Tuesday, April 17, 2012

Sambutan Orang Tua dalam acara Perpisahan SMA IT Mutiara Duri


BISMILLAAHIRROH MAA NIRROHIIM
Apa yang paling berarti dari dunia ini bagi seorang ibu, seorang ayah. Apa yang dicari dalam dunia yang sejenak ini oleh seorang ibu, seorang ayah. Dengarlah baik-baik anak-anakku sayang.
Dirimu, anakku, dirimulah yang paling berarti dari apa saja dari kehidupan dunia ini. Dirimu tak bisa diukur dengan emas, perak, harta benda apa pun, atau kenikmatan apa pun dari dunia ini. Dirimu, anakku sayang. Dirimu kekayaan tak ternilai. Kami rela mengorbankan harta benda, mengorbankan tenaga, waktu, perasaan, dan bahkan mengorbankan selembar nyawa kami demi kalian. Biarlah kami mati asal kalian hidup. Biarlah kami sengsara asal kalian bahagia. Dunia ini kecil ketika kami harus memilih antara dunia ini dengan diri kalian.
Tak pernahkah dirimu, anak-anakku sayang, menatap mata ayah, menatap mata ibu ketika kami memandangmu. Tataplah. Di sana selalu ada air mata yang siap sedia mengalir untuk mengiringi tiap langkahmu. Air mata yang selalu mengalir tiap mengenang betapa masih kurang diri ini memberikan yang terbaik bagi diri kalian. Air mata yang selalu mengalir untuk semua kebahagiaan dan dukacita yang kalian alami.
Dimata kami penuh doa yang terus dilafalkan oleh lidah kami:
·         Ya Allaa..h…, jadikan anak-anak kami anak-anak yang soleh, penyejuk mata dan penghibur hati
·         Ya Allaa..h…, jadikan anak-anak kami calon penghuni surga-Mu
·         Ya Allaa..h…, jauhkan anak-anak kami dari bala dan bencana
·         Ya Allaa..h…, jauhkan anak-anak kami dari maksiat, dosa, dan fitnah dunia yang menyesatkan dan menjerumuskan
·         Ya Allaa..h…, jadikan anak-anak kami pejuang-pejuang agama-Mu yang ihklas
·         Ya Allaa..h…, kumpulkan kembali kami dan anak-anak kami kelak di surga-Mu


Nak,
Tataplah mata ayah, ibu. Di mata itu kami simpan harapan-harapan kami. Kami titipkan harapan-harapan itu pada Allah Pemilik dirimu. Allah Yang Maha Pencipta telah menitipkan dirimu kepada kami. Dipikulkan sesuatu beban yang berat di pundak kami. Beban yang tak terpikul oleh gunung sekalipun. Allah wajibkan kepada kami untuk mendidik dirimu menjadi hamba-hamba-Nya yang soleh. Allah wajibkan kami untukmendidik dirimu menjadi hamba-hamba-Nya yang rukuk, sujud, dan rela mengorbankan dirinya untuk sebuah cinta: cinta kepada-Nya, Allah AlMalik AlQuddus.

Anak-anakku belahan jiwa,
Mengapa matamu sinis ketika kami sampaikan harapan-harapan itu kepadamu. Mengapa kau palingkan wajahmu ketika lidah kami mengucapkan nasihat-nasihat kehidupan untuk bekal hari-harimu. Hati kami tersayat, pedih, perih.
Mengapa anakku sayang, engkau lontarkan kata-kata itu. Kata-kata yang tajam, kasar. Mengapa engkau banting buku, tas, dan pintu di hari itu. Suatu hari di dalam hidup kami. Seakan terbang melayang ruh kami. Sakitnya kematian lebih kami senangi daripada sakitnya hati ini oleh kenyataan pahit ini.

