Wednesday, May 30, 2012

Contoh Laporan Perjalan


         Ingin kembali ke Bawean ....

       Perasaan lega langsung menyeruak
tatkala kapal telah sampai di Pelabuhan
Sangkapura, Pulau Bawean. Betapa tidak,
perjalanan selama tiga jam yang baru saja
berlalu itu rasanya lama sekali.
Ketika kaki mulai melangkah ke luar,
rasanya segala keluh kesah dan kepenatan
sepanjang perjalanan langsung lenyap.
Udara segar dan terpaan angin pantai seolah
melenyapkan sengatan mentari yang tepat
berada di atas kepala.
     Di dermaga, ratusan warga telah menunggu kedatangan
satu-satunya kapal penumpang yang melayani jalur Gresik-
Bawean itu. Mereka umumnya adalah warga yang menjemput
sanak kerabatnya yang pulang dari merantau.
Pulau Bawean terletak di Laut Jawa dan secara administratif
masuk wilayah Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Pulau yang terdiri
atas dua kecamatan, Sangkapura dan Tambak ini sungguh kaya
objek wisata. Salah satu yang dituju adalah Pantai Tanjung Anyar
di Dusun Tenggen, Desa Lebak, Kecamatan Sangkapura.
Di Tanjung Anyar terdapat juga kampung nelayan yang
dihuni sekitar 300 penduduk. Di sepanjang pantainya terdapat
pohon-pohon kelapa dan beberapa pohon besar berbagai jenis.
Keindahan Pantai Tanjung Anyar akan lebih terasa pada senja
menjelang matahari terbenam. Suguhan kesenian tradisional
oleh penduduk dan sajian berbagai jenis ikan laut bakar
melengkapi keindahan itu.
Di bawah salah satu pohon besar terdapat makam yang
panjangnya sekitar 12 meter sehingga dikenal sebagai makam
panjang atau dalam bahasa setempat disebut jherat lanjheng.
Tidak jauh dari makam itu juga ada makam lagi dengan panjang
sekitar 9 meter. Kedua makam itu diyakini sebagai makam dari
Dora dan Sembada, dua pembantu setia Prabu Aji Saka. Aji Saka
sendiri adalah raja di Jawa dari abad ke-6 Masehi yang
mengalahkan Prabu Dewatacengkar, penguasa Kerajaan
Medang.
     Di antara kedua makam pembantunya tersebut, Aji Saka
membuat prasasti di atas batu besar dalam huruf Jawa Kuno.
Tulisan di prasasti itu yang dianggap sebagai asal dari hurufhuruf
Jawa Kuno atau dikenal sebagai hanacaraka. Sayangnya,
batu prasasti tersebut sudah dihancurkan penduduk untuk
dijadikan fondasi jembatan di desa.
Selain Tanjung Anyar, terdapat juga Danau Kastoba di Desa
Promaan. Perjalanan ke Desa Promaan ditempuh dalam satu
jam dari Sangkapura melalui jalan lingkar utama Bawean.
Sesampai di Desa Promaan, kendaraan harus melintasi jalan desa
sampai ke Dusun Candi yang menjadi gerbang ke Danau
Kastoba. Di dusun itu ada bangunan lumbung padi dari kayu
yang biasa disebut durung-durung di depan tiap rumah
penduduk.
Danau itu berada di Cagar Alam Pulau Bawean, di tengahtengah
pulau dengan ketinggian 400 meter di atas permukaan
laut. Danau Kastoba luasnya sekitar dua kilometer persegi 
dengan kedalaman 147 meter. Belum adanya jalan yang
mengelilingi danau membuat pemandangan benar-benar masih
alami. Nama Kastoba diambil dari nama pohon kastuba (Euphorbia
pulcherrima) yang dulu banyak tumbuh di sana.
Beberapa ekor burung belibis liar yang berenang di tepi danau
langsung terbang menjauh saat kami datang. Jika beruntung,
kita bisa melihat kawanan rusa Bawean (Azil kuhli) minum di
tepi danau. Rusa bawean merupakan satwa endemis pulau itu
yang tidak dijumpai di tempat lain.
Beberapa peneliti yang pernah singgah di danau itu
memperkirakan, Danau Kastoba adalah bekas kawah gunung
api purba. Warga setempat menyebutkan, warna air danau bisa
berubah menjadi tiga warna, yaitu merah, hijau, dan seperti
berminyak. Adanya aroma belerang di sekitar danau juga
mengindikasikan bahwa danau itu dulunya adalah kawah
gunung berapi.

Sumber: Kompas, 26 September 2007, dengan ubahan seperlunya.