banyak harta
yang berarti. Satu-satunya barang yang berarti hanyalah sebilah keris pusaka. Tapi ia telah
memberiku amanat agar keris itu tidak di jual.”
     “Tapi kau harus tahu keadaanku, Dik,“ ujar Hamid. “Aku sedang jatuh pailit.
Daganganku banyak dihutang langganan. Saat ini aku sangat membutuhkan uang. Kau
jangan mengira hidup di kota segampang di sini …”
Warisan
Karya : Nadjib Kartapati Z.
Latar budaya yang terkandung dalam penggalan cerpen warisan di atas ialah ....
A. debat warisan setelah orang tua meninggal
B. tahlilan pada malam-malam sehabis pemakaman
C. menjual harta warisan sehabis pemakaman
D. membagi harta warisan sehabis pemakaman
E. menutup hutang dengan harta warisan

37. Sebelum Ibu Hamid meninggal dunia, ia berpesan agar Hamid jangan menikah dengan
Zainab karena orang tua Zainab telah menolong mereka, memberi nafkah, serta
menyekolahkannya. Lagi pula, keluarga Zainab orang kaya dan terpandang. Sedangkan ibu
Hamid orang miskin. Atas pesan almarhumah ibunya, Hamid menyadari keadaan diriya
dan menjauhi Zainab. Ia mengasingkan diri dengan pergi ke tanah Arab setelah menasihati
Zainab agar mau menerima pinangan pemuda pilihan ibu Zainab yang masih saudara.
Nilai moral yang terkandung dalam penggalan sinopsis di atas adalah ....
A. kasih tak sampai
B. tahu diri dan mendengarkan nasihat
C. menuruti kemauan sendiri
D. menuruti kehendak orang yang berjasa
E. merelakan orang yang dicintai

38. Satilawati         : Engkau Pengarang?
Ishak : (terkejut) Mengapa? ... (mengeluh)
 Ah engkau juga.
Satilawati         : ... sedikit diserang kritik orang, engkau hendak melarikan diri. Untuk menjaga
 nama supaya jangan merosot. Aku sudah maklum.
Ishak : (sambil menunjuk ke kanan). Pergi dariku. Kau pun boleh memusuhiku. Untuk
 cita-cita, aku bersedia mengorbankan segalanya.
Unsur intrinsik yang paling menonjol dalam penggalan drama di atas ialah ....
A. perwatakan
B. latar
C. tema
D. alur
E. sudut pandang
39. Kalimat awal paragraf pada surat pemesanan yang tepat  
      adalah…
A.  Surat Saudara nomor 55/TTL/VII/2009 tanggal 2 Juli 2009 tentang penawaran barang telah kami terima dan kami tertarik dengan penawaran tersebut.
B.  Surat Saudara nomor 55 tanggal 2 Juli 2009 tentang penawaran barang telah kami terima dan kami tertarik dengan penawaran tersebut.
C.  Surat Saudara nomor 55/TTL/VII/2009 tanggal 2 Juli  tentang penawaran barang telah kami terima dan kami tertarik dengan penawaran tersebut.
D.  Surat Saudara nomor 55/TTL/VII/2009 tanggal 2 Juli 2009 telah kami terima dan kami tertarik dengan penawaran tersebut.
E.   Surat nomor 55/TTL/VII/2009 tanggal 2 Juli 2009 tentang penawaran barang telah kami terima dan kami tertarik dengan penawaran tersebut.
40.   Wawancara yang baik adalah sebagai berikut, kecuali….
A.       menentukan tema wawancara
B.       membuat daftar pertanyaan
C.        mewawancarai dengan memaksa
D.       memerhatikan sopan santun
E.        tidak menyinggung perasaan narasumber


PENULIS :  MALIN BATUAH