Thursday, May 17, 2012

Menafsirkan Kata, Bentuk Kata, dan Ungkapan Idiomatik


Menafsirkan Kata, Bentuk Kata, dan Ungkapan Idiomatik

Di dalam bacaan yang kita baca, adakalanya terdapat penggunaan
kata yang berbentuk istilah atau kata yang memerlukan penafsiran khusus.
Selain kata, terdapat pula penggunaan bentuk kata atau kata turunan serta
pemakaian ungkapan idiomatik yang maknanya perlu dijelaskan. Untuk
membantu mendapatkan penjelasan mengenai pengertian kata, bentuk
kata, dan makna idiomatik, kita dapat menggunakan kamus seperti Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Di dalam kamus, sebuah kata dijelaskan secara
detail mengenai arti kata, asal kata, kata turunannya, kelas kata, serta
pengertian kiasnya jika ada.

Wacana yang temanya menyangkut bidang ilmu tertentu seperti:
pertanian, teknik, atau kesehatan. Biasanya banyak menggunakan istilah
khusus yang menyangkut bidang tersebut, termasuk juga penggunaan
bentuk kata, atau ungkapan idiomatiknya. Langkah dalam membaca
pemahaman selain mencatat pokok-pokok isi bacaan, juga mendaftarkan
istilah, bentuk kata, dan penggunaan ungkapan idiomatik yang tidak
dimengerti untuk dicarikan maknanya dengan membuka kamus bahasa
ataupun kamus istilah.

Untuk wacana berbentuk karya sastra seperti cerpen dan puisi, sering
kita temui pula kata atau bentukan kata yang tidak bermakna umum
melainkan memiliki nuansa makna yang lebih bersifat kedaerahan atau
bahasa sehari-hari seperti njelimet, ngawur, kesetanan. Untuk membantu
memahami kata-kata seperti itu, kita dapat memanfaatkan kamus.
Di samping itu, di dalam puisi atau syair lagu, sering kita temukan
penggunaan ungkapan atau idiom. Untuk memahami puisi, kita juga harus
dapat menafsirkan bentuk-bentuk idiom atau ungkapan yang bersifat
idiomatik. Contoh penggunaan ungkapan dalam puisi.

Kaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu
(Bait kedua, puisi berjudul “Padamu Jua” karya Amir Hamzah)

Dalam puisi tersebut, terdapat ungkapan kandil kemerlap yang
berarti Lilin yang terang. Dan ungkapan pelita jendela ditafsirkan dengan
penerang alam sekitarnya. Atau pemberi petunjuk. Dan malam gelap ialah
sesuatu yang tidak diketahui atau tidak tentu arah. Kau pada puisi tersebut
dimaknai dengan Tuhan. Tuhan menjadi petunjuk jalan kebenaran.
Jadi, dalam memahami puisi atau syair, kita harus memahami simbolsimbol
yang digunakan. Simbol atau makna kias dapat tercermin dari
penggunaan kata, bentukan kata, atau ungkapan yang tak biasa. Untuk
memahaminya, kita dapat melihat dari kedudukan kata, kaitan makna
antarkata, atau bentukan kata tertentu dengan kata yang lainnya. Jika secara
leksikal maupun gramatikal kalimat tersebut tak dapat dimaknai, kita
harus menafsirkannya berdasarkan konteks kata atau kalimat. Sebab, setiap
untaian kata, frasa, atau kalimat yang terdapat dalam puisi merupakan
untaian perasaan, ekspresi, ataupun pengalaman kejiwaan penyairnya.
Untuk memahami berbagai penggunaan kata baik secara leksikal,
gramatikal, struktural, maupun kontekstual, kita dapat memanfaatkan
kamus. Di dalam kamus, dijabarkan penggunaan kata dalam berbagai
aspeknya. Dengan banyak menelaah kamus, kita akan memperoleh
kekayaan kosakata. Dalam sebuah ceramahnya, penyair besar W.S. Rendra
pun menganjurkan para penyair untuk selalu melihat arti kata dalam
kamus, seperti ia sendiri selalu melihat kamus bahasa Indonesia dengan
tekun untuk mendapatkan arti yang setepat-tepatnya.

Sumber : Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Semenjana Kelas X   Mokhamad Irman dkk.