Tuesday, March 27, 2012

Proses Morfologis dan Nonmorfologis


Proses Morfologis dan Nonmorfologis

Proses morfologis ialah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain
yang merupakan bentuk dasarnya. Bentuk dasar dapat berupa kata atau
frasa.
Pembentukan kata berdasarkan proses morfologis sebagai berikut.
1. Afiksasi adalah proses pembentukan kata dengan menambahkan
imbuhan.
Contoh:
pukul 􀁯 di + pukul 􀁯 dipukul
makan 􀁯 makan + an 􀁯 makanan
hujan 􀁯 ke + an + hujan 􀁯 kehujanan
2. Reduplikasi atau proses pengulangan adalah proses pembentukan kata
dengan mengulang satuan bahasa baik secara keseluruhan maupun
sebagian.
Contoh:
rumah 􀁯 rumah-rumah
berjalan 􀁯 berjalan-jalan
pukul 􀁯 pukul-memukul
3. Komposisi atau pemajemukan (perpaduan) adalah penggabungan dua
kata atau lebih dalam membentuk kata.
Contoh:
kepala + batu 􀁯 kepala batu
mata + pelajaran 􀁯 mata pelajaran
Selain pembentukan kata secara morfologis, ada juga pembentukan
kata secara nonmorfologis. Pembentukan kata secara nonmorfologis dapat
berupa abreviasi ataupun perubahan bentuk kata.
1. Abreviasi
Abreviasi adalah proses penanggalan satu atau beberapa bagian
kata atau kombinasi kata sehingga jadilah bentuk baru. Kata lain
abreviasi ialah pemendekan. Hasil proses abreviasi disebut
kependekan. Bentuk kependekan dalam bahasa Indonesia muncul
karena terdesak oleh kebutuhan untuk berbahasa secara praktis dan
cepat. Kebutuhan ini paling terasa di bidang teknis, seperti cabangcabang
ilmu, kepanduan, dan angkatan bersenjata.
Jenis abreviasi sebagai berikut.
a. Singkatan yaitu salah satu hasil proses pemendekan yang berupa
huruf atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf,
seperti:
FSUI (Fakultas Sastra Universitas Indonesia),
DKI (Daerah Khusus Ibukota, dan
KKN( Kuliah Kerja Nyata),
maupun yang tidak dieja huruf demi huruf, seperti:
dll. (dan lain-lain),
dgn. (dengan),
dst. (dan seterusnya).
b. Penggalan yaitu proses pemendekan yang menghilangkan salah
satu bagian dari kata seperti:
Prof. (Profesor)
Bu (Ibu)
Pak (Bapak)
c. Akronim, yaitu proses pemendekan yang menggabungkan huruf
atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai
sebuah kata yang memenuhi kaidah fonotaktik Indonesia, seperti:
FKIP /fkip/ dan bukan /ef/, /ka/, /i/, /pe/
ABRI /abri/ dan bukan /a/, /be/, /er/, /i/
AMPI /ampi/ dan bukan /a/, /em/ /pe, /i/
d. Kontraksi, yaitu proses pemendekan yang meringkaskan kata
dasar atau gabungan kata, seperti:
tak dari tidak
sendratari dari seni drama dan tari
berdikari dari berdiri di atas kaki sendiri
rudal dari peluru kendali
e. Lambang huruf, yaitu proses pemendekan yang menghasilkan
satu huruf atau lebih yang menggambarkan konsep dasar
kuantitas, satuan atau unsur, seperti:
g (gram)
cm (sentimeter)
Au (Aurum)
Sumber: Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia, Harimurti
Kridalaksana, 1992, Gramedia Pustaka Utama
2. Perubahan Bentuk Kata
Proses pembentukan kata melalui perubahan bentuk kata dapat
disebut proses pembentukan kata secara nonmorfologis. Macammacam
perubahan bentuk kata sebagai berikut.
a. Asimilasi adalah gejala dua buah fonem yang tidak sama
dijadikan sama.
alsalam 􀁯 asalam
ad similatio 􀁯 asimilasi
b. Disimilasi adalah proses perubahan bentuk kata dari dua buah
fonem yang sama dijadikan tidak sama.
vanantara (Skt) 􀁯 belantara
citta (Skt) 􀁯 cipta
c. Diftongisasi adalah proses suatu monoftong yang berubah
menjadi diftong.
anggota 􀁯 anggauta
teladan 􀁯 tauladan
d. Monoftongisasi adalah proses suatu diftong yang berubah
menjadi monoftong.
pulau 􀁯 pulo
sungai 􀁯 sunge
danau 􀁯 dano
e. Haplologi adalah proses sebuah kata yang kehilangan suatu silaba
(suku kata) di tengah-tengahnya.
Samanantara (Skt: sama + an + antara) 􀁯 sementara
budhidaya 􀁯 budaya
mahardika (Skt: maha + ardhika) 􀁯 merdeka
f. Anaptiksis (= suara bakti) adalah proses penambahan bunyi
dalam suatu kata guna melancarkan ucapannya.
sloka 􀁯 seloka
glana 􀁯 gelana, gulana
g. Metatesis adalah proses perubahan bentuk kata dari dua fonem
dalam sebuah kata yang bertukar tempatnya.
padma 􀁯 padam (merah padam = merah seperti padma:
padma = lotus merah)
drohaka 􀁯 durhaka
prtyaya 􀁯 percaya
arca 􀁯 reca
banteras 􀁯 berantas
h. Aferesis adalah proses suatu kata kehilangan satu atau lebih
fonem pada awal katanya.
adhyasa 􀁯 jaksa
upawasa 􀁯 puasa
i. Sinkop adalah proses suatu kata kehilangan satu fonem atau lebih
di tengah-tengah kata tersebut.
domina 􀁯 dona
listuhaju 􀁯 lituhayu
j. Apokop adalah proses suatu kata kehilangan suatu fonem pada
akhir kata.
pelangit 􀁯 pelangi
possesiva 􀁯 posesif
k. Protesis adalah proses suatu kata mendapat tambahan satu fonem
pada awal kata.
lang 􀁯 elang mas 􀁯 emas
smara 􀁯 asmara stri 􀁯 istri
l. Epentesis (= mesogoge) adalah proses suatu kata mendapat
tambahan suatu fonem atau lebih di tengah-tengah kata.
akasa 􀁯 angkasa gopala (Skt) 􀁯 gembala
jaladhi 􀁯 jeladri racana (Skt) 􀁯 rencana
m. Paragog adalah proses penambahan fonem pada akhir kata:
hulubala 􀁯 hulubalang ana 􀁯 anak
ina 􀁯 inang kaka 􀁯 kakak
Sumber: Tatabahasa Indonesia, Gorys Keraf, 1970