Allaahu rabbi…
Inikah anak yang dulu kami lahirkan bersimbah darah, antara hidup dan mati. Inikah anak yang dulu kami timang siang malam tanpa kenal kantuk dan lelah. Inikah anak yang dulu kami suapi dengan air mata dan keringat kami. Air susu dibalas air tuba. Setelah ia besar dan memiliki kekuatan, ia tatap kami dengan matanya yang tajam memvonis. Setelah ia besar dan kuat, ia ucapkan kata-kata itu, ia acungkan tangannya yang perkasa.
Wajah yang sekarang menatap kami dengan penuh kebencian itu, dulu adalah wajah yang selalu kami ciumi dengan segenap cinta. Mulut yang mengiris hati itu, dulu adalah mulut yang minum air susu dan kami suapi. Kami suapi dari kerasnya kehidupan. Hidup yang pahit, ketika kami suapkan ke mulut itu telah menjadi sesuatu yang manis. Tangan yang hari ini ia acungkan kepada kami, dulu adalah tangan yang kami bimbing. Tak seekor nyamuk kami biarkan menyentuhnya.

Ya Allaah.. ya robbi…
Terlalu banyakkah salah dan dosa kami sehingga kami Engkau uji dengan ujian seberat ini. Engkau uji kami dengan jantung hati kami sendiri.
Ya Allaah.. ya robbi…
Sedemikian burukkah diri-diri kami sehingga Engkau hancurkan harapan-harapan yang kami semai di jiwa anak-anak kami.
Ampunilah dosa-dosa kami, ya Gafurur Rohim.
Maafkanlah kesalahan-kesalahan kami.
Kasihanilah kami.
Janganlah Engkau uji kami dengan kebinasaan yang Engkau timpakan kepada anak-anak kami.
Jangan Engkau siksa kami dengan tangan anak-anak kami sendiri.
Ampunilah dosa-dosa kami, maafkanlah kesalahan-kesalahan kami, kasihanilah kami Ya Rahmaanurrohiim.


Anak-anaku tersayang,
Di hari bersejarah ini. Hari di mana dirimu telah melewati suatu tahap dari usahamu meretas masa depan. Dengarlah pesan kami ini nak. Dengar dan camkanlah!
 Kami bahagia dengan hasil usahamu dalam perjuangan yang bernama ujian nasional SMA ini. Kami mendoakan kelulusan dan hasil terbaik untukmu. Kami bahagia bahwa sebentar lagi dirimu akan segera menginjak bangku perguruan tinggi. Setelah itu, dirimu akan menjadi orang-orang hebat melebihi ayah dan ibumu ini. Kami bersyukur akan apa yang telah dan akan terjadi sebentar lagi.
Nak,kami tidak mengharapkan harta benda yang engkau berikan kepada kami. Yang kami harapkan adalah engkau tetap rukuk dan sujud kepada Robb Pencipta Alam semesta, dan engkau sayangi kami di hari-hari akhir dari kehidupan kami. Engkau beri kami cinta di hari tua yang penuh kelemahan.
Gapailah gerbang kejayaan itu setinggi bintang di pawana. Barikan kepada kami buah manis dari bibit-bibit cinta yang telah kami semai di hatimu.

Selamat berjuang menghadapi Ujian Nasional. Sucikan hati, luruskan niat. Mintalah kepada Allah. Bergantunglah semata hanya kepada-Nya. Laa hawla wala quwwata illa billaah.


Kejar cita-citamu.
Jadilah hamba-hamba Allah yang soleh.
Jadilah anak-anak yang berbakti.
Surga menanti, pasti.


Semilir angin menyapa mega putih
Awan berarak membawa air jernih suci
Jatuh menitik menumbuh benih
Bumi berseri semerbak harum
Apa tanda cinta dan kasih
Diungkap apa yang bersemayam di hati
Duka tiada membawa sedih
Derita dilawan senyum dikulum


Ibu mati laralah jiwa
Ayah mati datang sengsara
Ke mana cinta kan dicari
Putus pupus raga nyawa
Anakku sayang tumpuan cinta
Hilang harta tak mengapa
Hilang benda bisa dicari
Kebahagiaanmu segalanya bagi ayah bunda


ROBBANA HABLANAA MIN AZWAJINA WAZURRIYATINA QURROTA A’YUN WAJ’ALNA LIL MUTTAQIINA IMAAMA.

ALHAMDULILLAAHIROBBIL’ALAMIN.




Penulis : Malin Batuah